#1 Ditinggal Kawin Lagi Kau Sama Mantan

Start from the beginning
                                    

"Jangan jadi bujang lapuk kamu, Far. Dulu waktu seumuran kamu, Abi udah punya anak satu, Aa' kamu tuh."

Ya Allah, siapa juga yang mau jadi bujang lapuk, Bi. Masih mau kawin anakmu ini.

Gue meringis sambil menggaruk kepala yang nggak gatel sebenarnya. "Iya ini mau nikah. Tapi calonnya belum ada yang pas. Hehehe." Cengir gue.

Umi menggelengkan kepalanya. "Bilang aja kamu masih mau main-main."

KAGAK MI, KAGAK. Udah stress anakmu ini diolok-olok para bocah blegug karena belum juga nikah!

"Sumpah Mi, kalau bisa aku nikah besok juga, aku  bakalan nikah deh Mi. Masalahnya, siapa yang mau Farhan ijab qobulin kalau nggak ada calon istrinya?" Sungut gue.

"Ya dicari dong, Far. Kamu bilang nggak mau Umi cariin, maunya cari sendiri. Sekarang, mana coba calonnya?" Tagih Umi.

Gue menggaruk kepala yang tidak gatal. "Masih OTW Mi." Ucap gue diiringi cengengesan lalu beranjak dari kursi untuk mandi dan bersiap ke kamar. "Udah ya, sesi tanya jawab kapan nikah untuk hari ini udah ditutup. Farhan mau mandi, assalamualaikum." Pamit gue kemudian masuk kedalam.

Abi dan Umi memggeleng-gelengkan kepalanya melihat gue, namun tetap menjawab salam gue. Yah, sabar dulu ya Abi dan Umi. Kalau udah waktunya juga Farhan nikah, siapa juga yang mau kelamaan sendiri.

°°°

"Wah mati.... Mati....."

"Yah Ya Allah, aduh ditinggal..."

"Mati.... Mati..... Jeger, jeger!"

"Anjir!"

"Freya, Freyaaaa aduuh ngapa gue ditinggal sih!"

Sepanjang perjalanan gue nyetir dari rumah, mobil gue berisik dengan suara ponakan gue yang lagi asyik main Mobile Legends. Jangan tanya kenapa tiba-tiba ponakan gue ini bisa ikut, gue sebenarnya juga males ngajak dia. Tapiii daripada gue iseng nyetir sendiri Jakarta-Puncak apalagi macet kayak sekarang ini dan juga tiket buat nonton live music Tulus dapet dua, mening gue ajak dia deh.

Iya, gue memang sejomblo itu sampai-sampai bawa ponakan sendiri buat nemenin. Saking nggak ada cewek atau gebetan yang lagi deket sama gue. Nggak usah bully gue, udah kenyang dapet bully-an dari Derry dan Erga.

Gue mengamati jalanan Puncak yang padat merayap karena mobil gue juga daritadi jalan aja udah kayak siput, tapi ponakan gue ini masih aja belum berhenti main Mobile Legends. Karena gue bosen parah, belum lagi jalanan didepan kembali stuck, iseng gue ambil HP ponakan gue ketika ia sedang asyik. Lalu dengan cepat gue close aplikasi game itu.

"AHELAH OM, ITU LAGI NGE-WAR MASYA ALLAH!" Teriaknya kesal.

Dengan sekuat tenaga, ponakan gue itu berusaha untuk mengambil ponselnya yang gue lempar ke kolong jok mobil yang gue duduki.

"Nggak ada, percuma Om Farhan ngajak kamu tapi malah ditinggal asyik main game."

"Ih yaudah sih. Lagi asyik juga!" Protesnya. "Please dong Om, balikin dulu."

Gue menatapnya kesal. "Om turunin Gio di jalan nih, terus Gio pulang ke Jakarta sendiri. Mau?" Ancam gue pada Gio.

Gio melotot kesal namun nggak lama kemudian ia kembali duduk dengan benar dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Begini nih ya, kalau punya ponakan ABG apalagi kalau doyan banget main game. Hadeh.

Samar-samar gue masih mendengar Gio misuh-misuh karena gue. Sebodo teuing lah dia kesal sama gue, paling dibeliin makanan juga berhenti nanti. Berani taruh deh gue.

"Om kenapa sih nggak ngajak pacarnya aja?" Tanya Gio tiba-tiba.

"Pacar siapa? Pacar orang?" Sahut gue sambil menyalakan lampu sein dan berpindah jalur.

