Mr.Troublemaker - #25

29.8K 2.4K 963
                                    

Night Tour. Acara latihan pernikahan. Di tutup dengan kegilaan kami saat lepas kendali di dalam mobil sebelum akhirnya pulang, karena hari sudah hampir pagi.

Masalah terberat yang kami lalui adalah, mengembalikanku ke dalam kamar. Berat sekali bagi Romeo. Karena tidak ada tangga, mau tidak mau Romeo mengangkatku dengan aku menginjak bahunya sebagai pijakan.

Pacarku itu. Pacar tercintaku. Yang aku sayangi. Paling tampan sedunia. Berusaha sekuat tenaga menjaga keseimbangan agar aku sampai pada dinding pembatas rumah.

Mengeluh berat, hingga paginya dia bilang kalau bahunya sakit. Kasihan sekalian beruang besarku.

Sudah seminggu setelah acara Bad Cinderella Night. Seminggu ini kami disibukan dengan ujian akhir semester.

Daddy sudah seminggu juga keluar kota. Perut Debra terlihat sedikit membesar dan acara muntah-muntahnya makin sering. Debra bilang tidak masalah kalau nilai kuliahnya hancur atau mengulang semester depan. Dia beberapa kali memang tidak mengikuti ujian.

Aku selalu diikuti kemana pun aku pergi di kampus. Kecuali ke kamar mandi tentunya. Selama ujian aku dan kedua sahabatku menghabiskan waktu untuk belajar di perpustakaan sebelum jam kelas. Romeo tentu saja berada di sisiku. Namun dia hanya tertidur. Sudah aku marahi untuk belajar. Dia hanya bilang malas.

Tidak pernah belajar, tapi Romeo pemegang peringkat indeks prestasi pertama di semester ini. Bagaimana bisa? Dia curang atau bagaimana?

Aku yang belajr rajin saja hanya menempati urutan ke lima. Aku kesal dengannya. Kalau dia pintar kenapa tidak mengajariku. Pelit.

Sempat marah beberapa saat. Dasar Romeo, dia punya seribu satu cara untuk membuatku kembali memaafkannya. Kembali menyayanginya. Merindukannya tiap saat. Aku sudah tidak malu lagi untuk memeluk dirinya secara tiba-tiba. All I want is Romeo. Romeo seorang.

Hari ini tidak ada kelas karena sudah masuk libur selama dua minggu. Kami bertiga, aku, Nancy dan Teresa seperti biasa berada di kamarku.

Romeo sejak pagi berada di rumahnya. Katanya harus membantu Angel membersihkan rumah karena akan kedatangan seseorang.

Aku tanya siapa, dia juga tidak tahu.

"Cantik sekali!" Aku menoleh pada Teresa yang melihat ke arah luar di jendela sisi pintu balkon.

"Aku memang sudah cantik sejak lahir." Timpa Nancy.

"Hais, bukan kamu. Tapi, wanita yang barusan dipeluk oleh Romeo!"

Wait!

Aku langsung melompat dari tempat tidur. Berlari ke posisi Teresa. Ikut mengintip di jendela.

Benar. Romeo sedang bersama seorang wanita dengan koper hitam besar di sampingnya. Mungkin dia baru tiba dari luar kota.

Sepupunya kah? Pantas saja Angel sampai harus repot-repot membersihkan rumah.

Aku melihat keduanya memasuki rumah. Aku mengambil ponsel. Mengirimkan pesan chatting.

Ella : Romeo

"Kamu kenal?" Tanya Nancy.

"Maksudnya?"

"Kamu kenal dengan wanita barusan?"

Aku menggelengkan kepala. "Aku baru ingin tanya ke Romeo."

Nancy dan Teresa saling lempar pandangan dan ber-oh-ria pelan. Mereka paham dengan raut wajahku yang berubah.

Sudah hampir satu jam tidak juga ada balasan dari Romeo. Aku yang sibuk membolak-balik halaman majalah, namun dengan pikiran yang berkecamuk. Akhirnya memutuskan untuk ke rumahnya.

Ide Nancy dan Teresa, aku ke sana hanya untuk memberikan kue yang sudah kami buat tadi pagi. Paling tidak ada alasan aku ke rumahnya dan ingin tahu, siapa wanita itu.

