5.

384 42 3
                                    

《DONG YOON》

Pagi yang cerah, sangat cerah buat aku yang baru saja merasakan bagaimana kebahagiaan itu datang dengan semua kesempatan.

Angin.
Aku benar-benar akan membuatnya menjadi milikku. Apapun yang terjadi, keputusan itu tidak bisa diganggu gugat.

"Pagi pimpinan."

Sapaan itu membuatku sadar dari semua hal yang bergerak dibenak. Sadar, jika aku telah sampai di kantor. Dan melihat semua karyawan inti sibuk dengan pekerjaan mereka.

"Apa ada kabar dari Angin?"

Aku hanya diam.
Memilih berjalan masuk kedalam ruangan. Mengabaikan mereka yang sibuk mencari keberadaan Angin.

"Hem, sepertinya pimpinan kita sangat bahagia pagi ini."

Aku melirik, mendapati Yeon Seok duduk di sofa tunggal dengan menyilangkan kaki sembari bersedekap dada. Menatap penuh selidik.

"Aku harus melakukan apa dengan tas dan ponsel ini?" Tanya Yeon Seok menatap kearah meja kaca didepannya.

Ah!
Aku lupa.
Barang-barang penting Angin masih ada bersamaku. Bahkan dompet tuh anak ada di dalam kamar di atas nakas.

"Kau letakkan saja di situ. Biar aku saja nanti yang urus." Tegasku sembari duduk di kursi kebesaran.

"Hem." Mata itu menyipit, "jika di lihat dari wajahmu itu sepertinya semua rencanamu berjalan dengan lancar." Lanjutnya.

"Hem." Gumam ku.

Tangan ini mulai sibuk menyalakan laptop. Membaca beberapa email yang dikirimkan dari sekretaris ku yang ada di pusat. Mengenai beberapa laporan yang harus aku tanda tangani.

"Dan kapan kau akan kembali ke pusat?" Lirikku tajam padanya.

"Aku masih betah di sini." Acuhnya kurang ajar.

"Aku bisa memotong gajimu jika kau bermalas-malasan." Ancamku.

"Lakukan saja. Aku tidak terlalu butuh uang. Yang aku butuhkan sekarang adalah mengamati bagaimana hubungan cinta kalian akan berjalan." Jawabnya santai.

Sialan!
Aku hanya menghela napas panjang demi ucapan sinting sahabatku ini. Mengancamnya memang tidak akan ada gunanya. Dan aku melupakan semua itu.

"Kau urusi saja diri mu sendiri. Apa kau tidak bercermin jika kau itu sampai sekarang belum punya pacar?" Sindirku tajam.

"Jangan mengubah topik. Aku tidak akan terpancing dengan sindiranmu itu." Tepis Yeon Seok.

Aku menggeleng.
Detik berikutnya kembali diam saat pekerjaan membuatku mulai mengabaikan sekitar.

Banyak hal yang harus aku kerjakan hari ini setelah aku menghabiskan semua malam dan pagiku dengan Angin. Melupakan semua pekerjaan yang memang membutuhkan deadline cepat.

Semua proyek periklanan harus selesai dalam bulan ini. Karena bulan depan aku harus konsentrasi dengan peluncuran produk baru perusahaan Hyundai.

"Permisi, pak." Sapaan itu terdengar dari arah pintu.

"Masuk!" Perintah Yeon Seok saat suara manager utama cabang memecah sepi.

"Hem, saya ingin memberitahukan jika sepertinya Angin tidak masuk hari ini. Lalu bagaimana dengan rapat penting kita?" Tanya sang manager.

Hanya hening.
Aku tak berniat menjawab saat otakku sedang berjalan memikirkan proyek yang sedang kugarap saat ini.

"Saya sudah menghubunginya tapi ponsel Angin tidak aktif." Lanjutnya lagi.

SOULMATEWhere stories live. Discover now