•Happy reading•
"Bapa yang ganteng, imut, kece kaya Zayn malik. Bukain Alva pintu dong, masa bapa tega ngeliat cowok seganteng saya bediri di sini pa." Bujuk Alva agar pa satpam membukakan pintu untuk dia.
Andrea? Dia sudah berangkat lebih dulu naik go-jek, sebenarnya Alva mau mengantarkan dia ke sekolah namun Andrea menolak karena dia takut Bu Tati akan melaporkan dia kepada ayahnya karena selalu membuat masalah terutama terlambat datang ke sekolah.
Dan itu semua karena Alva. Parahnya pintu yang biasa Alva gunakan sudah tidak ada karena dibongkar, karena dia ketahuan lewat disitu jika terlambat.
"Saya ga akan membukakan pintu untuk anak seperti kamu!"sentaknya.
"Lah? Kok gitu? Saya kan bayar di sekolah ini, kenapa bapa milih kasih?"
"Saya bukan milih kasih, kamu emang udah keseringan terlambat."
"Pa saya ini niatnya belajar ke sekolah, nih yaa pa.. ada istilah belajar tak mengenal waktu, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Bapa gatau emang?"
"Huh! Sudah saya capek berdebat sama kamu."
"Nah! Maka dari itu bapak bukain aja saya pintu, biar ga capek bedebat ama saya."
"Sekali ga tetap ga."
"Pak.. ayolah! Mending telat daripada tidak sama sekali. Bener kan?"
"Iya bener, tapi kamu udah terlambat terus dari awal kamu sekolah di sini Alva!"
"Ihh si bapak ngga asik atuh."
"Mending kamu pulang aja sana, nanti besok ke sini lagi."
"Lah iya emang besok saya ke sini lagi, kan sekolah pa. Suka bego gitu ih si bapak."ucap Alva memelas " yaudalah saya pulang."
Namun bukan Alva namanya kalau gampang menyerah, buktinya sekarang dia tengah berusaha memanjat tembok sekolah yang lumayan tinggi. Dan sekarang dia sudah berada di halaman sekolah.
"Mampus! Udah jam 8, telat banget aing."gumamnya lalu berlari ke kelasnya.
Dia merasa senang karena tidak ada yang mengetahui jikalau dirinya terlambat jadinya dia berjalan santai di koridor. Namun tiba-tiba..
"ALVAA!" Dan Alva sudah mengetahui siapa yang meneriakinya. Siapa lagi kalau bukan bu Tati, karena dia sudah hafal betul dengan teriakanya.
"Yaelah bu, gausah teriak-teriak. Saya ga budeg kali."
"Ngejawab lagi kamu! Kamu ini sebenernya niat ga sih ke sekolah?"tanya bu Tati sambil memasang muka garangnya.
"Ya niat dong bu.Nih liat saya pake seragam pake sepatu, di tas saya bawa pulpen, pensil, penghapus, sama satu buku polos yang sama kaya otak saya"ucapnya seraya dengan cengiran khasnya.
"Arghhh.. sekarang kamu lari di lapangan!"
"Ya iyalah di lapangan, yakali saya lari di hati ibu."
"Cepat sekarang!"
"Bu, saya ini niatnya ke sekolah buat belajar, bukan lari di lapangan ga jelas."
"Lari atau...?"
"Iya-iya oke bu, siap saya lari sekarang." Seolah sudah tau apa yang akan menjadi ancaman bu Tati, Alva pun langsung menuju ke lapangan.
"Huh! Hukum terus aja gue." Gumam Alva sambil berlari.
Panas terik matahari membuat Alva semakin tidak kuat untuk berlari dan merasa kepanasan. Kini dia sudah tidak menggunakan kemeja sekolahnya lagi, dia hanya memakai kaos putih dan celana abu-abu.
YOU ARE READING
ANVA
Teen FictionAlva dan Andrea mempunyai kepribadian yang hampir sama. Keduanya adalah most wanted di sekolah, karena pesona mereka masing-masing. Itulah yang membuat mereka saling tidak suka satu sama lain. Tapi, apakan rasa tidak suka itu akan bertahan? #527 in...
