Killed#7(B)- Resurrected From Zero Life [RE]

Start from the beginning
                                    

"Ngh. . ."

    "Bersabarlah Nak. Badanmu sekarang bahkan belum bisa membawamu pergi melangkah, apalagi jika bertarung. " Ucap Gordon, membiarkan Ladius kembali ke tempat tidurnya.

" . . . ."

    "Aku akan keuar sebentar. Jika ada sesuatu tanyakan saja padaku. Ralia, jaga dirinya ya?"

"Baik Ayah." Jawab Ralia, menatap Ayahnya yang beranjak keluar ruangan.

". . . "

    " . . ."

Keheningan menyembunyikan suara mereka dalam ruangan yang tampak normal itu. Gadis yang menahan rasa takutnya berulang kali melihat wajah Ladius yang malah langit-langit kamar ditempatnya itu.

"N-namaku R—"

   "Ralia. Itu sudah disebutkan Ayahmu tadi."

"Be-begitu ya, maaf jika itu mengganggu"

   " . . . ." Kenapa dia minta maaf?

"Bolehkah—"

   "Namaku adalah Ladius Friedhert" Ucapnya menyela, mengejutkan wajah Ralia yang duduk menemaninya.

"Begitu ya." Kata Ralia.

" . . . "

    " . . . "

Suasanan sunyi senyap menghentikan perasaan mereka tuk dilontarkan. Mata sang gadis melihat wajah Laki-laki didepannya dengan perasaan yang campur aduk antara penasaran dengan takut.

"Ladius, bolehakah aku bertanya sesuatu?"

   "Iya." Jawab Ladius tanpa ekspresi sama sekali.

"Apa yang kau lakukan di hutan kemarin?"

" . . ." Oh iya, aku lupa bertanya tentang tempat ini.

    "Ralia, apa nama wilayah yang sekarang ku tempati?"

"Eh?"

   "Ada apa? Apa orang luar sepertiku tidak boleh tau?"

"Bu-bukan begitu." Gelisahnya sambil menggoyangkan kedua tangan. "*Huff* sekarang Kau ada di daerah para Demi-Human­—yaitu Beast Riser­."

   "Beast Riser? Ada dimana letak wilayah ini?"

"M-maaf Ladius, tapi aku tidak tau ada dimana wilayah letaknya."

   "Begitu ." Memang tepat yang kupikirkan. Sepertinya wilayah ini jauh dari pandangan manusia.

"Apa ada yang ingin Kau tanyakan lagi?" Tanya Ralia dengan senyuman hangat.

    "Tidak, terima kasih telah menjawab pertanyaanku tadi."

"S-sama-samam, Ladius." Angguknya dengan perasaan gelisah. " . . . "

   "Aku harus pergi sekarang."

"A-apa? T-tapi kan--:

*Sret

Tangan kananya yang cukup berisi mulai menarik perban yang menutupi seluruh badannya. Kulit cokelat terang bersih menunjukkan mulusnya seluruh sisi tubuhnya di hadapan Ralia yang tak berkutik sama sekali. Mulutnya tidak bisa mengeluarkan satupun kata---memperhatikan badan Ladius yang pulih kembali dengan tak ada satupun bekas luka atau goresan yang tersisa.

Unliner Zero -Newcomer- [Discontinued]Where stories live. Discover now