Chapter 14. Jawen dan Samudera Jadi Gila

12.7K 2.4K 199
                                    

            Jawen merinding. Sepertinya dia salah ngomong. Bertemu dengan Samudera salah. Jawen nggak mau mencari gara-gara. Samudera terlihat menyebalkan di mata Jawen sekarang. Mungkin karena mood Jawen sedang jelek, jadi dia ogah melihat Samudera. Tapi Samudera nggak ada hubungan dengan masalahnya, jadi Jawen nggak boleh benci dengan Samudera. Samudera memang nakal dan juga jahat padanya, tapi Jawen nggak boleh membalas. Jawen baik hati. Mami bilang kita harus hidup seperti di sineteron. Biar masuk surga.

"Lu nggak boleh ke mana-mana!" Samudera mendelik nggak terima.

"Kenapa, Mud?"

"Ada yang perlu gua tanyain ke lu..."

Jawen merasa nggak enak hati. Prasangkanya terlalu mengada-ada terkadang, tapi selalu saja beralasan. Samudera mungkin baru saja minum barang-barang haram, jadinya dia terlalu menggebu dan obsesif begini.

"Aku nggak pernah tahu nomor togel, Mud."

Samudera berdecak gemes. "Siapa yang mau nanya togel?!"

Samudera sudah lelah seperti ini. Dia juga ingin hidup seperti keluarga normal lainnya. Punya ibu, punya ayah... dan biasa saja. Nggak perlu punya ayah kaya dan politisi terpandang. Samudera nggak terlalu tertarik untuk itu.

"Lalu mau nanya apa, Mud? Hubungan kita nggak sedeket itu sampai kamu bisa nanyain hobi segala..."

Samudera berdecak lagi. "Gua nggak peduli apa hobi lu..."

"Trus kamu mau nanya apa?" Jawen masih senang berputar-putar, bahkan meski tahu dan peka Samudera mau tanya apa.

Jawen sedang dalam kondisi yang nggak baik. Bahtera yang membuatnya jadi begini. Dulu Bahtera nggak gini-gini amat, kok! Bahtera selalu datang kalau janjian. Dia juga nggak pernah telat. Jawen yang sering telat. Apa ini karma? Jawen nggak kuat, Tuhan!

"Gua mau nanya soal siapa..."

Jawen berbalik drastis, lalu berlari kencang menghindari Samudera. Samudera terkejut dengan respon kilat Jawen. Dia juga ikut berlari, mengejar bocah aneh yang omongannya sering ngelantur itu. Samudera mencoba menggapai lengannya, tapi si Bocah aneh malah menepisnya gemes.

"Lepasin, Mud! Lepasin! Jangan paksa aku! Jangaaan...!" Dan juga ambigu.

"Woy, gua belum selesai ngomong!"

Jawen menggeleng kencang. Dia nggak mood untuk ngomong dengan Mud. Pokoknya dia sedang nggak mau sok imut-imutan di depan Samudera. Dia sedang baper karena Bahtera mengingkari janji dan membiarkannya menunggu. Tapi lebih dari itu... Jawen jadi tahu bagaimana rasanya di-PHP. Ini bisa untuk riset janjian seme dan uke, tapi ukenya nggak datang juga! Ternyata ukenya kecelakaan dan mengalami amnesia. Lalu...

Wen, kamu sadar, nggak, sih sekarang sedang apa? Ah, sedang lari! Iya, dikejar Samudera. Langkah kaki cowok berandal itu kilat sekali! Jawen jadi lelah menghindar dan tertangkap juga pada akhirnya. Jawen menatap wajah Samudera. Cowok itu menggenggam lengan Jawen erat, nggak mau melepasnya!

"Apa lagi, sih, Mud? Kok kamu seneng banget ngejar aku?" Jawen sok imut lagi! Sialan! Samudera harus bertahan dan kuat mental kalau dekat cowok nggak jelas ini.

"Gua mau nanya soal cewek yang cosplay waktu itu!"

Jawen menggeleng kencang. "Kenapa kamu pengen tahu, Mud?"

"Siapa Umaru-chan sebenernya? Kelas berapa?"

Jawen bukannya nggak mau menjelaskan, tapi kalau dijelaskan pun Samudera akan menertawakannya. Samudera bukannya mencari tahu saja, tapi dia punya niatan terselubung. Entah apa! Jawen mulai buruk sangka. Mami bilang, di dunia ini manusia sudah mulai bertambah. Sayangnya nurani mereka semakin berkurang. Jawen harus hati-hati dengan orang seperti ini, itu kata Mami.

Our Lovely Fudanshi...tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang