Bab 2

5 2 0
                                    


Andira menyusuri kota sore itu. Masih dengan seragam sekolahnya diiringi grimis hujan, ia berjalan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan ia menikmati suasana kota. Bau petrichor, suara gemericik air yang mengenai aspal, dan lalu lintas yang tak pernah tidur. Tangan Andira menengadah merasakan air yang menjatuhi telapak tangannya. Tanpa ia sadar, ternyata ada seorang lain yang sedang memperhatikannya. Orang itu tak sengaja melihat Andira saat ia berada di lampu merah mengendarai motor nya. Ia menatap Andira cukup lama. Hingga..

Tiiinnn.. Tiiinnn!

Orang-orang mengklaksonnya. Dan saat motor yang ia kendarai melewati Andira, ia tetap memperhatikan perempuan itu lewat kaca spion. Namun Andira tak menyadari itu.

"Andiraa pulanggg!!!"

"Astagaaa Andiraa! Kenapa hujan-hujanan nanti sakit! Tuh wajahmu udah pucet. Terus tadi obatnya diminum belom?"

"Astagaa mamaaa sekali-kali lah hujan -hujan masa gaboleh? Obatnya udahh diminum kok tenang aja. Sekarang Andira mau ke kamar capek. Daaa"

"Jangan lupa sekalian mandi terus ganti baju!"

"okee!"

Sampai kamar ia melempar tasnya lalu masuk ke kamar mandi. Usai mandi, ia membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Derian.

Nama itu terus terngiang di kepala Andira. Bagikan sihir yang disegel mantra di dalam otak Andira. Seolah menjadikannya kutukan agar terus diingat oleh Andira. Lalu bayangan seorang perempuan cantik yang -orang memandangnya perfect- ikut hadir di pikiran Andira membuat raut wajah Andira seketika suram.

Novel.

Novel dan Derian.

Andira tak habis pikir, teman yang cukup dekat dengannya mampu menjadi pilihan Derian. Memang novel lebih cantik dari Andira. Dia juga lebih terkenal dibanding Andira. Namun, apakah -yang biasa orang sebut cinta- itu hanya memandang fisik dan ketenaran? Itu tak masuk akal. Lalu bagaimana jika suatu saat orang itu kecelakaan lalu wajahnya hancur atau bagaimana jika orang itu lalu terkenal dengan keburukannya? Apakah masih bisa disebut cinta bila akhirnya ditinggalkan?

Derian memang tipe cowok yang diidamkan. Dia tinggi, kaya, ganteng, pintar, cool, cuek, dan dingin. Namun Andira tak memandang dari itu semua. Ia menyukai Derian asli dari hati dan tidak bisa diungkapkan mengapa. Namun, apakah Derian juga berlaku demikian terhadap Novel? Dan sebenarnya apa yang sedang dirasakan Novel terhadap Derian? Ini semua mengganggu pikiran Andira. Atau mungkin kehadirannya hanya menganggu hubungan Novel dan Derian? Pikir Andira. Memang salahnya dari awal mencintai dalam diam. Salahnya dari awal tidak mau mengungkapkan. Salahnya dari awal dia gengsi. Selama ini antara keduanya belum ada interaksi. Selama kurang lebih 3 tahun Andira menyukai Derian, mereka hanya berbicara sebanyak 4 kali mungkin? Itupun karena suatu hal yang penting. Dan sering kali juga Andira mengamati Derian diam-diam. Kadang-kadang Derian pun melihat ke arah Andira namun saat perempuan itu menoleh, Derian langsung mengedarkan pandangannya. Dan Andira tau itu. Andira pikir ia bisa menyimpannya agar tidak ketahuan Derian. Namun ternyata, temannya memberitahu Derian kalau Andira suka dengan Derian. Dan orang itu, Novel. Padahal sekarang Novel yang dikabarkan dekat dengan derian.

Andira heran mengapa harus Novel? Derian memang tipe orang yang susah tertarik dengan perempuan. Tapi bukan berarti gay. Dan untuk kali ini, Novel berhasil menarik perhatian Derian di depan Andira. Dan apakah Andira sakit? Dia sakit, namun memendamnya seperti ia selalu memndam perasaannya. 

Rain and tears (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang