CHAPTER II - Berbeda

769 11 0
                                    


Pria mabuk itu merapatkan dirinya ke arah gue, gue yang masih terkejut dengan perubahan wujud gue. Pria itu perlahan melayangkan tangannya memegang paha gue yang sexy.

Kesal. Gue hendak mengajak tiga pria itu berantam, "Heh!"

Namun perempuan yang tidak asing di mimpi gue, memotong, "Heh! Kalian ngapain pegang-pegang Mba itu? Ini bukan tempat mesum ya! Sana pergi sebelum gue habisin kalian."

Pria mabuk yang mesum itu melepaskan tangannya dari paha gue, "Wow! Mau dong dihabisin!" Pria mabuk yang lain mulai mengikut, "Roarr! Yang ini ganas! Gue yang ini aja, Bos! Lebih menggigit."

Perempuan itu mendorong pria yang memegang paha gue, "Pergi!"

"Prang!" jendela di hadapan gue pecah ditonjok pria mesum itu. Dengan tiba-tiba dia mencekik leher si perempuan yang membela gue, "Lo jangan kurang ajar sama gue!"

Perempuan itu meludahi si pria mesum itu dan menendangnya pas di bagian kemauannya, eh salah, maksud gue kemaluannya. Si pria mesum itu refleks melepaskan cekekannya

"SECURITY! SECURITY! TOLOONNGG!!" teriak perempuan itu

Dua orang security berbadan besar segera datang menolong kami. Ketiga orang mesum itu segera diamankan.

"Lo gak apa?" tanya gue pada wanita pemberani itu

"Gak apa kok, Mba. Ini Tylenolnya." Perempuan itu membuka genggamannya, menyodorkan sebuah obat pil. Gue ambil obat itu sambil terheran, mengapa perempuan ini bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa. Perempuan itu kembali bebicara, "Kita udah mau tutup, Mba. Mba parkir jauh dari sini? Perlu saya antar?"

Perempuan ini sadar gak sih kalau dia juga perempuan? Dia juga butuh diantarin.

Aku pun menjawab "Gue bisa sendiri kok." Gue berusaha berdiri dan baru sadar kalau sepatu gue high heels tinggi pake banget. Gue coba berjalan ke arah pintu keluar. Dan ternyata gue bisa, pake high heels ternyata gak sesusah yang gue pikirkan. Perlahan gue jalan.

Selagi gue berjalan, perempuan itu berteriak dengan lembut, "Hati-hati ya, Mba!" Gue menoleh ke belakang, tersenyum padanya mengucapkan makasih, melanjutkan jalan dan terjatuh.

Gue terbangun,

"hahh!!" helah gue dengan nafas yang dalam, "mimpi?" Gue ada di apartamen gue. Gue bukan di Kafe Le France. Tapi kok mimpi tadi malam kayak nyata banget ya.

Badan gue terasa sedikit berat untuk bangun dari tempat tidur. Kepala gue sedikit sakit, gue rasa tadi malam gue mabok berat. Dan lucunya kaki gue juga sakit, serasa habis jalan pake high heels. Masa iya tadi malam gue jalan pake high heels beneran? Itu kan cuma mimpi Iya kan?.

Gue goyangkan kepala gue dengan mantra 'Gak usah dipikirin! Gak usah dipikirin!' kembali kepada rutinitas biasanya. Pagi guepun dimulai - minum kopi sambil balas comment fans-fans gue, kumpulin baju kotor buat dilaundry, house keeping berkunjung untuk beresin apartemen gue, dan gue mandi berberes nunggu perintah dari siapa lagi selain...,

Suara Tompel yang mengesalkan muncul dari pintu apartemen gue, "Blai, temenin gue ke kafe kemaren yuk! ATM gue ketinggalan di sana."

Gue bingung, " Pel, ATM kok bisa ketinggalan? Kok lo cacat sih? Gue jadi mempertanyakan kemampuan lo buat jadi manager gue."

"Nih kan! Jeleknya gue doang yang lo inget! Bahas dong masalah movie lo, bahas dong masalah album lo habis terjual, bahas dong masalah...,"

Dengan cepat gue hentikan kesombongannya Tompel, "Iya! Iya! Begitu doang lo langsung sombong! Gue lanjut bertanya, "mobil lo apa mobil gue nih?"

Titik/KomaWhere stories live. Discover now