prologue

5.2K 552 6
                                    

Tertanda, Seoul. 14 Maret 20XX
Masih di tempat yang sama,
Masih di sekolahku yang sama.

Halo, buku harianku.
Bagaimana kabarmu setelah beberapa lama tak kutulis?
Begitu banyak hal yang terjadi saat ini, begitu banyak perubahan indah di dalam hidupku, hingga rasanya aku tidak bisa menuliskannya satu persatu! ㅋㅋㅋ

Yang kau lihat hari ini, tentu adalah seorang Jeon Wonwoo yang sama.

Tapi mungkin, aku merasa aku sedikit berubah? ㅋㅋ

Hidupku.

Tentu saja.

Ah ya, dan apa kau tahu kabar baiknya?

Hm ~

Aku sudah menikah.

Tentu saja, dengan orang yang aku cintai.

Apa aku belum mengenalkannya kepadamu? ㅋㅋ

Kurasa... Sudah banyak namanya yang terukir di lembaran buku harianku.

Ya, aku selalu menulis namanya ㅋㅋ

Baiklah, jika kau lupa, aku akan memperkenalkannya lagi kepadamu.

Namanya...

"Sedang apa?"

Suara berat nan lembut itu tiba-tiba menyeruak telinga Wonwoo. Wonwoo tersentak-ketika tangan besar itu mulai memeluk lehernya dari belakang. Mencium bau milik sang empu dari ceruk lehernya.

"-Kau mengagetkanku." Wonwoo dengan buru-buru menutup buku hariannya, menggenggam tangan besar yang tengah memeluknya itu.

"Kau sedang menulis, hm?" Dengan cepat, tangan itu meraih buku harian milik Wonwoo. Wonwoo yang tersadar, langsung berusaha meraih buku harian yang tengah direbut.

"Kim Mingyu, ish!" pekik Wonwoo. "Kembalikan, hum~"

Mingyu menggeleng. Walaupun Wonwoo tengah memaksanya untuk mengembalikan buku harian miliknya- Mingyu tidak peduli. Dengan senyuman khas miliknya, ia dengan mudah membaca halaman terakhir yang telah terpampang tulisan milik Wonwoo sekitar sepuluh menit yang lalu.

"Hm?" Senyuman Mingyu mengembang ketika membaca tulisan Wonwoo yang tampak sangat rapi dan bagus. Ia tertawa, menatap wajah-sang istri, yang tengah menatapnya sebal dengan semburat merah di pipinya.

"Hng- kembalikan!" rengek Wonwoo.

"Iya iya, bawel." Mingyu menyodorkan buku harian milik Wonwoo, kemudian dengan cepat disambar oleh Wonwoo. Wonwoo segera memeluk buku itu erat- berjaga jaga agar Mingyu tidak merebutnya lagi.

"Sayang." Mingyu membawa Wonwoo ke pelukannya, tertawa pelan. "Kenapa kau tidak menuliskan namaku, disitu?"

Dengan perlahan, tangan Wonwoo mulai melingkari pinggang milik suaminya, balas memeluk suaminya erat. "Cih. Memangnya kenapa aku harus menulisnya?"

"Tentu kau harus menulisnya, Sayang." tatapan Mingyu beralih ke kedua belah mata rubah milik istri manisnya. "Beritahu buku diari itu, kalau akulah pria yang menikahimu sekarang." ucap Mingyu sembari mengecup pelan kening Wonwoo.

Wonwoo tersenyum. Ia mengelus pipi Mingyu pelan, kemudian mengecup bibir Mingyu tanpa aba-aba. Mingyu tampak terkejut, namun tentu saja Mingyu segera menyambut ciuman itu.

Wonwoo melingkarkan tangannya di leher Mingyu, dan akhirnya melepaskan ciuman itu. Ia yang memulai, tapi ia juga yang menyelesaikannya dengan nafas memburu, dengan pipi bersemu.

"Tanpa kuberi tahu pun-" Wonwoo menatap manik milik Mingyu. "Buku diariku pasti tahu, kalau aku menikah denganmu."

Mingyu tersenyum. Ia menatap Wonwoo, kemudian mengecup bibirnya pelan.

"Terima kasih karena mau menikah denganku."

"Tak perlu berterima kasih, Kim." Wonwoo mencubit gemas pipi milik suaminya.

Mingyu menatap sekelilingnya. Kamar asrama miliknya yang dulu dihuni olehnya dan Wonwoo-kini terlihat berbeda dari sebelumnya. Namun, disinilah kisah cinta mereka dimulai.

Mingyu tersenyum.

"-Kalau begitu...."

"Maukah kau berbagi kamar denganku lagi, Kim Wonwoo?"


To be continued.

Hai! Maaf prolognya kepanjangan, ㅋㅋㅋ. 480+ words!
Jangan lupa vote dan comment juga ya!

See you coon.

roommate ¦  meanieWhere stories live. Discover now