Berharap dan tidak diberi harapan

Începe de la început
                                    

"Tapi ibu yang membuatmu ada diantara mereka sekarang." ucap Dila yang ternyata menyesal.

"Bu, tidak ada yang salah, qodarullah, ini sudah takdir Allah. Kita tidak bisa berencana selagi Allah merencanakan sesuatu hal yang berbeda. Mungkin bisa kita berencana, tapi akhirnya hasil itu tidak sesuai yang kita harapkan. Begitupun niat ibu untuk melihat Mas Kala dan Rere bahagia, mungkin melalui aku sebagai pilihan ibu, yang ibu anggap baik dan cocok untuk mereka. Tapi sesungguhnya, kebahagiaan mereka terletak hanya pada Mbak Sera, dan aku bersyukur dia kembali lagi bu." jelas Sheena.

Dila mengelus lembut pipi Sheena, airmatanya sudah tumpah. "Ibu tetap salah padamu, Nak. Tapi harus kamu tau, Ibu sudah menganggap mu seperti anak sendiri, karna ibu tau bagaimana kebaikanmu. Dan ibu sangat-sangat berharap, bertahanlah untuk tetap bersama Kala ya. Sebenarnya Kala juga tidak bisa hidup tanpamu, Nak."

Entah ucapannya hanya untuk menyenangkan Sheena atau tidak, tapi Dila terdengar tidak mau kehilangan Sheena karena kejadian ini.
Tapi Sheena kembali berpikir, apa mungkin bisa dirinya kuat saat pertama kali saja dia sudah diacuhkan? Dan, Kala tidak bisa hidup tanpa Sheena? Apa itu tidak salah?

***

"Maa, Mama kenapa sih diem mulu?" tanya Rere saat berada satu mobil dengan Sheena, perempuan itu sedang menjemput gadis kecilnya dari sekolah. Kala meminta Sheena melakukannya, sedangkan laki-laki itu masih merawat Sera.

"Gapapa kok, Re.." jawab Sheena sembari mengusap puncak kepala Rere.

"Oh ya Ma, tadi gulu Lele bilang, kalo besyok ada studitul.. Dan, Lele halus ngajak olangtua. Mama ya yang ikuuut?" ucap Rere.

Sheena tersenyum, orang tua ya? Harusnya bukan dia yang ikut, tapi Sera. Sera lah orang tua kandungnya.

"Kita ijin sama Papa dulu ya." ucap Sheena tidak mau menjawab. Entah bagaimana nanti jawaban Kala.

Rere terus memperhatikan Sheena yang sedang menyetir. Terus. Tanpa berkedip. Sampai akhirnya Sheena menyadari hal itu.

"Eh, kenapa Sayang?" tanya Sheena sedikit canggung, bagaimana tidak, melihat Rere yang terus memperhatikannya. Menggemaskan iya.

"Mama kenapa?" tanya Rere, anak kecil tidak bisa dibohongi. "Mata Mama kok kayak dimaem semut." tanyanya lagi begitu polos.

Sheena tidak bisa berbohong, matanya memang bengkak dan sembab, karena dikantor waktunya hanya untuk dibuat nangis dan nangis. Pekerjaannya jadi berantakan dan dia sendiri tidak fokus. Hanya dikantor lah dia bisa bebas melakukan apapun, bahkan untuk menangis sekalipun. Dia tidak mau Kala tau bahwa dirinya sedang rapuh.

Sheena masih mengutuk dirinya sendiri, yang harusnya ingat apa tujuan pernikahan mereka, dan isi perjanjiannya juga.

"Iya, tadi dikantor banyak semut. Eh semut cowoknya malah gigit mata Mama." ucap Sheena sembari meringis.

"Nnngggh," Rere tiba-tiba mendengus. "Mama boong ah. Mama abis nangis kan? Lele kalo habis nangis juga gitu matanya. Hmmm." ucap gadis kecil itu. Dia benar-benar anak ajaib.

"Eh Sayang, kita kerumahnya Om Ayaz ya? Kita main dulu kesana. Gimanaa?" ucap Sheena mengalihkan pembicaraan.

"Om Ayaz ya? Tante Lala?" tanya Rere dengan antusias.

