Lamar dan Keputusan

25 4 0
                                    

Kau tampak rapih dengan setelan jas berwana hitam, dan kemeja putih yang sangat bersih. wajahmu, semakin menawan saat ini, entah hanya perasaanku saja atau memang kau benar-benar mempesona.
Kedua orang tuaku duduk di samping ku dan berhadapan denganmu juga Irghi,  tunangan ku.

Tiada henti jantungku berdetak dua kali lebih cepat. ketakutan semakin menguasai perasaanku.

"Jadi, apa maksud tujuan dari Nak Al, datang kemari." Ucap Ayahku pada kedua laki-laki di hadapanku.

Aku memperhatikan air wajah dan gerak gerik tubuhmu, tampak tenang dan santai, sangat santai. sedangkan Irghi, dia tampak gugup. raut wajahnya terlihat khawatir. aku juga tidak tau apa yang tengah di khawatirkannya.

"Saya kemari meminta restu Pakde, dan Bude. untuk meminang anak Pakde Bude yang bernama Aluna."

Semua mata melihat ke arah pemilik suara itu. tidak termasuk aku, karena aku tau.
Wajah Elz pun tidak menunjukkan adanya ketakutan. karena sekali lagi! aku tau. dia sungguh-sungguh.

"Mohon maaf sebelumnya nak Al. bukannya kami menolak, akan tetapi. Aluna putri saya sudah bertunangan dengan nak Irghi."

"Saya tidak masalah dengan hal itu Pak, Bu. Selagi mereka berdua belum sah dimata hukum dan Agama. masih bisakah saya meminang Aluna?"

Kedua orang tuaku terdiam sambil saling berpandangan sejenak. aku yang duduk di antara mereka berdua. hanya mampu terdiam sambil harap-harap cemas.
Aku memainkan jariku. rasa gugub menghantuiku.

"Ehem."Ayah berdehem.

"Begini nak Al. biar keputusan ini saya serahkan kepada anak saya. yang penting dia bahagia dengan pilihannya. dan saya juga Ibunya ikut bahagia."

Ku lihat senyum terukir di wajah tampan Elz. aku hanya mampu menyembunyikan senyumku. aku merasa lega dengan keputusan kedua orang tuaku.ini benar-benar di luar dugaanku. aku sungguh merasa beruntung memiliki orang tua seperti mereka. aku terlalu bahagia sampai aku melupakan satu orang yang sudah keringat dingin juga wajah merah tengah duduk di samping Elz.

"Dan untuk nak Irgi. kami memohon maaf atas semuanya. kami menyerahkan semua keputusan ini ke tangan Nak Luna. dan kami harap Nak Irghi mengerti."

Alih-alih menjawab. dia hanya mampu tersenyum sinis. aku yang melihat wajah itu. sangat merasa ketakutan. wajahnya benar-benar mengerikan saat dia menyeringai. aku curiga, aku takut dia tidak terima dan akan melakukan hal buruk padaku juga Elz. firasatku mengatakan itu.

Aku berdiri lalu menarik tangan Irghi untuk mengajaknya menjauh dari tempat itu. sedangkan Elz hanya tersenyum.

~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~

"Aku harap kamu ngerti." Ucapku saat sudah menjauh dari kedua orang tuaku juga Elz.

Dia menatap tajam dan menghempaskan cengkramanku dengan kasar.

"Aku tau. kamu jangan khawatir. aku nggak akan pernah hadir di hidupmu, dan mengganggu kebahagian kalian berdua. hanya saja..." dia memelukku kemudian terhisak. dia menangis?

"Aku kecewa dengan semua ini."

Ku balas pelukannya dan masih terdiam. entah apa yang harus aku katakan. rasanya---aku benar-benar kejam disini. menyakiti orang yang mencintaiku.

"Kenapa dulu kamu menerima aku. sedangkan hatimu selalu tertutup untukku, kenapa dulu kamu selalu tersenyum di hadapanku. seolah, kamu bahagia di dekatku. tapi... tapi sekarang..."

Aku menepuk bahunya. dan entah sejak kapan aku ikut mengis mendengar ucapannya. dan apa yang dikatakan olehnya benar-benar menusuk perasaanku. aku jahat, aku sangat jahat. bahkan, disaat seperti ini saja aku memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya. aku fikir, dia itu menakutkan.
Namun nyatanya... dia adalah pria paling rapuh yang pernah ku temui.

"Maaf," hanya kalimat itu yang mampu aku ucapkan. mengingat betapa aku sudah terlalu kejam kepadanya. aku menyakiti hatinya lebih dalam daripada Elz menyakitiku. dia melepaskan pelukannya dan menangkup wajahku.

"Aku maafkan kamu Lun. berjanjilah padaku, bahwa keputusanmu ini, adalah yang terbaik untukmu, Aku Ikhlas. dan jika dia menyakitimu juga membuatmu menangis. datanglah padaku. aku akan selalu ada untukmu, dan hatiku selalu terbuka lebar untukmu."

Aku mengangguk.dia menghapus sisa air mata yang masih mengalir di pipiku. aku tepejam. dan merasakan bibir hangatnya mencium keningku. untuk yang terakhir setelah empat tahun lamanya kami bersama. aku merasakan ada yang hilang dari hatiku.

"Terimakasih sudah menerima dan mau menjadi kekasih, sekaligus mantan tunanganku. semoga kamu selalu bahagia ya. I Love you."

"Aku pamit ya, Selamat siang."

Aku hanya mampu menangis, terdiam mematung dan tidak mampu berbuat apaapun lagi. aku merasa malu terhadap diriku sendiri. aku merasa aku adalah wanita paling jahat. yang menyakiti pihak  yang mencintaiku dengan tulus.

"Kenapa calon istriku menangis?"

Aku tersentak saat melihat Elz sudah berdiri di sampingku. aku menghapus air mataku dengan kasar kemudian tersenyum padanya. dia menangkub wajahku, dan mengusap pipiku dengan lembut.

"Apa yang membuat calon istriku menangis?"

Aku hanya mampu menggelengkan kepalaku dengan lemah. ku lingkarkan tanganku di lehernya.

"Jangan banyak berkata lagi. sekarang jangan fikirkan hal apapun. yang penting, kamu berhasil, dan kita bahagia."

Ku kecup pipinya kemudian memelukknya dengan erat. dia membalas pelukkanku.

Keputusanku memilih Elz adalah tepat.
Dan aku memohon maaf kepadamu Irghiawan Listiono. karena aku sudah banyak menyakiti hatimu selama ini.
Terimakasih telah menjadi pria paling baik yang membantuku untuk tersenyum selama empat tahun belakangan ini.

Aku menyayangimu.
Tulus.
Sebagai kakak, sekaligus mantan terbaik yang pernah aku miliki.
Semoga kau menemukan penggantiku ya, yang lebih mencintai dan menyangimu dengan tulus. begitupun menerima cinta dan kasih sayangmu.

Salam sayang dariku.
Tertanda.
____________

Laluna frazetha widodo.

Dia kekasihku (ELZUNA)Where stories live. Discover now