PART 13

6.2K 169 21
                                    

Mata kuliah pak Wilson -yang sering disebut mahasiswa dengan pak botak- sedang berlangsung dengan sangat lambat. Tiap detiknya serasa berjam-jam. Terlihat semua mahasiswa yang duduk mulai dari baris ketiga dari depan tidak memperhatikan penjelasan demi penjelasan yang keluar dari mulut pak Wilson, beberapa terlihat menguap menahan kantuk, beberapa diam-diam bermain handphone, dan ada pun beberapa yang terlihat sedang memperhatikan tetapi sebenarnya pikirannya melayang dan salah satunya Nathan Brahmantyo.

“Gua sekarang udah nikah ya? Apa harus gini? Gimana gua ngehadapin dia nanti? Menghadapi janji gua.”
Pikiran Nathan mulai berkecamuk, memikirkan janji yang pernah ia buat dulu, dulu sekali.

Dan apa yang akan ia jelaskan tentang apa yang telah terjadi padanya sekarang, jika seorang itu menagih janjinya.

Nathan tersadar dari lamunannya, saat Reyhan menepuk pundaknya.
“Woy, gila mikirin apa sih lo? Smpe gua manggil-manggil lo ga sadar aja.” Seru Reyhan dongkol.

Nathan melihat sekeliling dan ternyata kelas sudah selesai, “Emang udah berapa lama gua ngelamun.”

Nathan berdiri dari duduknya dan melenggang keluar, diikuti tatapan heran Reyhan.

***

Baru saja Nathan akan menghidupkan mobilnya, tiba-tiba ia tersadar. Ia baru saja melupakan sesuatu, yang berpengaruh pada kelangsungan hidupnya.

Nathan menepuk dahinya, “Duh, ini nih. Bisanya gua lupa harus pulang bareng Alice.”

Cepat-cepat Nathan mengeluarkan hanphonenya dari kantong, nada sambung terus terdengar hingga suara operator menggantikannya.

Begitu terus hingga 10 panggilan yang sama. Dari panggilan itu Nathan yakin satu hal, Alice marah dan hidupnya akan habis saat dirumah nanti.

Kemudian Nathan mengubah panggilannya, tak sampai dering ketiga telepon tersambung.

“Halo, selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?” Ujar wanita diseberang sana, yang tak lain adalah sekretaris Nathan di perusahaan yang sedang dia jalani saat ini.

“Sarah, tolong batalin seluruh pertemuan hari ini.” Ujar Nathan frustasi mengingat pertemuan hari ini sangatlah penting bagi perusahaannya.

Sarah, wanita itu sempat kaget mendengar permintaan bosnya itu tapi jiwa profesionalnya langsung kembali.

“Apa bapak yakin? Pertemuan ini sudah dijadwalkan dari bulan lalu, dan akan sulit jika akan mengatur pertemuan itu kembali.”

Nathan mengela hapas, “Ya sarah tidak apa-apa. Kamu tolong batalkan saja pertemuannya. Nanti saya yang akan berbicara kepada pak Ressa untuk pertemuan selanjutnya.”

Sarah akhirnya mengiyakan apa yang menjadi perintah dari bosnya, sarah sangat yakin apa yang telah menjadi keputusan bosnya itu pasti telah dipikirkan apa resiko yang harus dihadapi. Sarah sangat mengagumi Nathan sebagai bosnya, bahkan Nathan menjadi panutan bagi hidup Sarah.
Menurut Sarah bosnya itu luar biasa, di usianya yang masih muda, bahkan hanya beda 1 tahun dengan dia sendiri. Nathan bosnya telah memiliki perusahaan sendiri dengan kerja kerasnya, tanpa menerima bantuan dari keluarganya yang notabene pengusaha sukses di Jakarta.

***

“Ma, Alice mana?” Tanya Nathan pada Bella -yang sedang nonton drama korea dengan tegang- saat sampai di rumah.

Bella kaget tapi hanya sekilas, kemudian dia langsung berjalan menuju Nathan yang berdiri di belakang sofa. Dan selanjutnya Nathan tidak memperkirakan apa yang telah terjadi padanya, mamanya baru saja menggetok kepalanya keras.

MARRIED?! NO WAY!!! [Vakum]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang