"Yaudah gitu."
"Yaudah gitu apanya?"
"Yaa yaudah gitu pokoknya." Ucapan Andrea membuat Alva semakin tidak mengerti.
"Lo ngomong apa gue gak ngerti."
"Masa nggak ngerti sih Al?"
Alva mengangguk. "Iya serius. Lo ngomong yang jelas dong."
"M-m-maksud gue, i-iya gue mau." Ujar Andrea terbata-bata.
Alva tersenyum jahil. "Gue mau apanih?"
Seisi ruangan juga sudah tau sebenarnya apa maksud Andrea. Namun mereka sengaja untuk tidak membuka suara karena permintaan Alva.
"Yaa gue mau."
"Yaiya, maksud gue mau apa?" Tanya Alva lagi.
"Mau jadi itu...,"
"Jadi apa? Powerangers?"
Andrea menggeleng. "Bukan ih! Maksud gue.., gue mau jadi pacar lo."
Alva mengangkat alisnya sebelah. "Pacar lo? Pacar siapa?" Alva kembali tersenyum jahil.
"Pacar lo lah Alva! Ah kesel gue." Tutur Andrea. Seisi ruangan pun tertawa melihat kelakuan dua makhluk di depan mereka ini.
Alva terkekeh. "Beneran nih?"
Andrea mengangguk. "Iya! Masa boong sih."
Alva pun langsung menarik Andrea mendekati dia. Lalu Alva tersenyum, begitupun Andrea. Walaupun Andrea masih belum mengerti.
"Kan kita udah pacaran ya? Nanti kamu buktiin yaaa kalo udah nikah." Ucapan Alva langsung membuat pipi Andrea memerah seperti tomat.
"Apaan sih." Andrea menunduk malu.
"Waduh! Kita berasa nyamuk nih." Ujar David.
Andrea menoleh ke belakang. "Lebay ah kalian." Lalu dia terkekeh.
"An, lo nggak penasaran kenapa Alva tiba-tiba sadar trus kita ada di sini?" Tanya Sheila.
"Eh? Iya ya. Ceritain dong,"
"Gue aja yang cerita oke?" Tanya Sheila kepada mereka. Mereka semua mengangguk tanda setuju.
"Jadi gini..,"
"Satu jam setelah lo dan Ka Gilang pulang ke rumah, dokter keluar dari ruangan IGD. Dia langsung datengin kita dan ngasih tau kabar kalo Alva nggak kenapa-kenapa. Peluru yang ada di badan dia juga udah nggak ada. Trus, Kita masuk buat liat keadaanya. Dan ternyata emang dia baik-baik aja."
Andrea masih menyimak apa yang dikatakan Sheila.
"Beberapa menit kemudian Alva sadar, walaupun masih agak pucet sih emang. Waktu itu gue mau ngasih tau lo soal kabar gembira ini. Tapi Alva bilang jangan ngasih tau lo soal ini. Akhirnya dia manggil kita semua ke dalam ruangan trus ngasih tau rencana buat ngerjain lo dengan ngomong kalo Alva udah meninggal."
Andrea menoleh ke Alva dengan tatapan sebal karena dikerjai dan yang diatatap hanya tertawa tidak jelas.
"Dan kita nangis itu cuma akting doang, ka Gilang juga udah tau soal ini lewat line. Gue ngasih tau ke dia."
YOU ARE READING
ANVA
Teen FictionAlva dan Andrea mempunyai kepribadian yang hampir sama. Keduanya adalah most wanted di sekolah, karena pesona mereka masing-masing. Itulah yang membuat mereka saling tidak suka satu sama lain. Tapi, apakan rasa tidak suka itu akan bertahan? #527 in...
• Epilog •
Start from the beginning
