Beautiful Trauma // 2

77 4 4
                                    

"Belle!" panggil Erika, teman sebangku Belle.

"Hah?" 

Setelah itu cengiran khas Belle yang menyebabkan lesung pipinya semakin dalam keluar. Erika yang ingin marah menarik nafas panjangnya.

"Lo tuh daritadi bengong aja mulu. Kenapa? Terpesona sama Pak Adrian? Jangan deh, Bell. Kayaknya dinginnya ngalahin batu es. Dih. Ogah mah gue." delik Erika sambil berbisik ke Belle.

Erika cekikikan.

"Gila ya lo--"

Ucapan Belle terpotong oleh suara geraman dari depan.

"Kamu yang cekikikan, Bella, Belle, apapun namamu itu, SEKARANG KELUAR!" teriak Adrian dengan nada datarnya.

Hening menyelimuti kelas Belle. Belle dikeluarkan dari kelas? Dikeluarkan? Yang benar saja?! Belle yang menjadi anak kesayangan semua guru yang tidak pernah disentuh seujung kuku pun dikeluarkan? Gempar satu sekolah.

"KELUAR!"

Dengan muka memerah, Belle berlari kecil keluar kelasnya.

***

Tidak, tidak. Adrian tidak dapat mendengar obrolan dua siswi di kelasnya. Obrolan itu juga tidak mengganggu kelasnya. Namun mengganggu hati Adrian. Senyum perempuan itu, hangat dan teduh. Berhasil menyentuh setitik hati Adrian yang sudah lama beku. Dan dia tidak suka. Tidak suka ada orang yang mengusik kehidupannya. Ia takut; sangat takut. Kalau ia akan terluka, lagi.

***

Belle POV

Sial! Seumur hidupku aku tidak pernah dikeluarkan dari kelas! Mau ditaruh di mana mukaku ini. Padahal obrolanku tidak keras. Dan juga-- kenapa hanya aku yang dikeluarkan? Menyebalkan.

Aku melangkahkan kakiku ke kantin. Lebih baik aku mengisi perutku daripada membuat dosa dengan mengatai guru baru itu. Ganteng sih ganteng, tapi gaada hati! 

"Bu, chicken katsunya sama nasi satu ya! Minumnya air mineral aja!" ucapku pada ibu kantin langgananku.

Tepat sebelum aku ingin membayar, ada yang menyodorkan uangnya kepada bu kantin.

"Udah, gue traktir. Itung-itung perayaan akhirnya Belle bolos." ucapnya sambil mengedipkan mata.

Reza. Kapten basket sekolahku. Siswa paling ganteng. Sosok kakak bagiku di sekolah ini. Aku melangkahkan kaki ke meja yang telah ia tempati bersama beberapa temannya.

"Wah full team nih! Alesan lagi mau latihan basket?" sindirku pada Reza dan juga tim basketnya.

Mereka semua tersenyum kepadaku. Aku langsung duduk di sebelah Reza.

"Gila ada apa gerangan bidadari tiba-tiba hinggap di kantin begini. Pas jam pelajaran lagi. Gila! Dunia dah mau kiamat nih kayaknya. Duh belum kawin lagi. Eh udah deh, nikahnya yang belom." ucap Satria, salah satu teman Reza.

Reza menoyor kepala Satria.

"Ati-ati lo kalo ngomong!" mereka semua tertawa.

Aku cemberut. Reza tiba-tiba mengelus rambutku.

"Kenapa kesayanganku cemberut, hm? Ga seneng bolosnya?"

"Apaan sih! Aku ga bolos. Aku dikeluarin." ucapku dengan nada lemah.

"WHAT?! DIKELUARIN?! Kan guys! Dunia dah mau kiamat! HELP!" ucap Satria lagi.

"Kok bisa dikeluarin gitu sih? Tumben banget? Kamu apain gurunya?" tanya Reza.

"Ngga aku apa-apain. Aku cuman bisik-bisik sama Erika doang. Eh terus dikeluarin. Tapi Erikanya engga. Ngga tau deh, guru barunya aneh!" ucapku merajuk.

"Guru baru? Yang katanya ganteng itu?" tanya Dio, yang duduk di samping Satria.

"Au dah!" ucapku kesal sambil menyuap makananku yang baru datang.

"Idih. Gimana sih lo, Belle. Kode kali tu, caper. Suka kali sama lo. Haduh, sekarang Belle mah mainannya sama guru. Uh uh gakuku kaka." ucap Satria mengejek.

Aku mengabaikan perkataannya sambil terus mengunyah makananku.

Tuh guru suka sama gue? Gila aja! Benci iya kali!



Beautiful TraumaWhere stories live. Discover now