Awal

191 19 0
                                    

Langit menampakkan terbenamnya matahari, burung-burung berterbangan hendak pulang menuju sarang.

Tap..tap..tap

Bunyi langkah kaki perlahan terdengar, seorang anak perempuan berusia 5tahun berpakaian laki-laki perlahan melangkahkan kakinya. Mata ungu indahnya fokus melihat kesegala arah, memprediksi keamanan untuk melangkah lagi.

Dia  tiba dibelokan, menuju lorong yang tepat diujungnya menyembunyikan ruangan latihan bertarung. Sedikit..demi sedikit kaki mungilnya melangkah berjinjit,   ketika ia tiba dipintu ruangan itu sudut mulutnya terangkat..mata ungu-silvernya berkilau dengan cahaya kegembiraan.

"Akhirnya aku tiba..", batin anak itu.

Tangan kecilnya terangkat, hendak mendorong untuk membuka pintu..

"Nona Casia bukankah ini sudah terlalu malam untuk masuk?"

Anak itu murung, aura gelap haus darah berkeliling ditubuh mungilnya. Dia menoleh untuk melihat seorang pemuda tampan dengan pakaian berwarna hitam melekat ditubuhnya, memperlihatkan tubuh gagah dan tingginya.

"Aku sudah pernah bilang padamu Ailard jangan pernah memanggilku dengan tambahan nona."

Pemuda itu tersenyum.

"Casia..Yang mulia raja mencari anda dari tadi."

Casia menatap pemuda itu sebelum berjalan dengan langkah besar untuk pergi.

Pemuda itu panik, lalu dengan segera menyusul Casia yang berjalan ke arah ruangan raja.

Kriet..

Suara pintu besar berbahan besi dan logam bergeser, para penjaga takjub saat melihat nona kecil mereka mampu membuka pintu itu.

"Nona masih berumur 5tahun, tapi kekuatan dan jenis rohnya adalah yang tertinggi disini," batin salah satu penjaga.

Casia melukiskan senyum ceria di mulutnya, wajah mungilnya menunjukkan pemandangan yang sangat indah. Mata phoenix ungu dengan kilau perak terpancar, kulit putih seperti salju dan bibir merah muda yang mungil menunjukkan kecantikan yang tiada tara dimasa depan.

Semua pintu terbuka lebar, didalam tampak sesuatu yang begitu indah..tempat tidur yang begitu luas dekorasi dan hiasan tampak seperti surga. Seorang pria berjubah sederhana duduk di kursi, ketampanan agung yang luar biasa terukir diwajahnya. Ia tampak santai membaca sebuah buku ditangannya, matanya yang sejak tadi melihat ke arah buku kini beralih dan fokus menatap sosok mungil berpakaian laki-laki dengan wajah menggemaskan berdiri didekat pintu.

Ia menutup bukunya dan berdiri, lalu berjalan perlahan kearah Casia.

Senyuman ceria diwajah Casia menghilang, digantikan dengan ekspreksi murung dengan aura kemarahan. Pria itu berhenti tepat didepan Casia, lalu berlutut.

"Apakah anak ayah sedang marah?"

Casia tetap murung..menatap wajah ayahnya yang penuh senyuman didepan dirinya.

Karna kata-katanya tidak berpengaruh, pria itu menoleh untuk melihat kearah para penjaga.

"Apakah kalian merasa sedih ketika melihat putriku seperti ini?"

Para penjaga itu mengangguk, "Benar Yang Mulia, Istana tampak begitu sepi tanpa tawa dari putri."

Pria itu tersenyum puas..lalu menoleh kembali untuk menatap putrinya.

"Dengar..jika putri ayah yang menggemaskan ini marah..semua pasti akan merasa sedih."

Casia menatap ayahnya, "Ailard bilang ayah mencariku?"

"Itu benar."

"Sejak kemarin ayah terus sibuk dan mengunci diri disini, aku sudah sering datang tapi ayah tidak pernah keluar. Aku bosan dan pergi keruang latihan untuk berlatih..tapi Ailard menghentikanku dan mengatakan bahwa ayah mencariku."

Raja tertawa.

"Jadi putriku marah karna ini..kemari ikut dengan ayah, akan ayah katakan alasannya."

Raja menggendong tubuh mungil Casia, dan berjalan kearah tempat tidur lalu duduk disana.

"Besok adalah pertemuan antara raja dari seluruh ras didunia, jadi ayah harus mengurus banyak hal untuk pertemuan besok."

"Kenapa ayah tidak mengatakan hal ini sebelumnya, jika ayah mengatakannya mungkin Casia tidak akan bosan menunggu dan bolak-balik untuk melihat ayah," ucap Casia.

"Ayah minta maaf..apakah putriku akan memaafkan ayah?"

"Baiklah, tapi Raja yang baik harus sering untuk menemaniku bermain setiap hari sebagai hukuman," ucap Casia penuh semangat.

"Dipahami putri!"

Raja berdiri lalu melempar Casia keatas dan menangkapnya, begitu dan terus ter-ulang. Tawa Casia menggema keseluruh istana, semua penghuni istana merasa bahagia mendengar tawa nona kecil mereka.

"Maaf Yang Mulia, tamu sudah datang dan kini berada diruang singgasana," ucap seorang penjaga.

Raja menggendong Casia dan berjalan keluar, melangkah menuju ruang singgasana.

"Ayah..siapa tamu itu?"

AlthaWhere stories live. Discover now