01. Alvaro Derovano

Começar do início
                                    

"Nggak usah repot-repot, tinggal jadiin saya menantu Ibu, itu udah jadi hukuman paling tepat buat saya." ujar Alvaro sembarangan dan sambil tersenyum jahil membuat Bu Rere semakin naik pitam.

"Bicara sekali lagi seperti itu, bakalan saya lempar kamu dari atas gedung sekolah, mau?" ancam Bu Rere membuat Alvaro bergedik ngeri.

"Yaudah, Ibu pikirin dulu deh hukuman buat saya." kata Alvaro, "Saya ke kelas dulu Bu, nanti kalo udah dapat, kabarin saya ya. Dah Bu Rere sayang," cetus Alvaro jahil dan langsung melenggang pergi meninggalkan Bu Rere, namun langkahnya terhenti begitu saja saat Bu Rere justru menarik pergelangan tangannya.

"Tuhkan Ibu kenapa sih? Nggak bisa ngebiarin saya pergi?" tanya Alvaro yang justru membuat wajah Bu Rere memerah seperti tomat, ini perpaduan antara kesal dan blushing karena Alvaro memang selalu tebar pesona seperti ini dengan guru-guru kesayangannya.

"Ikut saya," Bu Rere langsung menyeret Alvaro ke Lapangan Outdoor Perwira dan kini keduanya sudah sampai tepat tepat di depan tiang bendera.

"Sekarang kamu hormat didepan tiang bendera sampai jam istirahat selesai. Jangan coba-coba kabur karena akan saya pantau dari kelas" gumam Bu Rere dan langsung meninggalkan Alvaro sendirian di lapangan.

"Iya sayang!" Teriak Alvaro sambil terkekeh pelan membuat langkah Bu Rere makin cepat saja.

Setelah memastikan Bu Rere hilang dari pandangannya. Alvaro buru-buru menyampirkan tas nya dibahu sebelah kanan dan berjalan gontai menuju kantin untuk menyusul teman-temannya.

***

Sesampainya dikantin, Alvaro langsung duduk disamping Aldi dan mengambil kentang goreng sambil menyeruput Jus Alpukat miliknya yang sudah dipesan sejak tadi oleh teman-temannya.

"Telat lagi? Pasti Bu Rere nyuruh lo hormat di depan tiang bendera sampai jam istirahat selesai, dan dengan santainya lo malah ke kantin," ujar Aldi kepada sahabat karibnya ini. Nama lengkapnya adalah Aldira Prasetya, lelaki yang memiliki predikat jomblo ngenes ini adalah teman Alvaro sedari SMP.

"Tau Ro, awas dia baper lagi sama lo. Tanggung jawab," ujar Okan menimpali dengan tawanya.

"Lo berdua kayak gatau Alvaro aja," ejek Agil dengan tawa yang terbahak-bahak.

"Dia nggak bakalan marah, lo semua tenang aja. Bu Rere udah termakan sama pesona seorang Alvaro," ungkap Alvaro dengan tawanya yang meledak hingga membuat matanya menyipit. Itu termasuk salah satu yang membuat para murid Perwira menggilai lelaki ini.

Alvaro yang duduk berhadapan dengan Agil kini pandangannya tertuju pada meja yang berjarak dua meter dari mejanya.

Matanya menangkap sosok perempuan yang sedang duduk bercanda dengan sahabat nya. Alvaro bahkan tidak mengenal siapa dua perempuan itu. Bahkan dirinya lupa siapa nama guru-guru disini.

"Cantik," gumam Alvaro dalam hati sambil terus menerus menatap perempuan itu dari mejanya. Sampai Okan menyadari hal tersebut.

"Ck, Gue tau Alvaro lagi ngeliatin siapa?" bisik Okan pada Aldi dan Agil tanpa Alvaro sadari.

"Siapa?" sahut Aldi dan Agil bersamaan.

"Yang rambutnya panjang kecoklatan Itu Dara, Adara Adriana nama lengkapnya. Nah yang satunya Jessica Alana. Mereka anak kelas 11 Ips 2, sekelas sama Damar dan Vijai." balas Okan sambil ikut memperhatikkan keduanya.

"Nggak usah di liatin aja, pacarin langsung" sindir Okan.

Alvaro mendengus pelan, "Nggak semudah itu, ada prosesnya."

Sementara dimeja Adara.

"Ra, kayaknya tadi Alvaro ngeliatin lo deh," Pernyataan Jeje membuat Dara menaikkan sebelah alisnya. Jeje adalah sahabat Dara sejak keduanya duduk dibangku sekolah dasar.

"Alvaro? Dia yang lo ceritain waktu itu ke gue?" tanya Dara sambil melirik sekilas kearah meja Alvaro dan teman-temannya.

Jeje mengangguk pelan, "Iya Ra, sumpah tadi gue nengok ke belakang dua kali dan dia masih merhatiin lo," kata Jeje antusias, karena sahabatnya ini sedang diperhatikan lelaki idaman seluruh siswi di Perwira.

"Je, udah deh nggak penting juga." Balas Dara agak acuh dan melanjutkan memainkan ponselnya sambil menyeruput Jus Strawberry-nya.

Tap

Tap

Tap

Derap langkah seseorang yang mengenakan sepatu berhak tinggi menggema dikantin. Alvaro dan teman-temannya masih saja santai karena belum melihat orang tersebut.

"ALVARO! PANTAS YA, SAYA CARIIN KEMANA – MANA KAMU GAK ADA, TERNYATA KAMU MALAH ENAK ENAKAN NONGKRONG DISINI SAMA TEMEN-TEMEN KAMU!" murka Bu Rere dengan suara melengking membuat para siswa-siswi yang berada dikantin bubar teratur karena takut ikut terkena hukuman.

"Asem, kenapa segala nyamperin kesini coba," gumam Aldi.

"Ck, apes gue" lirih Alvaro.

"SAYA GAK MAU TAU KAMU BERSIHIN PERPUSTAKAAN SEKARANG!" teriak Bu Rere semakin membuat suasana kantin menegang.

"Hmm,"balas Alvaro mencoba santai. Alvaro berdiri sambil merapikan seragam dan rambut indahnya, "Tapi masa saya sendirian Bu? kan saya takut." ungkap Alvaro kepada Bu Rere.

"Anak nakal seperti kamu penakut? Saya gak percaya." balas Bu Rere masih berkacak pinggang dihadapanAlvaro dan teman-temannya.

"Sudah cepat, sampai pulang sekolah akan saya pantau," ujar Bu Rere final.

Ketiga temannya malah cengengesan melihat Alvaro tersiksa dengan hukuman yang diberikan Bu Rere, namun bagi Alvaro itu hanya hukuman biasa. Sudah di bilang ia sudah terbiasa oleh hukuman apapun yang Bu Rere atau semua guru berikan kepadanya.

"Kalian bertiga ikut sama Alvaro! Tidak ada yang ketawa-ketawa disini cepat!" ujar Bu Rere yang kembali murka.

"Mampus, ngetawain gue sih lo" Seketika tawa Alvaro meledak begitu mengetahui ketiga teman-nya juga ikut dihukum.

Suara tawa Dara terdengar ditelinga Alvaro hingga lelaki ini tersipu malu dan terkekeh pelan lalu kemudian melenggang pergi dari kantin bersama teman-temannya menuju perpustakaan dengan Bu Rere yang mengekor mereka dari belakang.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, Dara dan Jeje sudah berada diparkiran.

"Ra? lo mau nunggu Mang Ujang?" tanya Jeje.

"Iya nih Je, lo duluan aja gak pa-pa kok," balas Dara tersenyum.

"Yaudah gue balik duluan ya? Bye Ra!" ujar Jeje dan langsung masuk ke dalam minicooper-nya.

Sedangkan Dara sudah sampai didepan gerbang dan memilih untuk menunggu Mang Ujang di tempat untuk menunggu jemputan yang sengaja pihak sekolah fasilitasi macam halte bus.

"Mang Ujang kenapa nggak bisa di telpon sih? Mana mendung lagi," keluh Dara, sambil terus mengecek ponselnya dan mencoba menghubungi Mang Ujang – supir pribadi keluarganya– berkali-kali.

Tiba-tiba seorang laki-laki dengan motornya berhenti di depan Dara. "Bareng gue aja."

***

GIMANA CHAPTER 01 NYA?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN CERITA INI YA!

FOLLOW INSTAGRAM

MARSITAAS

FORKYWOODYWATTPAD

SEE YOU NEXT CHAPTER!

AldaraOnde histórias criam vida. Descubra agora