Take me Back - 1

48K 3.4K 64
                                    

Pekerjaan lagi nggak terlalu numpuk, jadi nyempatin nulis sedikit. Semoga suka ya!!

______________________________________________________






Cinta itu seperti hembusan angin. Tidak dapat dilihat, namun dapat dirasakan...
___________
______













Nadya sedang mencuci piring kotor saat terdengar suara mobil memasuki garasi. Kemudian suara itu berhenti, disusul bunyi pintu mobil yang tertutup. Beberapa saat kemudian pintu rumah terbuka, lalu tampaklah Bram yang masuk dengan memegang jas ditangan kanan sementara tas kerjanya ditangan kiri.

Bram menoleh sejenak ke arah Nadya yang sudah menghentikan kegiatannya mencuci demi memandang pria itu. Bram nyatanya tak pernah terlihat jelek. Diusianya yang telah mencapai 34, pria itu malah semakin tampan. Badannya yang tinggi dan tegap selalu membuat Nadya ingin memeluknya, ia takkan pernah bosan menatap wajah keras namun maskulin milik pria itu. Kemeja Bram sudah digulung hingga siku, memperlihatkan bulu-bulu halus dilengan kecoklatannya. Coba saja wajah Bram tidak kaku seperti sekarang, Nadya ingin rasanya menghampiri pria itu dan memberinya pelukan. Tapi ia takut mendapat pelototan yang kerap kali diterimanya dari Bram.

"Samuel udah tidur?" Bram meletakkan semua barang bawaannya ke atas sofa, tangannya melepas satu kancing kemejanya hingga menyisahkan tiga kancing terakhir. Sudah menjadi kebiasan Bram menanyakan putranya saat ia pulang kerja. Yang dicari Bram ketika tiba di rumah pasti Samuel. Kadang Nadya berpikir, lima tahun mereka berkeluarga pernakah Bram memikirkannya. Memikirkannya dalam artian yang ia inginkan.

Tapi dengan cepat Nadya mengenyahkan kesedihannya, paling tidak Bram sangat menyayangi putra mereka. Samuel adalah anak yang berasal dari benih Bram, meski Samuel tidak dibentuk dengan cinta tapi ia mengandungnya dengan rasa sayang. Ia yang melahirkan Samuel, setidaknya pastilah ada setitik rasa sayang Bram pada wanita yang melahirkan putranya, kan?

Keyakinan itulah yang menguatkan Nadya selama ini. Keyakinan Bram menyayanginya walau sedikit dan keceriaan putranya yang menghiasi hari-hari sendunya yang harus ia lalui bersama pria dingin dan kaku seperti Bram.

Mengangguk, lalu Nadya menjawab. "Habis makan tadi dia langsung tidur. Kecapean mungkin, hari ini kan hari pertama dia sekolah." Nadya mencuci tangan lalu melapnya. Wanita itu menoleh hendak menanyakan apakah Bram sudah makan malam, tapi yang ia dapati adalah Bram sudah tak ada lagi. Pria itu sudah pergi.

Nadya menopangkan tangan ke bak cuci piring, kepalanya menunduk dan menghela napas. Selalu seperti ini. Bram masih membencinya. Walaupun lima tahun telah berlalu, tapi pria itu masih bersikap dingin padanya. Jika tidak ada Samuel diantara mereka Bram pasti sudah meninggalkannya, Nadya merenung sedih.

***

Dari luar kamar putranya, Nadya melihat Bram sedang menyelimuti anak lelaki yang sedang tidur itu. Ia tersenyum melihat Bram mencium kening Samuel. Siapa pun dapat melihat betapa sayangnya Bram pada anak mereka dan Nadya sangat bersyukur untuk itu. Di awal kehamilannya, ia khawatir Bram akan membenci anak itu karena pernikahan mereka yang tidak diinginkan Bram. Dan Samuel sendiri terbentuk oleh nafsu pria itu. Yah, meski tidak mencintai Nadya tetapi Bram tidur dengannya.

Pria tak harus mencintai wanita untuk bisa tidur dengannya. Disaat cinta tak ada, nafsu dapat mengambil alih.

Berbalik, Nadya masuk kekamarnya. Ia mengganti pakaian menjadi baju tidur lalu naik ke ranjang. Sambil menunggu Bram, ia memainkan ponselnya. Mereka memang tidur bersama, satu ranjang. Sejak Bram mengucapkan sumpah setianya di acara pernikahan, tak sekali pun mereka tidur pisah ranjang selain kalau Bram sedang keluar kota. Dan di hari pertama pernikahan mereka, Bram menyentuhnya. Berlanjut hingga malam-malam berikutnya sehingga terciptalah putra mungil mereka yang diberi nama Samuel. Bram sendiri yang memberi nama itu.

Di dalam hati Nadya, ia percaya bahwa masih ada harapan untuknya bisa memiliki hati Bram. Di sudut terkecil ruang di dalam diri Bram, Nadya percaya bahwa pria itu peduli padanya. Dan ia berharap, dirinya tak salah mempercayai.

Nadya sudah hampir tertidur ketika Bram masuk kekamar. Rambut pria itu basah menandakan dia baru saja mandi, tapi bukan dikamar mandi di dalam kamar mereka. Mungkin di kamar Samuel, pikir Nadya.

Bram mengganti bajunya didalam kamar, tanpa merasa terganggu dengan keberadaan Nadya disana. Dan tak menyadari efeknya pada Nadya, sekarang wanita itu telah kehilangan rasa ngantuknya. Pemandangan bokong padat milik suaminya itu telah menjernihkan matanya kembali. Dengan berat hati Nadya memalingkan wajah ketika Bram hampir selesai berpakaian, ia tak mau tertangkap sedang menikmati pemandangan bokong seksi milik Bram.

"Kamu udah makan?" tanya Nadya saat Bram naik ketempat tidur. Nadya belum tenang kalau belum memastikan Bram sudah makan.
Pertama kali menerima perhatian yang diberikan Nadya, Bram sempat kurang nyaman. Tapi kemudian ia membiarkannya saja, toh tidak ada ruginya untuknya.

"Udah." Bram berujar singkat. Tangannya memijit tengkuk dan lehernya seraya meringis. Akhir-akhir ini pekerjaannya semakin banyak. Dan tampaknya Brata Jaya mulai mempercayakan beberapa rahasia perusahan padanya. Ia telah dipercayai, tapi tentu saja tetap dalam pengawasan kakak Nadya.

"Pegal?" Nadya menatap cemas suaminya.

"Hhhmm," Bram lagi-lagi hanya bergumam. Tapi Nadya tidak mengambil hati sikap cuek Bram, ia sudah biasa diperlakukan seperti itu ole Bram.

"Mau aku pijitin," tawar Nadya. Pekerjaan sehari-hari Nadya adalah mengurus rumah dan sekarang bertambah mengantar jemput Samuel  sekolah. Ia sangat senang jika mengurus Bram juga menjadi salah satu tugasnya. Ia bisa saja memperkerjakan pelayan untuk membantunya, tetapi Nadya tidak mau. Sejauh ini ia masih sanggup. Dan selama ia masih bisa mengerjakannya sendiri, ia takkan membiarkan seorang pelayan merebut kesenangannya dalam mengurus anak dan suaminya. Hal itu dilakukannya juga untuk membantah persepsi Bran tentangnya, yang menyebutnya gadis manja.

Bram menatap Nadya dengan tatapan yang sulit di artikan, tapi kemudian pria itu menarik kaosnya dan berbaring. Memperlihatkan punggung lebarnya pada Nadya.

Dengan cepat Nadya bangun, di bibirnya terlukis senyuman. Senang tentu saja. Ia menyingkap selimut yang sebelumnya ia gunakan, lalu mengikat rambut panjangnya dengan karet rambut yang ia letakkan diatas nakas.

Bram suka wanita berambut panjang, karena itu Nadya tidak pernah memotong rambutnya. Paling cuma merapikan ujung-ujung rambutnya saja. Sekarang rambutnya sudah sepinggul.

Sepupunya, mantan kekasih Bram adalah bertubuh langsing. Nadya tak menyangkal kalau Renita adalah gadis yang cantik, jadi sebisa mungkin ia tak mau kalah dari gadis itu. Sehabis melahirkan Samuel, Nadya berupaya keras mengembalikan bentuk tubuhnya ke bentuk semula. Sebenarnya kecemburuan dan ketakutan Nadya tidak beralasan, Bram tidak pernah selingkuh darinya. Sekalipun tidak pernah. Meskipun terkesan mengacuhkan Nadya, tapi Bram memegang sumpah pernikahannya.

Tapi wanita dan kecemburuan serta ketakutannya benar-benar luar biasa. Tak seorang bisa menduga apa yang bisa dilakukan seorang wanita untuk mencegah suaminya melirik wanita lain.

Nadya mengambil minyak angin dari dalam laci, minyak itu adalah punya Samuel. Karena tidak mempunyai minyak pijit, minyak angin pun tidak masalah kan. Ia menuang ketelapak tangan, lalu mulai memijit punggung Bram. Pria itu mengerang sambil memejamkan mata.

***

Jam setengah enam pagi Nadya terbangun. Ia melirik Bram yang terlelap di sebelahnya, wajah tampan itu terlihat polos dalam tidurnya. Nadya tersenyum kecil menikmati wajah tampan Bram. Ia menunduk kemudian mengecup ringan pipi suaminya itu. "Love you," bisiknya pelan.

Ia turun dari tempat tidur, mengutip pakaian dalamnya lalu memakainya berikut dengan gaun tidurnya yang dilepaskan Bram subuh tadi ketika ingin berhubungan intim dengannya.

Sejauh ini hubungan ranjang mereka cukup baik. Memang tidak setiap hari Bram meminta, dalam seminggu Bram bisa meminta lebih dari tiga kali. Nadya tidak pernah menolak. Selain karena dia juga menginginkannya, hanya disaat mereka berhubungan intimlah Bram bersikap lebih hangat padanya.

Nadya keluar dari kamar dengan menutup pelan pintu di belakangnya. Sekarang waktunya ia membuat sarapan untuk buah hatinya.






Tbc...

Take Me Back (Play Store)Där berättelser lever. Upptäck nu