Debaran Sembilanbelas

449 36 0
                                    

   Fika tersenyum sinis saat melihat Iqbaal menuruti perkataan nya. Tangan kanan Fika sengaja ia lepaskan dari tangan Iqbaal. Iqbaal tidak ada niat untuk melawan Fika karena menurut nya percuma saja, karena dirinya juga akan mati.

Tangan Fika merogoh baju bagian belakang nya dan mengambil sebuah pisau. Anak ini memang berniat membunuh Iqbaal.

"Mati!" tangan Fika terayun dan menuju kearah mata Iqbaal. Dan...

'Dor!'

Tekanan beban yang tadi terasa dipergelangan tangan Iqbaal perlahan lahan mulai berkurang. Iqbaal terkejut dan membuka mata nya. Dari jarak sekitar 5 langkah dari nya, (Namakamu) berdiri dengan segenggam pistol ditangan nya yang ia gunakan untuk menembak Fika tadi. Dan..(Namakamu) menangis.

Iqbaal mengembalikan pandangan nya pada Fika. Melihat anak itu yang kini tengah meringis seperti menahan sakit.

(Namakamu) tadi menembak tepat dikepala Fika dan mungkin saat ini peluru itu bersarang didalam tempurung kepala Fika.

Pegangan tangan Fika pada tangan Iqbaal mulai mengendur walau belum sepenuh nya terlepas. Sedaritadi pandangan Iqbaal tidak lepas dari Fika yang saat ini tengah berteriak tidak jelas(?)-.- mungkin kah Fika akan mati? Tapi kata (Namakamu) Fika hanya mati dengan garam. Apakah peluru yg digunakan itu sudah dicampur air garam?Entahlah. Iqbaal sendiri tidak tahu.

Iqbaal menoleh ke (Namakamu) dan tersenyum pada gadis itu. Pertanda bahwa mereka telah berhasil membunuh Fika. (Namakamu) juga tersenyum pada Iqbaal, walau pun gadis itu tersenyum tapi Iqbaal masih bisa melihat airmata mengalir dipipi nya.

Iqbaal sedikit terkejut karena tiba-tiba saja senyuman milik (Namakamu) itu berubah menjadi ekspresi kaget serta takut nya.

Iqbaal sengaja menolehkan kepala nya ke Fika dan terlihat sangat jelas bahwa anak itu kembali mengayunkan pisau milik nya dan...

'Blesh'

"Iqbaal!!"
Iqbaal tidak menjerit kesakitan atau pun sejenis nya. Ia hanya melirik bagian dada kiri nya yang tertancap oleh pisau Fika.

Rahang Iqbaal mengeras, lalu pandangan nya menatap Fika dengan tatapan membunuh. Iqbaal bangkit dari posisi nya, memegang kedua bahu Fika dan memaksa nya masuk kedalam kolam bersama dirinya. Suara berisik air menemani suasana yang mencekam ini.

(Namakamu) berjalan dengan langkah yang diseret-seret. Ia merasakan kedua kakinya lemas tidak mampu menahan berat badan nya. (Namakamu) jatuh terduduk dengan lutut nya tepat 2 langkah sebelum kolam.

Mulut nya daritadi tidak henti-henti nya memanggilkan nama Iqbaal. Airmata yang tadi nya sudah berhenti kini kembali meluncur.

Perlahan tapi pasti di airkolam itu muncul warna kemerah-merahan.

(Namakamu) yakin itu bukan darah Fika karena Fika tidak mempunyai sel darah merah.

(Namakamu) mengerang dan kini ia terduduk. Menyembunyikan kepala nya dibalik kedua tangan nya yang sudah bertumpu pada lutut nya.

NO NA ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang