#2 Oh, Mantan Nih Ceritanya

Start from the beginning
                                    

Iya gue paham pasti banyak cewek-cewek yang bilang alah cowok pasti bullshit ngomong gitu pasti ujung-ujungnya juga lihat fisik ya, itu emang benar. Realistis aja sih, gue juga kayak gitu. Mata cowok dimana-mana juga ya, kalau lihat cewek cantik juga langsung melek. Tapi itu kembali lagi ke kalian wahai para perempuan, kalau mau cantik ya harus usaha. Nggak usah berlebihan, asal penampilan kalian rapih sesuai kantong aja juga udah cukup.

Ketika gue lagi asyik melihat-lihat Instagram Lovember, notif dari Derry muncul.

[LINE] Derry si soang🦆
Turun buruan, gue sm erga nungguin dideket kolam renang. Gece, gapake lama. Kl lama gue tinggal!

Gue mendengus membaca LINE dari si soang, lalu membukus coklat yang masih tersisa. Hih, nggak ngaca kadang ini orang ya. Harusnya tuh Derry emang dikasih kaca yang super besar, kadang dia yang bilang jangan telat tapi sendirinya telat mulu. Kampret banget emang Derry, udah hafal deh gue sama kelakuannya dia.

Empat menit kemudian, gue sampai didekat kolam renang dan baru ada Erga yang sampai. Benar aja kan apa yang gue bilang, harusnya soang yang satu itu emang beneran dibeliin kaca. Gue kemudian menghampiri Erga yang sedang memainkan ponselnya sambil merokok dan duduk dikursi santai.

“Derry mana?” Tanya gue pada Erga begitu sampai sambil memgeluarkan rokok dan lighter dari dalam kantong celana.

Erga mengalihkan pandangannya dari ponsel kearah gue. “Balik lagi ke kamar, dompetnya ketinggalan.” Jawab Erga.

Gue mengapit sebatang rokok dengan bibir lalu menyalakannya dengan lighter. Detik selanjutnya asap rokok langsung terlihat ketika menghembuskannya. Suasana hotel yang udah sepi dan udara Puncak yang malam ini lebih dingin karena hujan baru aja berhenti, membuat gue dan Erga iseng menunggu Derry didekat kolam. Masalahnya, biar lagi di hotel kan mana tahu ada yang usil malam-malam gini. Apalagi ini Puncak, kali aja ada dedemit lagi pingin cari sasaran buat ditakut-takutin. Secara jam di iPhone gue menunjukkan pukul dua belas malam. Emang sialan nih Derry, ambil dompet doang lama bener.

“Far, itu orang lagi ngapain sih dipinggir kolam?” Erga menujuk kearah depan.

Mata gue mengikuti arah yang ditunjuk Erga. Wajah mereka yang nggak terlalu terlihat karena hanya disinari lampu hias yang nggak begitu cerah.  “Idih, mana gue tahu. Lo tanya aja sana sama orangnya, gue temenin dibelakang lo. Liat dulu, kakinya napak sama tanah apa enggak. Kalau enggak napak, gue tinggal lo kabur duluan.” Sahut gue yang langsung mendapat toyoran dari Erga.

“Gue serius bego, itu kayaknya lagi berantem deh. Habisnya ceweknya kayak marah gitu suaranya. Dengerin deh.”

“Yaudah coba liat mukanya, kalo artis 'kan bisa kita foto atau video-in. Habis itu kasih ke Lambe Turah deh, beuh rame pasti.” Usul gue.

Erga berdecak malas. “Tapi serius, dengerin deh.”

Akhirnya, gue dan Erga mendengarkan percakapan diantara cowok dan cewek yang sedang berada di pinggir kolam. Bener juga sih, apa yang Erga bilang kalau mereka lagi berantem. Apalagi gue denger suara si cewek yang marah dan ketika si cewek menampar pipi cowoknya, gue dan Erga langsung meringis. Sumpah, pasti panas itu kena tamparan cewek yang lagi marah.

“Anjir dia yang digampar, malah pipi gue yang nyut-nyutan.” Celetuk gue karena membayangkan panasnya tamparan.

“Lah iya, gue juga.” Timpalnya. “Eh, eh, ada cewek lagi tuh.” Seru Erga semangat.

Heran, Erga kadang yang paling kalem tapi kalau lagi nonton gosip begini heboh banget kayak emak-emak tetangga lagi pada gosip.

“Ini konflik perselingkuhan sih gue duga.” Gumam gue denngan dugaan sotoy gue.

Ex-Lovember Where stories live. Discover now