The Lighting Arc

40 1 9
                                    



"dan kau .. " pria itu menoleh kearahku. " berilah aku sedikit ruang , dan menjauhlah sedikit ke ujung sana. " ia menggerakan kepalanya menunjuk kearahku, bermaksud agar aku sedikit bergeser. Aku mengangguk cepat dan segera mundur kebelakang.

Aku berjongkok sedikit jauh dan memperhatikan mereka berdua. Suara tembakan dan debuman yang terdengar disisi lain membuat ku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pisau pria itu mengeluarkan cahaya hijau yang sedikit berkilau dibagian ujungnya. Ia mencungkil sedikit daging yang berwarna kehitaman membuangnya kesisi lain yang lebih terang.

Benda asing itu berusaha untuk menyatukan dirinya dengan tubuh layne, si rambut merah. Aku berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Mereka berbicara dengan serius setelah pria pirang tadi menyingkirkan benda hitam itu. Layne mengangguk dan si pirang tadi menekan luka layne dengan telapak tangannya yang mengeluarkan gelombang hijau.

Layne mengerang kesakitan, selang semenit kemudian jeritan layne mereda dan pendarahannya telah selesai. Lukanya tertutup dengan sempurna. Aku membelalak kaget, dan menutup mulutku tidak percaya.

Dia itu penyihir atau apa bisa menyembuhkan luka sobek yang begitu besar dengan mudahnya? Astaga. Layne bergerak meraih pedangnya dan berusaha untuk bangun di bantu dengan si pirang tadi yang menyembuhkan lukanya. Aku menurunkan tanganku dan memperhatikan pergerakan mereka dengan seksama.

Layne berdiri tegak sekarang, memegang pedangnya sambil menunduk sebentar. Hanya butuh waktu sekitar 30 detik, ia kembali seperti semula. Dengan api yang menyelimuti pedangnya dan matanya yang berkilat merah. Tubuhnya yang tidak berbalut kaos membuatnya terlihat cukup seksi dengan bentuk tubuh yang sempurna. Ia menepuk pundak si pirang itu dan berbicara sesuatu , menoleh kearahku dan menatapku untuk beberapa saat. Layne menekuk kakinya sedikit bersiap untuk melompat seperti yang dilakukannya tadi. Kemudian dalam sekejap ia melesat keatas dan meninggalkan jejak kaki berapi disana.

Si pirang itu menoleh kearahku sekarang. Ia berjalan dengan santai bak seorang model menuju ke tempatku berdiri. Ia berhenti satu langkah didepanku dan tersenyum hangat. Aku menatapnya heran , bagaimana bisa dia tersenyum ramah begitu ketika temannya sedang dalam kesulitan?.

" Hallo nona " ia melambai singkat dan kubalas hanya dengan anggukan. " siapa namamu ? " ia bertanya masih dengan bibir yang menyunggingkan senyum indah.

Tepat sebelum aku menjawab pertanyaannya terdengar suara debuman, dan aku melihat Layne terlempar ke tanah di balik tubuh si pirang itu. Mataku teralihkan kesana, melihat layne yanag sedang berusaha menahan lengan monster itu di depan wajahnya. Aku meringis merasakan kengerian diujung sana. Si pirang itu bergeser , dan menghalangi pandanganku.

"namaku Alan." Ia mengulurkn tangan. " tenang saja, mereka akan baik-baik saja." Ia menggedikan bahunya sekilas, menandakan jika ini memang hal yang sering terjadi. Aku masih menatapnya aneh dan menyambut uluran tanganya.

"K-kei. Keina ... Luce" aku menatap matanya. Ia tersenyum lagi, dan itu membuatku refleks membalas senyumnya dengan terpaksa. ia mengeluarkan tangan kirinya dari saku celananya dan menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.

"Baiklah , Kei. Sekarang ayo ikut dengan ku, kita harus pergi dari sini." Alan menatap mataku dengan intens membuatku bahkan merasa cukup aman jika ada disekitarnya. Ia berjalan kearah berlawanan dan menarik tanganku dengan lembut.

Aku hanya memperhatikan tanganku yang sedang berada dalam genggamannya dan tanpa sadar ikut berlari kearah yang sama. Aku memperhatikannya dari belakang. Aura yang dipancarkan oleh pria ini sangat tenang dan damai.

Vorthen - PCY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora