Dunia Maya

291 7 2
                                    

Hoaaaaamm...
Kebiasaan. Setiap sehabis istirahat dan makan siang mata bukannya tetap terjaga, ini malah sebaliknya. Ngantuk.

Jika sudah begini tak peduli sebanyak apapun dokumen yang harus ku-input datanya ke dalam komputer, aku abaikan sejenak. Tidak baik memaksakan diri bekerja dengan kondisi mata yang tengah dilanda rasa kantuk. Nanti yang ada hasilnya malah banyak terjadi kesalahan. Aku pernah mengalaminya.

Aku tidak minum kopi jadi saat terserang kantuk di kantor seperti ini yang ku lakukan adalah tidur. Sungguh, aku tidak bohong dan aku memang benar 'kan? Maksudku, solusi untuk mengatasi mata yang mengantuk, ya tidur. Itu sama saja seperti jika perut merasa lapar maka solusinya adalah makan, haus – minum, rindu – bertemu...

Rindu... bertemu... Rindu... bertemu...
Ah, selain mengantuk aku juga sedang merasa rindu dengan kekasihku yang berada di Jakarta sana. Kami memang menjalani hubungan jarak jauh. Jadi sayang sekali aku tak bisa dengan mudah bertemu dengannya jika sedang rindu begini.

Astaga! Mengapa aku jadi curhat tentang hubunganku dengan si dia yang terhalang jarak? Baiklah, abaikan saja. Sekarang aku akan tidur sejenak. Semoga saja aku bertemu dengan kekasihku di alam mimpi.

"Kalo ada Bu Bos ke sini, bangunin gue, ya!" ujarku pada rekan-rekan kerja seruangan, "mau meremin mata dulu nih bentar," lanjutku sambil terus melangkah meninggalkan meja kerja.

"Oke," sahut Marwa, Indah dan Nuri hampir bersamaan. Sekilas ujung mataku melirik ke arah layar komputer mereka. Ada yang menampilkan game Zuma, youtube dan situs drama Korea. Tak ada yang bekerja. Baguslah.

Begitulah kami di sini dan aku yang memprovokasi mereka agar berhentilah sejenak dari pekerjaan jika rasa malas, kantuk atau bad mood datang menyerang. Pekerjaan itu tak usah dipaksakan, dibawa santai saja.

***

Ruangan kerjaku cukup luas dan nyaman meski hanya dihuni empat orang. Satu bagian dinding dipenuhi dengan kaca-kaca jendela dari atas hingga bawah sedangkan bagian dinding yang lain berlapis wallpaper motif garis-garis vertikal berwarna abu-abu muda dan abu-abu tua. Seperti ruangan kerja pada umumnya, di sini tentu saja ada meja kerja, lemari dan dua sofa panjang di dekat pintu. Tapi kau salah jika berpikir aku akan tidur di sofa empuk yang menyerupai brownies itu. Nanti ku beritahu di mana aku biasa tidur.

Nah, ini dia. Di sini. Di sebuah ruang sempit di sudut ruangan yang terbentuk antara dinding dan kubikel. Tempat ini biasanya kami pakai untuk shalat jika kami sedang malas ke mushola yang terletak di lantai empat. Biasanya juga kami menggunakan sajadah untuk alas tidur dan lipatan mukena sebagai bantalnya. Seperti yang aku lakukan sekarang. Selamat tidur!


Baru saja aku memejamkan mata saat suara itu terdengar dari ponsel yang memang sengaja aku bawa serta ke mari. Soalnya jika aku tinggalkan di meja, kadang penyakit jahil yang diidap rekan-rekan kerjaku kumat. Mereka tak ragu untuk menyembunyikan ponselku. Aku pernah menjadi korban mereka dan aku kapok.

Dalam hati aku menggerutu, siapa yang mengirim inbox? Mengganggu saja. Ingin aku abaikan lalu melanjutkan tidur tapi bisa jadi si pengirim inbox adalah Bu Bos. Dia memang sering meminta file-file pekerjaan lewat inbox.

Mau tak mau akhirnya aku nyalakan layar ponsel lalu membaca pemberitahuan yang tertera di sana. Ternyata bukan Bu Bos. Pasti itu hanya laki-laki iseng yang ingin menggodaku. Basi.

Tadinya aku akan mematikan layar ponsel untuk kemudian melanjutkan tidur tapi nama si pengirim inbox cukup menyita perhatian.

Tuxedo Bertopeng

Wew!

Sejak kapan aku berteman dengan Tuxedo Bertopeng? Aku tidak ingat pernah mengonfirmasi permintaan pertemanan dengan nama akun tersebut. Atau apa aku yang meminta pertemanan padanya? Oh, tidak mungkin! Aku hanya meng-add orang-orang yang benar-benar ku kenal di dunia nyata dan jika ada yang ingin berteman denganku, aku selidiki dulu profilnya sebelum menerimanya. Tak sembarangan aku berteman meski di dunia maya sekalipun. Tapi ini, Tuxedo Bertopeng, bagaimana nama itu bisa menjadi temanku?

Dunia Maya ( Antologi Cerpen )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora