chapter 4

291 54 2
                                    

"Bagus," kata Suho puas. "Sekarang juga kita menikah."

"Apa!?" tanya Irene terkejut.

"Aku sudah menyiapkan segalanya," kata Suho lalu menarik Irene menemui Yuri.

Sepertinya Yuri tahu apa tugasnya. Begitu melihat Suho membawa Irene, ia segera menyambut gadis itu. Yuri mengeluarkan gaun putih sederhana dari sebuah peti dan menyuruh Irene mengenakannya. Sementara Irene merapikan gaunnya, Yuri membersihkan cadar pengantin.

Irene heran bagaimana Suho bisa menyiapkan gaun pengantin secepat ini.

Ternyata Irene tidak perlu bertanya. Yuri telah menceritakan semuanya sambil mendandaninya.

Orang tua Suho ternyata juga pemberontak. Merekalah yang mula-mula mendirikan benteng ini. Selama bertahun-tahun mereka mengobarkan semangat rakyat untuk melawan pemerintah Raja Changmin yang kejam. Sayang Raja Changmin berhasil menangkap mereka. Ia menjatuhkan hukuman mati pada mereka.

Saat itu Suho baru dua belas tahun. Dan, sejak itu pula ia memulai pemberontakan terhadap Raja. Ia menyempurnakan benteng yang dibangun orang tuanya. Untuk menghidupi rakyat yang tinggal di sini, ia sering menyerbu pasukan kerajaan yang bertugas menarik pajak.

Tindakannya membuat rakyat mencintai dan menghormatinya. Tapi juga membuat Raja  murka. Raja memerintahkan prajuritnya menangkap Suho. Tapi, ia tidak pernah berhasil.

Mata-mata Suho banyak. Banyak yang mau memberitahunya bila ada yang Raja rencanakan untuk menangkapnya.

Selama bertahun-tahun Suho menjadi buronan Raja tanpa pernah sekali pun tertangkap. Suho terus menyempurnakan strateginya agar Raja kewalahan.

Semua orang membenci Raja. Raja tega memeras rakyatnya dengan bermacam-macam pajak yang tinggi hanya untuk memperkaya dirinya sendiri. Ia bahkan tega membunuh siapa saja yang berani mengatakan 'tidak' padanya.

Semua orang di Kerajaan Vandella berharap Raja Changmin segera mati dan Suho naik tahta. Mereka tidak mengharapkan orang lain selain Suho.

Irene mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tertarik ketika mengetahui gaun pengantin yang dikenakannya adalah milik ibu Suho. Irene merasa terhormat bisa mengenakan gaun yang berharga ini.

Yuri memberinya serangkaian bunga hutan yang indah.

"Sayang di sini tidak ada bunga lili atau mawar yang akan melengkapi kecantikanmu."

Irene tidak menanggapi. Ia membiarkan Yuri membimbingnya ke ruang tengah tempat Suhi telah menantinya.

Suho tampak sangat tampan dalam jas hitamnya yang halus. Jasnya sehitam rambutnya yang disisir rapi.

"Engkau mirip pengantin jaman pertengahan," bisik Suho ketika menggandeng Irene menghadap Pastor.

Irene tidak tahu bagaimana Suho bisa menyiapkan segalanya secepat jalannya upacara pernikahan. Irene juga tidak mengerti mengapa Suho seperti menyembunyikan perkawinan mereka. Kalau ia memang membutuhkan tambahan dukungan, ia pasti akan mengundang orang banyak dalam upacara ini.

"Pangeran! Pangeran!"

Upacara terhenti karena panggilan yang penuh kecemasan itu.

Sehun segera bertindak dengan membuka pintu. Ia berbicara sebentar dengan orang itu lalu membisikkan sesuatu pada Suho.

"Maafkan saya, Bapa, tampaknya kita terpaksa menghentikan upacara ini untuk sejenak."

"Silakan," jawab Pastor itu.

Suho segera menemui orang di luar itu.

Irene menatap Sehun dengan penuh ingin tahu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi," kata Sehun.

Anugrah BidadariWo Geschichten leben. Entdecke jetzt