"Pacar Om lah, masa pacar Gio."

Masya Allah, ponakan macam apa begini modelnya.

"Emang Gio udah punya pacar? Masih kecil pacar-pacaran."

"Ya enggak sih, Gio nggak punya pacar. Asal sebut aja. Emangnya Om jomblo? Kasian bener sih, ckckck...."

ANJIR PONAKAN SIAPA INI BEGINI? MULUTNYA MINTA DICABEIN SEKARUNG YA!

Karena kesal bercampur gemas, gue menyetil telinga Gio dan membuatnya mengaduh kesakitan. Siapa suruh ledekin Om-nya? Berani-berani ledekin gue sekali lagi, beneran gue pites ini anak.

Gio mengelus-elus telinganya bekas gue sentil. "Sadis bener sih jadi Om!"

"Makanya jangan ngeledek."

"Idih, kenyataannya sih Om. Siapa yang ngeledek coba."

Hingga mobil gue memasuki area hotel, gue dan Gio masih saling ejek. Kalau kata Umi sih, pantesnya Gio itu jadi anak gue. Kenapa? Karena mulutnya sebelas dua belas kayak gue yang suka komentarin apa aja yang dirasa harus dikomen. Emangnya gue komentator apa ya. Lagipula hak mengutarakan dan berbicara itu hak segala bangsa. Kayak mencintai seseorang gitu.

Ketika Fortuner gue terparkir ganteng—yaiyalah ganteng, yang punya aja ganteng se-daerah RW Abi gue—nggak lama kemudian Erga yang juga baru datang mengetuk kaca mobil gue sambil menggendong Tistha dengan gendongan kangguru. Ya, whatever lah ya nama gendongannya apa, yang jelas kayak kangguru aja. Maklum, belum masuk basis Papa Muda sih gue.

Gue menurunkan kaca mobil. "Apaan?" Tanya gue.

Erga tersenyum manis. Duh, jadi nggak enak perasaan gue kalau Erga senyum kayak gitu. Pasti ada maksud terselubung deh, soalnya Erga mah gitu.

"Gendong Tistha dulu dong, gue sama Salma lagi mau pindahin barang-barang. Ribet kalau sambil gendong Tistha." Pintanya.

Tuh, udah gue bilang 'kan kalau ada maksud terselubungnya?

"Yaudah sini. Nangis nggak nih si Tistha?" Tanya gue lalu mematikan mesin mobil.

"Enggak, lo bawa ke kolam renang aja gih. Jangan elo cemplungin anak gue ke kolam ya! Habis hujan, dingin nih."

Gue turun dari mobil diikuti Gio, lalu Erga melepaskan gendongan yang melilit tubuhnya sambil memegang Tistha. Karena gue melihat Erga kerepotan dan bisa-bisa Tistha jatuh, akhirnya dengan sigap gue meraih Tistha kedalam gendongan.

"Hai Tistha sayang, sini sama Papa tiri." Ucap gue dengan manis pada Tistha.

Pletak

Erga langsung memukul pundak gue memakai gendongan yang ia pagang. "Papa tiri, Papa tiri ndasmu. Enak aja, emang bini gue bisa dibagi-bagi buat lo?" Omelnya.

Gue berdecak kesal. "Iya elah, sorry. Bercanda kali, udah sana cepetan pindahin barang-barang. Gue tunggu ya, lima belas menit nggak dateng ke kolam renang, awas aja lo."

"Iya, lima belas menit lagi gue nyusul. Kalau gue nggak nyusul, ke kamar gue aja." Pesan Erga.

"Awas lo ya, jangan bikin adek buat Tistha lo nanti berduaan sama Salma! Cuaca mendukung nih." Ucap gue sambil berjalan meninggalkan Erga.

"Makanya nikah, Far. Biar nggak sensi mulu lo sama temen sendiri!" Sahut Erga sambil tertawa.

Please deh ya, gue bukan anak perawan yang umur segini dikejar-kejar deadline nikah. Tapi kenapa sih, semua orang disekeliling gue harus membahas topik yang sama?!

°
°
°

Say hello to fakir calon istri alias Farhan! Hope you like it yaa guys hehehe. Vote dan comment selalu ku tunggu okaaaayy. Btw thanks yang udah baca, vote dan comment💚💚

Mungkin ceritanya Farhan cuma bisa gue update tiap weekend ya, tergantung situasi dulu okay. Part dua, insha allah dipublis weekend ini.

Ex-Lovember Where stories live. Discover now