1. Daily Activity

Start from the beginning
                                    

"Nggak boleh," Gue menarik bantal yang sedang Guanlin tiduri sehingga otomatis suami gue itu membuka matanya secara sempurna.

"Lo kenapa sih akhir-akhir ini suka tidur dan susah banget untuk dibangunin, padahal gue liat waktu produktif lo masih banyak dibandingkan gue."

"Lo ngomong kaya nggak pernah jadi mahasiswa aja."

"Iya gue tau kalau lo kecapean. Tapi kalau udah saatnya lo bangun, berarti lo memang harus bangun. Namanya juga mahasiswa, nggak ada yang mudah."

Setelah memastikan suami gue bangun. Gue lalu menuju lemari, mengambil pakaian dalam dan langsung memakainya. Gue ngelirik sebentar, ngerasa suami gue tengah memperhatikan gue.

Dia tersenyum sambil menopang kepalanya, menatap gue dari atas sampai bawah. "Terimakasih karena sudah memberikan pemandangan indah dipagi hari." Guanlin malah bersiul menggoda gue.

Gue mutar kedua mata gue, "Liat ginian aja lo langsung melek. Dasar bocah. Sana gih mandi, jangan terlalu banyak ngulur waktu, malu sama ayam."

"Masih jam 7 kurang, Uci. Gue ada kelasnya jam 8," kata suami gue setelah melirik jam yang ada didinding.

"Satu jam itu sebentar untuk bersiap-siap, Linlin. Gue nggak mau kejadian kemarin keulang ya, lo ngulur-ngulur waktu buat kuliah terus nggak sempat makan sarapan yang gue buat. Lo juga hari ini udah janji mau nganterin gue kerja."

"Selama apapun gue siap-siap, nggak bakal selama elo."

"Cewek kalau nggak lama berarti bukan cewek." Gue mendengus, "Intinya hari ini gue mau dianter sama lo. Gamau tau. Harus. Kudu."

"Iya Uci. Iya. Gue anter kok."

"Gitu dong. Lo 'kan nggak terlalu sering nganterin gue. Masa lo tega biarin gue naik motor tiap hari berteman debu dan asap kendaraan."

"Gue udah pernah nawarin, gue yang pake motor dan lo yang naik mobil. Tapi lo dengan alasan lo itu selalu menolak. Jadi kalau lo mau gue ngalah dengan alasan cewek selalu benar, maaf, kali ini bukan salah gue."

"Yaiyalah. Mobil lo itu terlalu kebagusan untuk ukuran gue yang hanya seorang pegawai bank. Nanti orang-orang malah curiga gue dapat uang dari mana bisa punya mobil mahal dan sekeren itu."

"Ya, lo tinggal bilang kalau itu mobil suami lo."

Gue mengabaikan perkataan dia, melangkahkan kaki mendekat, meminta suami gue itu untuk menaikan resleting rok gue di belakang.

Suami gue bangun, tanpa gue minta dia udah tau tujuan gue mendekat. "Lo kok gendutan, sih?" bisik Guanlin tepat di telinga gue.

"Apa! Siapa yang bilang gue gendutan!" bentak gue ngerasa nggak terima. Gimana ceritanya gue bisa gendutan kalau dia nguras kalori gue mulu tiap hari. Lagian wanita mana yang suka di katain gendutan.

Suami gue ketawa, "Rok lo sempitan nih, biasanya nggak sesusah ini naikin resletingnya."

"Ini ukuran S, baju yang gue pake biasanya lagi dijemur!" jawab gue membela diri. Tapi gue masih bisa ngeliat raut mengejek di wajah suami gue.

Gue mendengus, lalu melempar handuk gue yang tadi di ujung ranjang ke muka Guanlin. Suami gue itu dengan sigap menangkapnya. "Sana lo kalau mau mandi sekalian jemurin." Gue beranjak ke meja rias gue, tapi suami gue narik tangan gue.

"Ada yang lupa."

"Apa?"

"Morning kiss, beybih." kata suami gue sebelum mencium pipi gue lalu benar-benar pergi untuk mandi.

Gue tersenyum. Melupakan semua kekesalan gue tadi, Selelah-lelahnya gue menjalani hidup, gue masih punya penyemangat ketika gue membuka mata untuk menghadapi dunia.

Marriage FlavorsWhere stories live. Discover now