Alan adalah pria yang paling lembut yang pernah ku temui. Ia menoleh kebelakang dan membopongku secara tiba-tiba. Aku belum sempat protes, ia sudah melompat tinggi sekali. Alan melompat dari container satu ke yang lainnya, membawaku menjauh dari pertempuran disana.

Dari atas sini aku bisa melihat monster itu sedang di serang oleh 2 orang dan satu yang lainnya ada di posisi untuk menyerang. Seseorang memegang panah di atas monster itu, dengan ujung panah yang membentuk pusaran cahaya sangat terang dan besar. Cahaya itu berpendar semakin terang dan terang. Dalam sekejap, cahaya itu mengarah ke monster besar dibawahnya dan berpendar lagi. Kali ini cahayanya semakin terang hingga aku menutup mataku dengan punggung tangan.

Alan menghentikan langkahnya dan menurunkanku. Ia berbalik dan menghadap ke lokasi kejadian. Ledakan cahaya gila tadi sudah mulai padam sedikit demi sedikit dan keadaan mulai kembali seperti semula. Monster itu sudah lenyap tak bersisa, aku masih memperhatikan kejadian itu dengan tidak percaya. Semilir angin yang menerpa wajah kami mengingatkan bahwa malam ini sedang musim dingin. Mereka masih disana terlihat dari kilatan cahaya yang berbeda-beda dari mereka.

" Apa kau baik-baik saja sekarang?" Alan bertanya dengan lembut. Aku tanpa menoleh hanya menjawab dengan anggukan. " syukurlah mereka berhasil." Ia menghela nafas ringan. Aku menoleh dengan cepat.

" kenapa kau tidak membantu mereka?" tanyaku polos.

" tugasku adalah menjagamu dan membuatmu merasa lebih aman. Dengan begitu mereka akan lebih mudah melawan monster itu. " Alan menjawab dengan seulas senyum tipis , sambil mengelus pelan pucuk kepalaku. "karena itu, kau beruntung bisa bersamaku sekarang."

Aku mengerucutkan bibir, dan menarik tangannya dari ujung kepalaku.

"jangan bertingkah seolah kita akrab" Kataku ketus.

Ia hanya tertawa kecil dan melingkarkan lengannya di bahuku. Aku yang terkejut dengan tindakannya langsung refleks menyikut perutnya. Ia meringis kesakitan.

"Ayo kita kesana. Mereka harus ku obati." Alan menurunkan tangannya dan berjongkok didepanku. "cepat naik. Kau tak kan bisa turun sendiri dari tempat setinggi ini." Ia mengulurkan tangannya kebelakang. Bersiap untuk menggendongku seperti menggendong adiknya.

Aku tidak menjawab dan hanya menurut dengan perintahnya tadi. Alan memegangku erat dan mulai meloncat-loncat lagi. Kenapa mereka senang sekali meloncat kesana kemari sih. Aku menghela nafas panjang dan membuat alan sedikit menoleh kebelakang.

"Aku rasa ini akan jadi malam yang panjang bagimu, Kei."

Aku mengerutkan dahi, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Aku melihat matanya berkilat hijau dan seulas senyum misterius setelah ia mengatakan itu. Nafasku mulai melembut, kepalaku terasa berat dan pandanganku mengabur. Ah sial. Apa ini, apa dia menghipnotisku sekarang? Hebat. Gelap. Semuanya gelap. Aku rasa semua yang terjadi hari ini hanya mimpi bodoh akibat sendirian dimalam natal.


***


Kaciatore Corp 03.15 A.M

Lima orang pria sedang berkumpul di meja panjang dalam sebuah ruangan kaca. Atmosfer yang tercipta sangatlah hening. Belum ada satupun orang yang memulai percakapan sejak 15 menit yang lalu. Pria berkacamata dengan rambut hitam berjambul sedang menatap kosong cangkir kopi didepannya. Tangannya menekuk membuat kepalan didepan mulutnya, menandakan ia sedang berpikir keras sekarang. Disisi kanannya, ada pria jangkung dengan telinga yang sedikit lebar. Yang dilakukannya tidak jauh berbeda , menatap kosong ke arah meja dengan tangan yang bersedekap di depan dada.

Vorthen - PCY Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