spin off: too early to say

9.2K 642 6
                                    

Kalau ditanya kenapa Yoongi bisa mengenal Jimin, Yoongi pasti akan menjawab tidak tahu. Begitu pun dengan Jimin sendiri. Mereka sama-sama tidak ingat mengapa mereka bisa sedekat ini sekarang. Walau keduanya berbeda luar dalam. Berkebalikan. Yang satu si putri salju yang populer di kampus karena kecantikannya, wajah dinginnya dan kata-kata kasarnya; yang satu si culun yang sering dijuluki Harry Potter karena selalu mengenakan kacamata bulatnya kemana-mana, dia lelaki yang biasa saja, tidak terlalu populer, prosentase dilirik oleh orang lain mungkin hanya 30/100. Mereka berbeda. Mereka tak cocok secara tabiat. Tapi mereka juga tak tahu apa yang membuat benang kusut yang ditarik oleh keduanya itu ternyata terhubung. Mereka tak mengerti kinerja takdir yang membuat keduanya menjadi akrab, intim, dan punya hubungan sebagaimana orang bilang itu namanya—teman.

Aneh memang.

Mereka yang berebahan di lantai setelah lelah bertengkar itu memandang langit-langit sambil sama-sama memikirkan tentang hal ajaib yang membuat keduanya bisa berada dalam satu atap sejak seminggu lalu.

"Aku haus, ambilkan aku minum..."

"Ambil sendiri. Aku baru saja mau menyuruhmu mengambil minum."

"Ya, Park Jimin, hitungannya aku di sini masih tamu, 'lho. Harusnya kau melayaniku."

"Mana sudi aku melayanimu. Self service sana, manja sekali kau ini—aw!"

Si culun berkacamata itu mendapat satu pukulan di dadanya. Dia langsung terbatuk-batuk nyeri. Yoongi tak main-main kalau memukul. Dia murah hati kalau soal menyiksa. Jimin yang selalu jadi samsak tinju hanya bisa meringis pasrah. Bukannya dia tidak mampu melawan, hanya saja dia masih punya nurani untuk tidak melukai barbie macam Yoongi.

Lelaki cantik berambut fuchsia itu berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya ke dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol air. Dia minum di tempat tanpa memikirkan Jimin sama sekali. Setelah puas, dia mendesah nikmat karena dahaganya sudah hilang. Semetara Yoongi minum Jimin masih setia di tempatnya dan memandang si fuchsia itu dari jauh.

Yoongi tak tahu kalau sebetulnya Jimin tak pernah melewatkan pemandangan indah dari kaki putih mulusnya yang sering terekspos. Kalau sedang di rumah seperti ini, Yoongi hampir selalu mengenakan celana pendek, atau bahkan boxer seksi yang kadang tak terlihat karena kaos kebesarannya.

"Yoongi, aku mau minum..."

"Ambil sendiri, kau 'kan punya kaki."

"Aku tuan rumahnya, layani aku."

"Enak saja. Aku tidak sudi melayanimu. Coba—" Yoongi mengangkat botol air mineral yang isinya masih tersisa separuh itu tinggi-tinggi. "—kau kan penyihir Hogwarts, bisa tidak ucapkan mantra supaya botol ini melayang langsung padamu?"

"Kau bercanda."

Jimin menyerah. Yoongi terlalu kuat untuk diajak debat terus-menerus. Daripada tenaganya habis untuk adu mulut, lebih baik dia pakai untuk bangkit berdiri dan berjalan menjemput botol air itu dari Yoongi.

"Kemarikan." sambarnya. Jimin minum tanpa jeda hingga air dalam botol itu tandas.

Hei, Jimin tak tahu kalau Yoongi memerhatikan gerak jakun yang naik turun itu sejak tadi. Bibir penuhnya yang basah membuat kesan tersendiri. Yoongi akui Jimin sebetulnya punya potensi untuk dilirik. Hanya saja dia...

"Isi lagi airnya lalu masukkan ke kulkas."...terlalu culun dengan rambut berponi tebal dan kacamata. Ingin rasanya Yoongi menyingkirkan benda yang bertengger di hidung si Harry Potter itu.

"Coba, kemari. Hadap sini." Yoongi menerima botol kosong itu kemudian menaruhnya di meja pantry, dia malah menarik bahu Jimin supaya lelaki itu membalik badan menghadapnya langsung.

Welcome Baby [minyoon ff]Onde histórias criam vida. Descubra agora