"Iya, tante Tira. Mau?"

"Mau mauu. Lele kangen juga ama Tante Lala." jawabnya. "Tapi, mata Mama kenapa? kenapa nangis?" tanyanya lagi yang membuat Sheena gubrak. Dia kira caranya mengalihkan pembicaraan berhasil, tapi ternyata daya ingat gadis kecil itu lebih top cer.

***

"Sheena, mata kamu kenapa?" tanya Tira melihat ketidakberesan.

Mereka sedang berada diruang tamu, sedangkan Rere sedang main dengan Bi Mina di taman belakang milik Ayaz atau yang lebih dikenal dengan nama Vero.

"Dari tadi aku perhatikan kok ada yang beda ya, dan itu mata kamu, sembab. Habis nangis?" sudah seperti Rere, Tira begitu gencar bertanya.

"Nggak Kak, cuman lagi sakit mata aja." jawab Sheena meringis.

"Dua-duanya?" tanya Tira sangsi.

Sheena kembali meringis, entah apa yang harus dia jawab. Dia terlihat sangat berbohong, dan dia tidak pandai dengan hal itu.

"Sheena, kalo kamu butuh tempat cerita, aku bisa kok. Jangan memendam, kalo kamu nggak bisa menahannya. Memang tidak ada Dzat yang Maha Mendengar sebaik Allah, tapi setidaknya kita juga perlu orang yang mau mendengar mu dan menguatkanmu. Sesungguhnya Allah tidak serta merta memberi kebaikan secara langsung, tapi melalui perantara. Dan perantara itulah yang datangnya tidak terduga. Bercerita lah, kalo kamu mau. Aku siap untuk mendengarnya." ucap Tira yang sudah melihat mata Sheena berkaca-kaca.

"Entahlah Kak, ini memang salahku. Aku berharap pada orang yang tidak memberi harapan sedikitpun." Sheena menundukkan kepalanya, mengusap air mata nya agar tak terlihat jatuh didepan Tira.

Tira mengusap pundak Sheena, "Siapa yang kamu maksud? Sheena, berharap lah dengan sewajarnya, dan jika kamu lelah karena harapanmu, itu artinya kamu harus kembali meletakkan harapan itu pada Dia, dan biarlah Dia yang mengatur semuanya." ucap perempuan itu coba menenangkan.

"Allaziina aamanuu wa tathma'innu quluubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tathma'innul-quluub. 'yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.' SubhanAllah kan, InsyaAllah kalo kita mengingat dan meletakkan harapan kita pada Sang Pemilik Hati, hati kita akan tentram dan tenang. InsyaAllah kamu bisa Sheena." ucap Tira yang mampu membuat Sheena adem, matanya tidak bisa menahan airmata.

"Makasih Kak, makasih.. aku nggak tau kenapa bisa berharap padanya, padahal aku sudah berjanji untuk nggak buat serius hubungan ini." ucap Sheena.

"Semua itu terjadi karena biasa bersama. Dan Sheena, bukannya aku apa-apa ya, aku nggak tau gimana perjanjian kalian berdua, tapi semua hubungan, semua. Itu tidak ada yang main-main, kalo pun kita menganggap hal itu main-main, lalu untuk apa kalian ada hubungan? Pasti memiliki tujuan bukan? Itu artinya kalian juga serius, serius untuk tujuan itu." jelas Tira.

***

"Assalamualaikum." Sheena dan Rere sudah sampai rumah.

"Rere, kamu ke kamar ya. Mama nyiapin makan siang dulu buat kamu." ucap Sheena pada gadis kecil yang mengangguk dan segera melakukan apa yang dikatakan Sheena.

Sedangkan perempuan itu berjalan gontai ke dapur untuk menyiapkan makan siang Rere.

"Darimana saja kamu?" tanya seseorang yang sudah ada didalam dapur, terlihat sedang menyiapkan makanan juga.

"Dari rumah Kak Vero." jawab Sheena seadanya.

"Kan sudah aku bilang hanya menjemput." ucap Kala.

Mulai. Ngeselinnya.

***

Haloow dateng lagi. Banyakan kan part ini? Huehe. Disantaiin aja, Kalanya.

Regards

Umi Masrifah

Memeluk BayangUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum