chapter 1

4.2K 299 35
                                    

       Lelaki mungil bersurai orange itu masih terduduk diam disana, pakaian yang sudah ia kenakan selama 12 jam lebih tersebut sudah basah terkena guyuran hujan.

Matanya menatap kosong kearah jalanan yang mulai lenggang, namun diotak lelaki itu masih terngiang kejadian yang lalu.

Air mata masih Setia merayap di mata karamel lelaki kecil tersebut.

          Ia menyeringai sendu tertahan ketika menatap orang orang yang melewati dirinya, mereka berjalan dibawah naungan payung untuk melindungi diri dari riaknya hujan. Seakan tanpa beban, mereka tertawa bahagia, melangkah riang hingga terkadang gemericik air hinggap diwajah lelaki itu.

         Dipandanginya langit mendung yang bergemuruh menurunkan tetesan air, seakan menanyakan takdirnya yang menyedihkan, ia menangis dalam diam, memandang muak kearah gerombolan manusia yang berjalan, mengutuk satu persatu mata yang bersibobrok, seakan ialah yang paling menderita.

           Masih diingatnya dengan jelas siapa yang tadi tergeletak bersimbah darah dan tak bernyawa di jalanan yang mereka lewati, lelaki dengan marga kageyama meregang nyawa pada menit ke 10 setelah terpental dari jarak dimana ia berdiri.

Alasannya?  Sebuah bus dengan pengemudi mabuk tak melihat tanda jalan hingga dengan alasan "dia mabuk dan tak sengaja menabrak kageyama muda yang menyebrang disana" hingga membuat lelaki bermata tajam tersebut terpental dan harus menemui ajal secara paksa.

           Dengan kedua mata sendiri, ia harus melihat sahabatnya itu mati dalam kesunyian. Dengan serampangan lelaki itu berlari, mendekati temannya yang sudah terlelap dalam senyuman.

Berkali bahkan ratusan kali nama kageyama di panggil namun nihil, mata dongker tajam itu tak bisa lagi terbuka, ataupun mulut ketus itu tak bisa lagi mengeluarkan suara walau hanya untuk menjawab suara suara yang memanggilnya pilu.

               "Apa yang kau lakukan disini hinata-kun? "  ia terdiam saat sebuah suara menyadarkannya dari lamunan jauh, ia berjongkok menyamakan tinggi mereka, memakaikan parka besarnya menutupi tubuh ringkih yang sudah sepenuhnya basah oleh hujan.

"kageyama tak akan hidup lagi walau kau harus menangis meraung begini".

Walau berusaha tegas namun terdengar sekali suara pemuda tinggi dengan marga tsukishima itu menahan tangisnya.

Hinata hanya bisa tersenyum tipis mendapati wajah kawan berkelahinya ini.

Matanya sembab, suaranya serak, dan tubuhnya basah kuyup, tipikal sekali.

"Kenapa disini? " ucapnya tak bersuara, oh ayolah selama 12 jam ia menangis, meraung,dan berteriak tak ada habisnya,hanya orang orang yang mempunyai pita suara ganda yang tak akan habis suaranya.

Yang ditanya hanya tersenyum singkat seraya membetulkan parka hitam nya yang melorot ditubuh kecil hinata
"Mencarimu" ucapnya singkat.

ia berbohong,memang ia memang mencari hinata kemana mana,namun tujuan lainnya yaitu lari dari pemakaman sahabatnya agar ia tak perlu lagi mendengar suara suara sumbang yang menghakimi hinata,ia terlalu muak dengan omongan orang orang yang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi namun masih sombong berbicara seakan tahu segalanya.

Tangan besarnya mulai terangkat mengelus surai orange terang itu, membelai dengan lembut agar sang pemilik merasakan kenyamanan yang tersirat disana "kita pulang",singkat memang namun dapat terdengar nada mutlak disana.

Hinata hanya bisa tersenyum sendu, "jangan pura pura baik tsukishima-kun, aku tau semua nya sedang tak ingin melihat ku" ucap hinata sarkasme.

Yang ditanya hanya bisa diam "kau pembohong yang buruk" masih tak Mendapat jawaban dengan berat hati yang paling kecil berdiri sempoyongan, melepaskan parka kebesaran yang dikenakan, menggantungkan kembali diatas kepala lelaki berkacamata, ia tersenyum singkat, lalu pergi berjalan seraya bersenandung sedih.

ReflectionWhere stories live. Discover now