Preambule : Ridan

3.6K 549 55
                                    

Timotheo Madha Tangguh itu aneh.

Anak itu menjadi satu dari tiga manusia terberisik di kelas selain Winda dan Joni. Theo menang angket Siswa Terheboh saat MPLS angkatan mereka.

Ridan suka kehebohan, tetapi tidak suka yang terlalu heboh.

Meski heboh, Theo anak yang populer dan Ridan belum paham kenapa dia bisa populer. Apa mungkin karena tubuh Theo yang terbilang menjulang untuk anak kelas sepuluh? Atau karena dia jadi andalan kelas dalam bermain gitar yang sempat membuat seisi sekolah berdecak kagum?

Entahlah.

Ia tidak dekat-dekat amat dengan Theo. Theo memiliki teman-temannya sendiri yang juga heboh, sedangkan Rissan memilih untuk berteman dengan Irul dan Qina yang katanya 'pendiam'—tapi sebenarnya sama aja.

Akan tetapi pada tahun ajaran baru, Irul tidak mau sebangku lagi dengan Ridan karena katanya terlalu tenang.

Ridan mencibir Irul habis-habisan, tentu saja dalam ketenangannya.

Saat suasana kelas masih agak sepi di hari pertama tahun ajaran baru, Theo datang ke kelas sambil bersiul santai.

Ajaibnya, Ridan langsung melakukan sesuatu yang tidak terduga, bahkan untuknya sendiri.

"Theo, mau duduk di sebelah gue gak?"

Theo langsung kaget. Wajar saja, mereka jarang berbicara satu sama lain. Namun Ridan tidak gentar, meski gemeteran.

Toh, Theo bukanlah anak yang badung. Prestasi akademiknya baik-baik saja, kelakuannya juga baik meski berisik. Nggak ada salahnya, kan?

"Ya udah deh, duduk di depan deket jendela ya tapi. Biar gue bisa nyender."

Ridan agak bingung kenapa Theo mengiyakan, tetapi dia hanya tersenyum.

Anehnya, Theo terdiam cukup lama sebelum berjalan menuju meja di dekat jendela—mengabaikan Ridan.

Benar kan, Theo itu aneh.

.

.

Meski kelihatan agak berandal, Theo itu murid yang baik.

Dia selalu duduk tegak dan menyimak di kelas, jauh beda dari Ridan yang kesehariannya adalah tidur di kelas. Catatannya berantakan, tetapi ia selalu terlihat menyimak pelajaran dengan baik.

Terkadang juga, Theo suka mencuri-curi pandang ke arah Ridan.

Ridan tidak merasa nyaman.

"Ada apa?"

Suatu hari ia iseng bertanya pada Theo ketika ia mendapati Theo memperhatikannya yang tengah mencatat. Theo langsung menggeleng, tetapi pandangan matanya tetap tertuju pada Ridan.

"Nggak ada apa-apa," jawab Theo singkat. "Lo nyatet apa sih?"

"Pelajaran," jawab Ridan seadanya.

"Ya gue tau, masa lo nyatet kas bon." Theo terkekeh sejenak. Nggak lucu, sebenarnya. "Nyatet pelajaran apa maksud gue."

"Ekonomi tadi," jawab Ridan lagi, masih seadanya.

"Ohh." Tanggapan dari Theo menjadi akhir dari perbincangan mereka.

Ketika Theo telah melepas pandangannya dari Ridan dan beralih bermain game di ponselnya, sekarang malah Ridan-lah yang mencuri pandang ke arah teman sebangkunya.

Perawakan tinggi dengan rambut hitam yang mencuat kesana-kemari. Kulitnya cokelat karena terpapar sinar matahari. Bibirnya senantiasa tertarik untuk membentuk cengiran kecil yang jenaka. Dengan fisik seperti itu, Ridan paham bahwa Theo itu termasuk golongan populer di sekolahnya.

Pemuda populer yang berkelakuan aneh dan berisik ini menjadi teman sebangkunya untuk setahun ke depan.

Memikirkannya saja cukup untuk membuat Ridan menghela napas.

"Lo capek, Dan?" Tiba-tiba saja, Theo bertanya kepadanya.

"Enggak." Ridan kembali mencatat pelajaran Ekonomi tadi. "Kenapa?"

Theo bergumam. "Gak apa, kalau lo capek lo bisa nyender ke gue. Mumpung bahu gue kosong."

Refleks Ridan langsung menoleh pada Theo, berusaha memastikan apa yang didengarnya itu benar.

Yang berusaha dipastikan cuma bersenandung kecil sambil tetap memainkan game-nya, bertingkah seolah tidak melakukan apa-apa tadi.

Ini cukup berhasil bikin Ridan bingung setengah mati.

Apa, sih?!

.

.

A/N : Ngaco emang cerita yang ini, maafkan ya.

MPLS : Gatau kepanjangannya apa, intinya kayak MOS.

Mind to vote and comment? :9

Vroom VroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang