chapter 3

506 62 6
                                    

Suho pusing.

Hari-hari belakangan ini semua yang dilakukannya tidak ada yang beres. Ia tidak dapat memanah dengan tepat. Permainan pedangnya kacau.

Semua perhatiannya hilang. Semuanya tercurah untuk seorang gadis yang dapat mengobrak-abrik ketenangannya. Setan cilik satu itu memang tidak bisa dilepaskan walau hanya sesaat. Selalu saja ada yang mengekorinya.

Suho heran bagaimana gadis itu menarik perhatian para pria hingga ia selalu dikejar mereka seperti lebah dan madu.

"Engkau memikirkan apa?"

Suho menatap Sehun. "Aku tidak tahu."

"Jadi, engkau mengakuinya?"

"Mengakui apa?"

Sehun menyandarkan punggung di pohon dan berkata, "Engkau menyukai Irene."

"Aku!?"

"Semua orang tahu engkau mencintainya," kata Sehun, "Malam engkau menarik Irene, engkau menunjukkan kecemburuanmu."

"Aku!?"

"Akui saja engkau cemburu. Semua yang ada disana tahu engkau cemburu padaku."

"Apa yang semalam kalian mimpikan?"

"Kami bermimpi engkau dan Irene menikah." Sehun tersenyum nakal.

Suho mengibaskan tangannya sambil berkata, "Jangan terlalu banyak bermimpi."

"Terserah kalau engkau tidak mau mengakuinya. Tapi, jangan katakan aku tidak memperingatimu, "kata Sehun, "Saat ini banyak yang nekat merebut Irenemu. Aku khawatir kalau engkau tidak bergerak cepat, engkau akan kehilangan dia untuk selamanya."

"Untuk apa aku mengkhawatirkannya?"

"Terserah padamu," kata Sehun, "Saat ini beberapa anak muda berencana untuk melamar Irene."

"Melamarnya?" Suho terlonjak kaget.

"Aku mendengarnya sendiri. Mereka akan mengajukannya siang ini."

"Apakah mereka tidak dapat berpikir mereka masih terlalu kecil untuk menikah? Mereka masih anak-anak!"

"Daripada engkau ribut di sini, lebih baik engkau menemui Irenemu," Sehun memberi usul.

"Aku baru saja akan menemuinya," Suho meloncat bangkit.

Sehun tersenyum puas dan berseru, "Lamar dia sebelum didahului yang lain!"

Kata-kata itu menimbulkan ide di benak Suho. Mungkin itu jalan yang terbaik.

Mereka tidur dalam satu kamar telah menimbulkan banyak gosip. Pernikahannya dengan gadis itu akan menghentikan gosip-gosip itu dan dapat memulihkan nama baik mereka. Dengan pernikahannya itu pula ia menjadi lebih leluasa untuk mengawasi gadis itu.

Akhirnya Suho harus mengakui kecantikkan Irene. Sejak awal gadis itu telah membuat banyak hal yang membuatnya takjub.

Mula-mula ia marah sambil menangis. Lalu ia terus menghinanya tanpa henti. Suho yakin tak ada pria yang tahan mendengar rentetan hinaan itu selain dirinya. Hanya gadis itu saja yang mampu menahan sakit dan lapar selama berhari-hari.

Suho yakin ia takkan dapat menemukan gadis lain yang seunik setan ciliknya. Setan ciliknya itu sama sekali tidak mengenal rasa takut.

Melihat wajahnya yang cantik seperti boneka, orang takkan menduga hal itu. Matanya yang biru cerah selalu menatap tajam. Rambut panjangnya yang keemasan selalu bersinar lembut.

Tak seorang pun yang tidak takut pada kemarahannya selain dia.

Rupanya gadis itu tidak hanya menarik untuknya saja. Semua orang tertarik dengan kepandaian dan ketangkasannya.

Anugrah BidadariWhere stories live. Discover now