Part 2

19 7 2
                                    

Revan tampak sibuk memasang gips di tangan kiri salah satu rombongan pemuda babak belur tadi. Sungguh kasihan bukan hanya tangan kirinya saja yang patah tapi juga wajah babar belur yang mungkin butuh waktu yang tak sebentar untuk sembuh. Otaknya berfikir bahwa pemuda-pemuda tadi pasti korban tawuran antar geng atau sekolah. Ntah apa yang ada di pikiran para pemuda itu lebih memilih main otot daripada main otak sungguh bodoh sekali. Tapi sebagai seorang dokter Revan hanya bisa mengobati, ia tak berhak mengatur kehidupan mereka toh nggak ada untungnya juga buat dirinya.

3 jam berlalu akhirnya semua pasien sudah diobati, Revan pun meninggalkan ruangan tersebut menuju kantin rumah sakit untuk beristirahat sejenak sambil memesan sesuatu. Tiba di kantin ia duduk di salah satu kursi yang kosong tapi sebelumnya ia sudah memesan secangkir kopi. Baru saja duduk ia dikejutkan dengan kedatangan sahabat dekatnya yang bernama William Zakaria Putra. William adalah seorang manajer perusahaan perhotelan yang cukup sukses dan ia juga dikenal sebagai seorang players sejati.

“Hay bro, gue cariin diruangan lo tadi malah nggak ada .” Kata Willian

“Iya, gue habis kedatangan pasien dalam jumlah banyak, barusan aja gue selesai.”Jawab Revan

“Korban keracunan massal,Van?”

“Bukan, kayaknya sih korban tawuran.”Jelas Revan

“Hah?tawuran?serem amat ya jaman sekarang anak-anak pada doyan tawuran.”

“Ntahlah, gue juga nggak ngerti, tapi anehnya nggak ada berita soal tawuran hari ini.”

“Nggak selalu tawuran itu bakal ketangkep sama polisi dan jadi berita, Van.”

“Iya juga sih tapi ngomong-ngomong ngapain lo kesini.” Tanya Revan pada William

“Ihhh gue kan kangen lo beb.”Jawab William dengan muka sok imut

“Idih najis lo bilang kangen, kurang belaian ya lo?” Ucap Revan

“Ah elah lo bro, gue kan mau ngajak lo keluar malam ini.”

“kemana emang bro?kalo ke klub malem gue ogah.” Tolak Revan

“Kenapa emang?biasanya juga lo iya-iya aja gue ajak kesana.” Kata Willian heran karena ini pertama kalinya Revan menolak ajakannya.

“Kak Vio tadi pagi bilang gue harus dirumah malem ini.”

“Ada apa emangnya?”

“Orang tua gue lagi kerumah, katanya ada hal penting yang mau diomongin.”

“Yahhhh, padahal kita bisa nyari inceran baru ntar malem.”

“Lain hari Will.” Kata Revan

Keduanya pun melanjutkan obrolan sambil ditemani secangkir kopi yang sudah dipesan. Semua hal mereka bicarakan dari keadaan perusahaan William sampai teror dari korban one night stand mereka. Sudah lumrah bagi mereka jika dikejar-dikejar para wanita, dan para wanita itu pun tidak menolak mejadi teman ranjang semalam. Tak ada wanita yang menolak pesona dua pria tampan ini, mungkin hanya wanita buta yang menolak mereka karna tak bisa melihat wajah tampan mereka.

Tak terasa waktu istirahat Revan telah habis, ia harus kembali keruangannya dan menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter. Sedangkan William sendiri memutuskan untuk kembali ke perusahaanya karna akan ada meeting dengan klien penting. Revan bekerja cukup sibuk hari ini karna ntah mengapa banyak sekali pasiennya hari ini.

Disebuah apartemen mewah Ara tengah duduk di depan televisi sambil memakan cemilannya. Meskipun tak sempat berbelanja makanan ke supermarket gara-gara perkelahian tadi, ia sempat mampir ke indomaret untuk membeli beberapa mie instan, roti isi, minuman serta berbagai macam cemilan untuk mengganjal perutnya. Diletakkannya bungkus keripik singkong yang sudah kosong lalu diminumnya sebotol coca cola. Lagu fantastic baby dari salah satu band korea menghentikan kegiatan mengunyah Ara.

Little Monster Where stories live. Discover now