Take me Back - 2

42.5K 3.2K 21
                                    

''Sarapan apa, Ma?" Samuel datang dengan ranselnya. Sejak sekolah, Samuel selalu bangun pagi. Kalau biasanya anak itu paling malas bangun pagi, tapi sekarang tidak lagi.
Sudah dua minggu ia menjadi murid PAUD, dan tampaknya anak itu bahagia dengan teman-teman barunya.

Ia naik keatas kursi yang biasa ia duduki di meja makan. Samuel memiliki wajah yang sangat mirip dengan Bram. Mata bulat hitamnya, hidungnya yang mancung, kulitnya pun mengikuti Bram yang berkulit kecoklatan. Sama sekali tak menyisahkan sedikitpun untuk Nadya. Jika melihat kemiripan mereka berdua, tak seorang pun yang bisa menyangkal bahwa mereka adalah ayah dan anak.

"Nasih goreng," jawab Nadya. Wanita berdaster biru muda itu merapikan rambut anaknya yang sudah mulai panjang. Sehabis pulang sekolah, Nadya akan membawa putranya itu ke salon untuk pangkas.

''Siniin piringnya biar Mama buat nasinya," Nadya menyendokkan nasi goreng ke piring yang disodorkan Samuel.

"Jangan banyak-banyak, Ma," Samuel protes saat Nadya memberinya lebih dari satu sendok nasi goreng. "Telur mata sapinya aja yang banyak." Anak itu nyengir ketika Nadya menatapnya penuh peringatan.

Samuel memang tidak terlalu suka makan nasi. Tapi kalau jajanan, tidak usah ditanya. Anak itu selalu memberondong Bram untuk membelinya stock jajanan yang banyak. Sampe-sampe Nadya yang menjadi pusing.

"Jagoan harus kuat makan, bang." Suara Bram yang baru datang terdengar. Bram sudah rapi dengan kemeja biru gelapnya. Pria itu mengambil duduk disebelah anaknya setelah meletakkan tas kerjanya dikursi disampingnya yang lain. Samuel cemberut. "Biar cepat besar," tambahnya lagi seraya memberikan piringnya untuk diisi Nadya. Nadya dengan sigap menyendokkan nasi goreng kepiring Bram, baru setelahnya kepiringnya sendiri.

"Tapi abang nggak suka nasi, Pa." Samuel memainkan sendoknya diatas piring. "Nggak enak."

''Nggak suka tetap harus makan," komentar Nadya saat Bram tidak berbicara apapun untuk menjawab rengekan putranya. Bram memang selalu begitu, kalau sudah berkaitan dengan Samuel pria itu akan mengalah. "Kalau nggak makan nanti abang sakit. Kalau abang sakit nanti Mama sedih. Abang mau Mama sedih?"

Samuel menggeleng pelan, kepala anak itu menunduk lalu mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya. Bram mengusap rambut putranya dengan sayang, pria itu mengarahkan tatapan pada Nadya yang seolah-olah mengatakan jangan terlalu keras pada Samuel. Tapi Nadya mengacuhkan peringan itu.

Bukannya apa, kalau Samuel sakit dia yang disalahkan Bram. Laki-laki itu akan dengan enaknya mengatakan dia ibu yang tidak becus mengurus anak. Dasar laki-laki.

"Kalau abang habisin nasinya, besok kita jalan-jalan." Kata Bram, mengambil nasi yang ada di sudut mulut anaknya itu.

"Kemana, Pa?" tanya Samuel antusias, mata anak itu membesar karena senang.

"Abang mau kemana?"

"Berenang?"

"Boleh."

"Tapi jangan dirumah eyang ya, Pa!" Samuel ingin berenang ditempat ramai, dimana banyak anak-anak yang tidak dikenalnya. Dia belum pernah ketempat seperti itu, tapi ia pernah melihatnya di tv.

"Memangnya kalau dirumah eyang kenapa, bang?" Nadya ingin tahu.

''Nggak rame, Ma.''

Nadya sudah akan berargumen ketika Bran bertanya. "Abang mau berenang dimana?"

"Ditempat rame, Pa! Ada banyak kawan-kawannya. Jangan dirumah eyang," Samuel menggeleng. "Nggak asik."

"Hhmm, tapi habisin makanannya!"

"Horeee," Samuel bersorak riang. Detik berikutnya anak itu melahap sarapannya dengan semangat seolah-olah nasi goreng adalah makanan kesukaannya. Samuel tersenyum, lalu tangannya mengusap kepala putranya itu. Nadya memandang Bram tidak setuju dengan rencana pria itu. Bagaimana tidak, ia jelas tau bagaimana kualitas air yang dihuni ratusan orang di kolam berenang umum. Akan lebih baik kalau Samuel berenang dirumah orang tuanya saja. Sudah terjamin airnya bersih. Selama ini pun Samuel sering mandi disana.

Take Me Back (Play Store)Where stories live. Discover now