1

1.6K 154 5
                                    


Chagiya : Jinjin sayang... maaf..

Chagiya : Jinjin imutku... jangan marah dong..

Chagiya : Jinjin... sampai kapan kamu mengabaikanku..

Chagiya : Jinjin.. dibales dong sayang...

Dan masih banyak lagi pesan yang didapat oleh laki-laki imut ini. Dimasukkannya ponselnya kesaku mantelnya dan melanjutkan ketempat yang akan ditujunya.

Tak lama ia sudah sampai disebuah bangunan yang bertingkat dua. Dilihatnya dengan seksama bangunan yang ada didepannya.

Tak buruk juga...

Ia lalu menuju ke security yang sedang berjaga. Ralat sedang bermain game diponselnya dengan serius. Sampai-sampai security tersebut tidak menyadari kehadirannya.

"Ehm!" suara dehemannya membuat sang security yang sudah berumur terlonjak kaget. Security yang bernama Song Seung Bok yang terlihat di name tagnya memposisikan tubuhnya yang agak berisi menghadap kearah Jinhwan.

"Ada yang bisa dibantu dik?" tanya Seung Bok pada laki-laki imut didepannya.

Sayangnya karena suasana hati Jinhwan sedang tidak bersahabat. Security ini tanpa disadari telah memperparah suasana hatinya karena sebuah satu kata. 'dik'.

Karena ia ingin segera beristirahat. Meski kesal, laki-laki imut ini tak berniat membahas 'dik' itu.

"Saya penghuni baru dikos ini." Ucapnya. Seung Bok lalu mengambil sebuah berkas dilaci mejanya.

Seung Bok kemudian mengangguk-anggukan kepalanya setelah membaca berkas tersebut. Tapi kemudian matanya terbelalak kaget namun hanya sebentar.

"Kim Jin Hwan-ssi ya?" tanya Seung Bok meyakinkan.

Laki-laki imut itu mengangguk. Seung Bok lalu berdiri dan mengantarkan Jinhwan ke kamar yang akan ditempatinya.

Mereka berdua menuju kelantai dua dan terus berjalan sampai ke kamar yang berada dipojok sendiri. Jinhwan mengernyit. Ia mendengar suara berisik didalam.

Sepertinya Seung Bok paham dengan ekspresi bingung yang Jinhwan tunjukan. Seung Bok mengucapkan hal yang malah membuat Jinhwan semakin mengernyit bingung.

"Jinhwan-ssi jangan terlalu terkejut. Dibawa santai saja." Seung Bok menepuk pelan bahu kecil Jinhwan dan berlalu pergi setelah menyerahkan kunci kamarnya.

Jinhwan memandangi kunci dan pintu kamarnya bergantian cukup lama. Ia lalu memutuskan untuk masuk.

Dan benar saja, ketika Jinhwan baru membuka pintu sedikit. Suara musik dan nyanyian sumbang menggema langsung ke telinganya. Jinhwan badmood.

Dengan kesal ia menutup pintu sampai terdengar suara dentuman yang keras. Suara sumbang tersebut langsung berhenti dan dibalik tembok, menyembul kepala seorang pria dengan tampang bodohnya.

Jinhwan tidak peduli. Ia lalu menyeret koper besarnya yang berat belum dengan tas ranselnya yang juga berat. Kenapa tubuh kecil ini harus berhadapan dengan yang berat-berat?

Ia menuju kesebuah ranjang yang tidak dipakai oleh pria yang akan menjadi teman kamarnya.

Diletakannya tas dan kopernya diranjang. Dikeluarkannya baju-baju Jinhwan yang terlipat rapi untuk diletakan dilemari yang sebagai pemisah ranjang mereka.

Dan sudah dipastikan, lemari yang tak terlalu besar tak cukup untuk menampung bajunya. Karena sebagian besar telah diisi baju teman sekamarnya.

Dengan terpaksa, Jinhwan meletakan sisa bajunya dikopernya.

"Jangan memperhatikan aku seperti itu." Jinhwan menatap pria yang masih menatapnya intens di ranjangnya sendiri. "Aku risih tahu!" ucap Jinhwan dan melanjutkan menatanya yang hampir selesai.

Mereka berdua terdiam dan larut dalam kegiatan masing-masing. Jinhwan dengan barang-barangnya yang akan ditata dan teman sekamarnya yang masih terus memperhatikannya.

"Aku Hanbin. Kim Hanbin."teman sekamar Jinhwan memperkenalkan dirinya. "Kamu siapa dik?"

Jinhwan langsung menghentikan kegiatannya. Ia menoleh ke Hanbin teman sekamarnya dengan kesal. Hanbin menautkan alisnya. Ia tidak tahu kenapa roommatenya tiba-tiba kesal.

"Kamu kenapa di-" belum sempat Hanbin menyelesaikan ucapannya. Jinhwan langsung memotongnya.

"'Dik'? Aku bukan adikmu tahu!" ucap Jinhwan ketus.

"Aku tahu kamu bukan adikku. Adikku ada dirumah dengan ibuku." jawaban Hanbin yang sepertinya tidak paham dengan apa yang diucapkan Jinhwan. Membuatnya memutar bola matanya malas.

"Ah.. Sudahlah. Aku tanya. Umur kamu berapa?"

"Umur?"tanya Hanbin meyakinkan. Jinhwan mengangguk. "Tahun ini berjalan 23."

Jinhwan mendengus dan tersenyum meremehkan. Membuat Hanbin menaikan salah satu alisnya.

"Kalau begitu panggil aku hyung!" Jinhwan menekankan ucapannya pada kata 'hyung' yang semakin membuat Hanbin bingung.

Jinhwan tahu kalau Hanbin masih belum paham kenapa ia harus memanggilnya hyung. Jinhwan tahu, wajahnya yang kelewat imut dan seperti remaja ini selalu disalah artikan oleh orang-orang.

"Mulai hari ini sampai seterusnya panggil aku hyung. Jinhwan hyung mengerti! Dan umurku sudah 25 tahun!"Jinhwan berbalik dan melanjutkan menata barangnya yang sebenarnya sudah rapi.

Sedangkan Hanbin. Mulutnya terbuka lebar dan menatap Jinhwan dengan pandangan tak percaya.

Jinhwan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jari telunjuk kanan dan kirinya masing-masing menyumpal lubang telinganya. Dan selanjutnya yang terjadi seperti apa yang dipikirkannya.

"APA!" Teriak Hanbin heboh.

Sudah biasa...

Seperti Drama - iKONWhere stories live. Discover now