Flashback Memories

Start from the beginning
                                    

Memilih pisau yang tajam adalah pilihannya setiap tahun. Ia tahu, ia tetap salah karena tak menghentikan Dongha dan malah menuruti keinginan kakaknya dengan memilih dua pisau yang diajukan kepadanya. Namun setidaknya, ia berpikir, mati lebih cepat lebih baik daripada memakai pisau tumpul untuk membunuhmu secara perlahan.

Tak ada yang pernah disebut hadiah di hari ulang tahun Yoojung. Namun kali ini sepertinya semuanya menjadi lebih mengerikan. Dongha terlalu marah dan cemburu terhadapnya selepas mengetahui hubungan dekatnya dengan Joohyuk. Tak ada lagi pilihan untuknya selain melihat Dongha bersikeras memakai pisau tumpul.

Yoojung memohon untuk pertama kalinya. Ia menangis terisak. Ia memohon agar kakaknya memakai pisau yang tajam dan membunuhnya sekali tebasan. Yoojung tahu sosok wanita yang terikat di kursi itu akan tetap mepat merasakan penderitaan yang amat sangat. Mempercepat penderitaan itu lebih baik bagi Yoojung yang tak memiliki kuasa untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut.

Namun Dongha tak mendengarkannya. Kakaknya bahkan melepas plester yang menutup mulut wanita tersebut membuat Yoojung mendengar dengan jelas teriakan memilukan tersebut. Setiap kali Dongha melakukan aksinya tak pernah sekalipun ia melepas plester yang menutupi mulut korbannya. Ini adalah pertama kalinya dan itu adalah cara Dongha menghukum Yoojung.

Entah keberanian apa yang merasuki Yoojung, gadis itu bergerak cepat menangkis sayatan pisau tumpul yang dipegang Dongha dan melukai lengannya sendiri. Suara pekikan dan tangisan menggema di seluruh ruangan bawah tanah. Wanita dalam pelukan Yoojung masih menangis keras dan berteriak mati-matian agar Yoojung menolongnya.

Dongha berteriak marah dan menarik Yoojung, menjatuhkan gadis itu ke lantai. Meski darah mengucur di lengannya dan terasa amat sangat sakit karena pisau tumpul itu telah menyayat kulit serta dagingnya, Yoojung kembali berdiri dengan cepat dan berteriak.

"AKU AKAN MELAKUKANNYA!"

Dongha yang semula hendak menghunuskan pisaunya di leher wanita tersebut berhenti dan menoleh menatap Yoojung. Yoojung bergetar dan bertahan pada kakinya berusaha untuk tak melemah dan jatuh. Sungguh, tatapan wajah kakaknya kini begitu menyeramkan.

"Aku akan membunuhnya." Suara Yoojung melemah. "Jadi, kumohon."

Yoojung tahu bahwa ia telah membuat dosa yang amat besar dalam hidupnya. Hidunya telah dipenuhi dosa dengan menutupi seluruh kejahatan kakaknya. Namun ia tak peduli lagi akan hidupnya, ia benar-benar tak ingin mendengar rintihan panjang yang akan menambah mimpi buruknya selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, yoojung meraih pisau yang telah diasah tajam dan berdiri di hadapan wanita yang kini terisak dan menatapnya memohon. "Ini hanya akan sakit sesaat. Aku memang tak berhak mendapatkan maafmu, tapi... maafkan aku."

Kemudian beberapa detik setelah itu, dengan memejamkan mata, Yoojung dapat merasakan sesuatu yang memercik wajahnya. cairan berwarna merah yang memuncrat mengotori pakaiannya.

Sedangkan itu, Dongha menatap Yoojung takjub. Seulas senyum lebar terukir di wajahnya.

~

~

~

~

Semua tak berakhir begitu saja malam itu. Malam memang telah larut, namun jarum jam belum berdentang dan menunjuk angka 12. Ini belum tengah malam.

Meskipun Dongha puas akan adiknya, dan merasa senang karena Yoojung telah 'sama' dengan dirinya, Dongha masih menyimpan cemburu. Setelah menggendong Yoojung yang lemas dengan aksi pertamanya tadi, Dongha mendudukkannya di atas ranjangnya. Ia mengambil baskom berisi air hangat dan mulai mengusap wajah Yoojung yang terlihat cantik dengan darah menghiasi wajahnya.

Crystal Snow ✔ Where stories live. Discover now