Angel membuka pintu. Seperti biasanya dia menyambutku dengan penuh kasih sayang. Selama seminggu ini aku tidak bertemu dengannya. Aku sibuk dengan kuliah. Angel sibuk dengan kerjaannya yang sedikit bermasalah. Aku juga baru sadar, semenjak aku berpacaran dengan Romeo, kami sedikit menjauh. Bukankah seharusnya semakin dekat? Nantinya juga Angel akan menjadi mertuaku bukan? Maksudku, kalau kita menikah nanti.

"Sayangku," Angel memelukku dengan wajah ceria. Terlalu ceria sepertinya hingga aku merasa sedikit sesak saat dia memelukku erat. "Masuklah, ada yang ingin aku kenalkan padamu!" Ia mengambil kotak kue dan mendorong bahuku sedikit kencang.

Pasti wanita tadi, pikirku. Aku melangkah masuk dan berhenti saat memasuki area ruang makan. Mendapati Romeo tengah duduk bercanda dengan wanita berambut hitam panjang, yang mana terlihat ... cantik.

Aku tersenyum pada Romeo, menunggu pacarku itu untuk mengenalkanku padanya.

Di luar kenyataan yang aku dapatkan. Ekspresi Romeo justru terkejut melihat kedatanganku.

"Ella, kenalkan ini Serena. Kekasihnya Romeo. Dia baru datang—" Telingaku berdengung kencang. Sesuatu menghunus diriku. Aku seakan masuk ke dalam kubangan hitam yang terlalu dalam. Kalimat Angel seakan menghujam tubuhku seperti pemecah es. Dingin. Tajam. Menusuk. Sekujur tubuhku terasa sakit. Perih. Ingin menangis namun aku tidak bisa. Berusaha bernapas dalam-dalam namun, seakan di bagian leherku tercekik sesuatu. Tidak terlihat, tapi terasa. "Ella, kamu mendengarkanku? Kamu tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali?"

Aku berdiri. Berdiri di depan pacarku tercinta. Yang paling aku sayangi di dunia ini. Satu-satunya pria yang aku junjung tinggi rasa cintanya. Aku yang sekarang terlihat sangat idiot di hadapannya, hanya karena sebuah fakta yang baru saja meluncur dari bibir Angel.

Dering ponsel membuatku tersentak. Waktu yang beberapa lalu berhenti karena memberiku rasa sakit, kini kembali. Aku kembali ke dalam kenyataan, aku telah dipermainkan. Terkhianati sejauh ini.

Aku hiraukan Angel. Menjawab sambungan ponsel hanya dengan diam dan mendengarkan. Memutuskan sambungan tersebut begitu saja. Pikiranku kacau. Yang aku tahu, aku hanya ingin pergi dari sana.

Sisa kekuatan diriku, aku pakai untuk tersenyum getir. Sedih. Bagaimana bisa aku bahagia dengan apa yang barusan aku dengar?

Romeo melangkah menghampiriku begitu pula dengan Serena. Ia mengulurkan tangan. "Halo, aku Serena. Aku—"

Angel memotong ucapan Serena. Dan kalimat selanjutnya benar-benar membuatku hancur berkeping-keping. Hancur dengan posisi melihat Romeo hanya berdiam diri dan tidak membantahnya. Setidaknya aku masih bisa berharap, apa yang Angel katakan ada bagian yang Romeo sanggah.

"Jangan malu-malu seperti itu Serena. Tenang saja, Ella ini sudah aku anggap anak sendiri. Lihat? Dia mirip sekali dengan Lucy bukan? Nantinya apabila kalian menikah, Ella akan menjadi adikmu juga. Ah, aku sungguh tidak sabar menunggu itu semua. Anak-anakku berkumpul. Kita adakan perayaan makan malam bagaimana?" Angel bertanya entah pada siapa. Aku tidak peduli. Sayatan pada sekujur tubuhku bertambah sakit. "Romeo jangan diam saja. Bantu Serena menaruh kopernya. Aku sudah mempersiapkan kamar. Atau kalian ingin sekamar lagi seperti dulu?"

Lord, seperih inikah sakitnya?




❤️❤️❤️❤️❤️



AN:
Banyak yang nggak mau adegan mobilnya. So, gue keep aja ya?

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang