1# That Simple Code

686 79 7
                                        

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ayo cepat berikan itu kepada Oppa!"

"Kau saja yang memberikannya, aku takut Oppa marah!"

"Oppa tidak akan marah. Eomma bilang dia tidak akan marah!"

Kedua anak kembar berumur lima tahun itu pun dengan semangat mengangkat piring berisikan puding cokelat. Tujuan mereka adalah sebuah kamar di lantai atas, di mana seorang anak laki-laki baru saja keluar.

"Oppa!"

Anak laki-laki itu pun melihat si kembar dengan ekspresi datar. Malah cenderung sebal. Dia yang hendak turun pun terpaksa berhenti di ujung tangga. Sementara si kembar itu bersusah payah naik ke atas.

"Jihoon, cepat ambil puding dari adikmu itu, kau tidak lihat mereka sedang kesusahan untuk menghampirimu?" omel seorang wanita bercelemek dari bawah.

Anak laki-laki bernama Jihoon itu memutar matanya kesal. Kekesalannya pun berpindah ke si kembar yang hampir setiap hari membuatnya pusing itu.

"Oppa, mau coba pudding ini?" seru salah satu dari mereka yang sudah naik mendekati Jihoon.

"Simpan saja di mejaku..." ucap Jihoon tanpa nada lalu dia pun bergerak turun. Tampak si kembar terlihat sedih melihat sikap acuh Jihoon.

"Kau mau ke mana lagi?" tanya wanita tadi melihat Jihoon sudah siap dengan tas dan sepatunya.

"Ke rumah Yeeun..." jawab Jihoon malas. Tanpa melihat wajah wanita itu, Jihoon melangkah lurus menuju pintu apartment.

"Kau pacaran dengan gadis itu?"

Pertanyaan itu pun makin membuat Jihoon kesal. Dia berhenti sejenak sebelum membuka pintu, "Eomma tidak perlu tahu..." jawab Jihoon ketus lalu dia pun membuka pintu dan keluar.

Meninggalkan ibunya yang memandanginya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Wajahnya terlihat sedih meskipun dia sudah biasa dengan sikap acuh putra sulungnya itu.

.

.

.

.

.

Di sisi lain, Jihoon sudah sampai di depan lift. Waktu pintu lift terbuka, Jihoon bertemu sosok pria bertopi yang berdiri sudut lift sambil menundukkan kepalanya. Wajahnya juga tertutupi masker. Jihoon mengeryitkan dahinya memperhatikan pria asing itu.

Ddrtt... ddrrttt...

Ponsel Jihoon bergetar. Anak umur limabelas tahun itu pun buru-buru mengeluarkan ponselnya sambil masuk ke dalam lift.

"Aku sedang keluar sekarang... tunggu saja di parkiran!" seru Jihoon.

Ting!

Lift pun tiba di lantai dasar. Saat pintu lift itu terbuka, sosok pria yang bersama Jihoon tadi tampak buru-buru keluar sambil memegangi ujung topinya. Dia seperti tidak ingin ada yang melihat wajahnya. Jihoon yang melihat itu, hanya cuek karena sejujurnya dia juga sedang terburu-buru sekarang. Dia pun mempercepat langkahnya keluar dari gedung apartment itu. Namun...

The Crime's FighterOnde histórias criam vida. Descubra agora