"Ya emang, pinter kan gue?"
"Ah sebel gue. Udah panik-panik ternyata boongan. Kampret!"
"Ohhh jadi lo beneran mau gue meninggal gitu?"
"Ya nggaklah!"
Yang terjadi setelah itu adalah hening. Mereka sama-sama terdiam tanpa membicarakan apapun saat ini. Entah mengapa, Alva terus menatap Andrea sampai-sampai yang ditatap merasa risih.
"Al..," Andrea gugup karena ditatap terus seperti itu oleh Alva.
Alva menarik alisnya sebelah. "Hmm?"
Andrea menggigit bibir bawahnya tanda gugup. "Lo kenapa sih daritadi ngeliatin gue mulu?" Andrea memberanikan diri untuk bertanya.
Alva tersenyum. "Seandainya ada berlian yang indah banget di depan mata lo, apa yang bakal lo lakuin?" Alva malah kembali bertanya.
Andrea menyernyit tidak mengerti arah pembicaraan Alva saat ini. "Yaa, seandainya kalo ada satu berlian yang indah banget di depan mata gue, bakalan gue liatin terus, soalnya indah banget."
Alva lagi-lagi tersenyum. "Sama dong."
"Maksudnya sama apa?"
"Maksudnya itu, lo berlian yang indah banget dimata gue. Seperti yang lo bilang tadi, bakalan lo liatin terus. Bahkan lo lebih indah dari berlian."
Blush!
Andrea tak bisa berkata-kata mendengar penuturan-ralat, harusnya gombalan Alva yang membuat seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya yang beterbangan.
Melihat Andrea yang blushing, Alva terkekeh lucu. Andrea sedari tadi masih menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya. Jika Alva melihat itu, pasti dia akan mengejek Andrea habis-habisan. Dan Andrea tidak ingin itu terjadi.
"An..,"Panggil Alva tiba-tiba.
Andrea mendongak. "Ya? Kenapa?"
"Gue mau minta bukti atas apa yang udah lo omongin ke gue." Tutur Alva dengan muka serius.
Andrea tertegun. "B-bukti? Bukti apa?"
Alva tersenyum. "An.., lo inget gak sesuatu yang lo omongin pas lo ngira gue beneran meninggal?"
Andrea menyernyit. "Hah? Gue ngomong apa?"
"Baru beberapa menit yang lalu masa udah lupa? Gimana sih."
"Ya gue mana inget! Yang mana sih?" Andrea tampak berpikir.
"Yaaahh, coba inget lagi apa yang lo omongin ke gue. Oh atau jangan-jangan lo pura-pura lupa ya?" Tuduh Alva.
Andrea mendelik. "Apa ya?" Andrea mengetuk-ngetuk jarinya di dagu. Sedetik kemudian Andrea terbelalak kaget mengingat apa yang dia katakan pada Alva. Seketika wajahnya memerah.
"Gimana? Udah inget?" Tanya Alva yang sedikit menggerakan tangannya yang kaku.
Andrea mengangguk pelan seperti ragu. Alva terkekeh lalu tersenym samar menatap Andrea dengan jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANVA
Teen FictionAlva dan Andrea mempunyai kepribadian yang hampir sama. Keduanya adalah most wanted di sekolah, karena pesona mereka masing-masing. Itulah yang membuat mereka saling tidak suka satu sama lain. Tapi, apakan rasa tidak suka itu akan bertahan? #527 in...
• Epilog •
Mulai dari awal
