9. Baekhyun

1.4K 150 10
                                    

Sehun mengerjapkan matanya pelan, rasa pening pada kepalanya dan sakit yang mendera seluruh tubuhnya menyambut pemuda itu kala ia terbangun dari tidur panjangnya.
Sehun mencoba menggerakan otot-otot pada seluruh tubuhnya, mengabaikan rasa ngilu yang teramat hingga beberapa menit berlalu, ditemati beberapa umpatan serta erangan pemuda albino itu berhasil terduduk diatas kasur yang ditempatinya.

Sehun menatap pantulan dirinya melalui cermin besar dikamar tersebut. Wajahnya bengkak penuh memar mengingatkan ia pada kejadian yang dialaminya membuat emosi pemuda itu kembali tersulut. Tanpa pikir panjang sebuah tinjuan mendarat pada cermin yang berada dihadapannya membuat suara keras yang memekakan telinga dan serta darah yang mengucur melalui jemari Sehun.

Luhan dengan telaten membalut luka pada jemari Sehun. Pemuda itu sesekali melirik kearah Sehun yang menatapnya dingin.

"Kau harusnya tak melukai dirimu lebih banyak lagi."

Sehun yang mendengar hal itu tertawa ia lantas menarik jemarinya dari Luhan, "Siapa kau berusaha mengguruiku?" Tanyanya.

Luhan menatap kedalam mata Sehun, keduanya saling bertatapan selama beberapa saat sebelum Sehun memalingkan pandangannya.

"Aku tau kau akan membenciku." Luhan bergumam.

"Aku tidak membencimu-" ujar Sehun membuat Luhan merasa sakit pada dadanya. Sehun menjeda ucapannya, lantas bangkit dari duduknya, "-Aku hanya membenci diriku. Yang tak mampu melindungi orang-orang yang kusayangi." Lanjut Sehun sembari menatap nanar pada langit malam.

GREP

Luhan mendekap punggung Sehun, menyembunyikan wajahnya pada punggung sang kekasih, "Maafkan aku..."

Sehun terkejut dengan perlakuan Luhan yang tiba-tiba. Pemuda itu melepaskan paksa dekapan Luhan pada tubuhnya lantas membalikan badannya menghadap ke arah Luhan yang sama kagetnya dengan apa yang dilakukan Sehun.

Sehun menghembuskan nafasnya pelan, "Kau tau kau paling jelek ketika menangis." Sehun mengusap aliran air mata yang tercetak pada pipi Luhan. Pemuda itu menatap kearah mata Luhan, "Sudah kukatakan bukan? Ini bukan salahmu hyung. Aku yang bersalah disini." Setelah mengatakan itu Sehun lantas menghilangkan jarak diantara keduanya, lengan Sehun menarik Luhan kedalam dekapannya lagi, "Sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu Lu,"

Baekhyun membolak balikan tubuhnya pada kasur. Sudah hampir pukul dua dini hari dan pemuda itu tak mampu memejamkam matanya barang semenit pun. Entah sudah berapa banyak domba yang dihitungnya atau hitungan hingga seratus yang dilakukan olehnya. Namun, Baekhyun masih belum bisa terlelap.

Lelah dengan usahanya yang berakhir sia-sia Baekhyun memutuskan berjalan-jalan keluar dari kamarnya. Baekhyun dengan perlahan menutup pintu bercat putih tersebut lantas berjalan melewati lorong sunyi. Jika Chanyeol ada bersamanya pemuda itu pasti akan menemani Baekhyun hingga pemuda itu tertidur atau paling tidak mereka akan memainkan game bersama hingga keduanya merasa mengantuk.

Baekhyun benar-benar merindukan Chanyeol. Merindukan bagaimana pemuda bertelinga lebar itu selalu menelfonnya ketika jam makan siang, merindukan bagaimana Chanyeol selalu memberikan lelucon-lelucon yang sebenarnya tak lucu bagi orang lain. Ia bahkan merindukan suara dengkuran Chanyeol yang sangat mengganggu itu.

Tanpa Baekhyun sadari sepasang iris miliknya kini telah mengeluarkan air mata. Ia mendudukan tubuhnya pada sofa empuk ditengah ruang tamu, memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya disana. Isakan-isakan kecil terdengarnya dan punggung milik pemuda bermarga Byun itu bergetar.

Jika boleh jujur, Baekhyun benar-benar merasa lelah untuk terus bersembunyi dari masalah. Ia Merindukan bagaimana kehidupannya sebelum mengenal Daehyun. Jika ia di dunia ini ada mesin waktu, mungkin ia akan memilih memutar waktu, kembali ke masa dimana ia dan Chanyeol bahagia dan memilih untuk tidak mengena Daehyun.

FOREVER YOUR MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang