Azhura's Bride Part 3 : Membuang Untuk Melindungi

100K 7.9K 258
                                    

Part 1-10 Free Publish untuk umum. Part 11 ke atas Privat Publish hanya untuk follower  

Azhura's Bride Part 3 : Membuang Untuk Melindungi

Asoka, Pendeta tertinggi di kuil Azhura Kahn melangkah dengan hati-hati ke altar megah berhiaskan emas dan bebungaan yang harum. Dia sudah membicarakan dengan seluruh pendeta tinggi lainnya bahwa besok, seluruh anak-anak yang mengajukan persembahan pertama kemarin, akan dikumpulkan kembali untuk dimintai keterangan menyangkut hilangnya satu keranjang persembahan untuk sang Azhura.

Sang pendeta sudah berusia lebih dari setengah abad, dan seumur hidupnya mengabdikan diri sebagai pelayan dan pemimpin kuil Azhura. Dia menarik tudung jubahnya yang berwarna merah untuk menutup kepalanya, lalu membungkuk dengan hormat ke arah patung Azhura Kahn. Berdoa, memohon petunjuk, seperti yang selalu dilakukannya setiap hari.

Ketika sampai di altar, langkahnya terhenti dan meragu. Matanya memang sudah tua dan sedikit rabun, tetapi dia benar-benar melihat, sosok seorang lelaki bertubuh tinggi, sedang duduk dengan santai di atas altar yang sedianya digunakan untuk pemujaan kepada sang Azhura.

Sang Pendeta langsung menghardik dengan marah, karena tidak ada seorangpun yang seharusnya pantas untuk menyentuh altar itu, apalagi duduk di atasnya.

"Kau akan mendapat kutukan yang luar biasa karena bersikap kurang ajar terhadap junjungan kami." Asoka mengeluarkan suara tegas, meskipun sangat tua, tetapi semangatnya untuk membela sang mahadewa junjungannya tetaplah tinggi.

Lelaki di atas altar itu hanya menatap Asoka dengan ketenangannya yang hening. Kemudian ada senyum di sudut bibirnya.

"Apakah kau hendak melarangku, duduk di atas altar pemujaanku sendiri, Asoka?" seketika angin berhembus kencang di bagian dalam kuil itu, dan pandangan Asoka tercerahkan. Di depan matanya, duduk dengan begitu agung di atas altar, Sang Azhura Kahn sendiri dengan cahaya terang menyelubungi tubuhnya.

Seketika itu juga Asoka langsung jatuh tersungkur, tak berdaya di hadapan dewa yang Maha Agung. Jantungnya berdegup kencang, antara antusiasme dan penghormatan yang luar biasa terhadap sosok yang sekarang ada di depannya. Tidak dia sangka dia bisa mendapatkan kehormatan seperti ini, kehormatan untuk berhadapan langsung dengan sang Azhura Kahn.

"Hatimu dipenuhi pertanyaan." Azhura bergumam dengan suaranya yang agung, "Singkirkan semua pertanyaan dan keraguanmu Asoka.  Aku, punya caraku sendiri. Dan kau harus melakukan kehendakku."

"Apapun kehendak anda, Yang Mulia." Asoka menundukkan kepalanya dalam-dalam ke lantai, menunjukkan penghormatannya yang sedalam-dalamnya kepada Azhura Kahn.

"Kau akan mengumpulkan semua gadis-gadis dari seluruh negeri yang telah melakukan pemujaan padaku kemarin. Kuberitahukan kepadamu, akan ada seorang perempuan yang mengakui bertemu langsung denganku. Tetapi dia bukanlah isteriku, dia adalah perempuan palsu yang berhati dengki." Sinar keemasan seperti api di mata sang Azhura menyala, membakar. "Perlakukanlah perempuan palsu itu seperti calon isteriku, seolah kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak boleh mengatakan kepada siapapun kenyataan yang kuberitahukan kepadamu, bahwa isteriku yang sesungguhnya akan dijauhkan dariku, sejauh mungkin, dan itu untuk melindunginya."

Sang pendeta, meskipun menyimpan banyak pertanyaan dalam hatinya, hanya berani memperdalam sujudnya, dalam kepasrahan.

"Hamba akan melaksanakan apapun yang anda perintahkan, oh Azhura Kahn yang mulia."

***

Malam itu begitu dingin, dan Azpasya bermimpi, dia berada dalam sebuah ruangan yang berkabut, lalu matanya menemukan sosok lelaki itu, sosok sang Azhura Kahn berdiri di sana, di depannya.

Azhura's BrideWhere stories live. Discover now