Bab 1: Shocking News

3.3K 95 1
                                    




Pagi ini gue bangun kesiangan, akibat keteledoran gue yang lupa nyalain alarm. Akibatnya, gue harus buru-buru dan gue pun gak sempet sarapan.

"Rose, kamu kok buru-buru?" Tanya mama.

"Rose bangun kesiangan, ma," jawab gue yang masih sibuk beresin barang.

"Ya sudah, hati-hati, ya."

"Iya, ma."

"Oh iya, Rose. Nanti kamu pulang cepet ya. Ada makan malam keluarga. Jangan sampe telat."

"Siap, ma. Rose pergi dulu ya, ma."

Di kampus pun gue langsung disapa oleh sahabat kesayangan gue, Carla dan Vira. "Lo beruntung banget hari ini, Rose," kata Carla di sela-sela dia meneguk minumannya.

"Kenapa?"
"Hari ini, Pak Ahmad telat juga. Jadi lo gak dapet tugas tambahan deh."
"Mau mati gue kalau dapet tugas lagi."
Kami berbincang-bincang cukup lama sehingga lupa waktu.

"Eh, ini jam berapa? Gue harus pulang cepet hari ini."
"Jam 5. Emang nya lu mau ngapain, Rose?"
"Ada makan malam keluarga. Gue duluan ya," pamit gue kepada sahabat-sahabat gue.

Gue pun lari ke parkiran untuk mencari supir gue yang biasa nganterin gue ke kampus.
"Pak Agus!" panggil gue.
"Iya, neng? Mau pulang sekarang?"
"Iya, pak. Bapak nunggunya kelamaan ya?"
"Gak kok. Mari, neng."
Gue sampai di rumah sekitar 15 menit kemudian. Dan gue mendengar gelak tawa di ruang makan.

"Rose, pulang."

"Rose, sayang. Kenalin, ini tante Grace dan Om James."

"Halo, tante dan om. Saya Roselyn."

"Cantik sekali anakmu, Alice," puji tante Grace.

Gue yang masih gak ngerti situasi macam apa ini hanya senyumin ucapan tante Grace. Gue lihat ada cowo asing yang lagi duduk di meja makan.

"Rose, ini Ben, calon suamimu."

"APA?! Suami?!" teriak gue.

Tiba-tiba ada suara gelas jatuh. Dan orang yang menjatuhkannya adalah Belle. Dia langsung lari ke kamarnya. Asisten rumah tangga yang kerja di rumah gue langsung membersihkan pecahan gelas itu. Gue tau pasti dia syok banget. Gimana gak? Orang yang dia sayang harus nikah sama adiknya sendiri. Gue menarik mama pelan untuk mengajaknya berbicara.

"Ma, kenapa harus Rose yang menikah? Kan Belle anak pertama. Kenapa bukan Belle?" Tanya gue sambil berbisik.

"Belle juga sudah punya calonnya. Bukan hanya kamu yang akan kami jodohkan," jawab mama.

"Ya udah, tuker calonku dengan calon Belle," pinta gue.

"Bukan kami yang memasangkan kalian. Tapi calon suami kalian yang memilihnya. Ben memilihmu terlebih dulu," jawab mama.

Gue kaget dengar itu. Setau gue, Ben itu masih sayang sama Belle. Mereka pasangan yang dipuja-puja oleh orang lain. Hanya saja entah apa alasannya, hubungan mereka kandas setelah bersama selama 3 tahun.

"Nanti Rose yang ngomong sama Ben dan Belle deh."

"Memangnya kenapa kamu mau tuker dengan Belle?"

"Nanti Rose ceritain, ma. Gak sekarang."

"Baiklah."

Setelah berbicara sama mama tadi, gue memutuskan untuk ke kamar Belle, mengenceknya.

"Belle, Rose masuk ya," ijin gue.

Gue melihat Belle mencoba menyembunyikan wajahnya dari gue.

"Belle, Rose tau Belle sedih. Belle mau tukeran ama Rose?" Tanya gue.

"Gak usah, Rose. Mau kita tukeran juga, Ben gak akan mau sama Belle," jawab Belle.

Gue gak ngerti dia ngomong apa. Cuman karena Belle mantannya, masa Ben tega menolak Belle?

"Kenapa menurut Belle, Ben gak akan mau sama Belle?"

"Bukan saatnya Belle menceritakan ini. Pokoknya sekarang, Rose nikah aja ya sama Ben," pinta Belle. Gue gak bisa nolak. Ini juga tuntutan dari orang tua gue.

Malam harinya, gue masuk ke kamar orang tua gue.

"Ma, pa, kenapa Rose harus menikah?"

"Rose, ini demi kebaikanmu, nak."

"Pa, tapi Rose belum siap. Bahkan Rose baru lulus sekolah 2 tahun lalu."

"Sebenarnya,-" Ucapan papa terpotong oleh mama. "Jangan, Thomas."

"Tidak apa-apa, Alice," ucap papa mencoba untuk menenangkan mama.

"Perusahaan kita sedang dalam posisi yang bisa dibilang hampir bangkrut. Papa dan mama gak mau kalian terlibat dalam hal ini. Jadi, kalian, anak-anak perempuan papa akan papa kirim ke New York bersama calon suami kalian. Papa dan mama pun menikahkan kalian dengan anak sahabat papa dan mama. Jadi papa dan mama tidak perlu khawatir," lanjut papa.

"Bagaimana dengan Zack?" Tanya gue.

"Dia akan di Indonesia, membantu papa membangkitkan perusahaan lagi. Kamu akan di New York dan Belle akan berada di Los Angeles," jawab papa.

"Baiklah. Selamat malam papa dan mama," ucap gue seraya memeluk mereka.

Gue merasa kasihan dengan mereka yang sudah bekerja keras dan uang hasil kerja keras mereka gue bersama saudara-saudara gue  habiskan begitu saja. Daripada gue memberatkan beban mereka. Lebih baik gue meringankan mereka dengan cara menikah. Menerima perjodohan ini sangatlah berat bagi gue. Maka dari itu, gue pun menangis hingga subuh. Dan gue hanya mendapatkan waktu tidur selama 3 jam.

"Pagi, semua," sapa gue lemes.

"Ya ampun, Rose!" teriak mama.

"Kamu terlihat menyeramkan. Ada kantung mata dan matamu bengkak. Apa yang terjadi denganmu?" Tanya mama.

"Tidak apa-apa," balas gue.

Gue langsung duduk dan meminum susu yang sudah disiapkan.

"Ayo, Rose. Gue anter lo ke kampus," ajak orang disebelah gue.

Mon Amour, RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang