Debaran Duabelas.

401 43 0
                                    

   (Namakamu) meringis dan mengusap dagu nya yang terasa sakit itu. Ia merasakan ada cairan disana, dibawah dagu nya lebih tepat nya.

"Ssshh.." (Namakamu) memutar tubuh nya menjadi menghadap kelangit-langit kamar dengan tangan yang masih mengusap dagu nya. Kini (Namakamu) tahu bahwa cairan di dagu nya itu adalah darah nya sendiri.

(Namakamu) yang sedaritadi memejamkan mata menahan sakit, kini membuka matanya. Ia tertegun sejenak. Hei! Ternyata ruangan ini tidak gelap total. Lampu rumah sebelah menyala. Lalu kenapa rumah nya mati?Seingat (Namakamu) tadi rumah sebelah nya juga padam listrik.

(Namakamu) masih terdiam diposisi nya. apa yang baru saja terjadi? Ia terjatuh? Ada yang menarik kaki nya? siapa?

Ketika menyadari ada sesuatu yang ganjal saat ini, (Namakamu) bangkit. Tangan nya mencoba membuka kunci pintu dikamar ini dengan penerangan yang remang-remang akibat lampu yang bersinar dari rumah sebelah._.

Suara pisau diasah kembali terdengar. (Namakamu) menoleh dan tidak melihat siapa-siapa diruangan ini. Ia kembali mengulang kegiatan nya, yaitu membuka kunci pintu kamar Ali. Karena rasa takut nya yang benar-benar takut._.

(Namakamu) sampai bisa mendengar degupan jantung nya sendiri diruangan ini.

Kunci pintu terjatuh. Sial! umpat (Namakamu) dalam hati.

Kunci itu terjatuh karena tangan (Namakamu) yang bergerak terlalu cepat dalam mencoba memutar kunci nya.
Padahal jika ia bersikap tenang sedikit saja mungkin kini pintu kamar telah terbuka. Tapi sayang nya, untuk saat ini (Namakamu) tidak bisa tenang.

Seseorang kembali memegang erat pergelangan kaki (Namakamu). Ia berusaha menarik nya, tapi dengan kuat (Namakamu) menahan nya supaya ia tidak terjatuh kembali kebelakang. (Namakamu) menunduk, berharap dapat melihat siapa yang menarik kaki nya. Tapi sayang, gelap.

"Aldi! Aldi!!" (Namakamu) berteriak berharap Aldi mendengar nya.

'Bugh'

Lagi-lagi (Namakamu) terjatuh.

Tapi kali ini ia terjatuh dalam posisi menghadap langit-langit kamar. Jadi saat ini bukan dagu nya yang merasakan sakit. Melainkan belakang kepala nya.

(Namakamu) merasakan seseorang menaiki perut nya. (Namakamu) mencoba melihat siapa seseorang tersebut dengan cahaya transferan itu._. Orang dewasa?
Tidak. Bukan orang dewasa. Itu anak kecil.

"L-lo siapa? Pergi. Pergi dari gue!" (Namakamu) mencoba menjatuhkan seseorag itu. Tapi tidak bisa. Seseorang itu mempunyai kekuatan yang jauh lebih kuat dari dirinya. Dia-seseorang itu-menduduki perut (Namakamu) dan membuat (Namakamu) sedikit kesulitan bernafas.

"Aldi! Tolongin gue. Ald-" ucapan nya terhenti ketika tangan seseorang itu mencekik leher nya kuat.

(Namakamu) membulatkan matanyakarena kaget, kedua tangan nya berusaha melepaskan tangan seseorang itu yang menjepit leher nya kuat.

(Namakamu) menghentakan kaki nya kuat. Entahlah apa itu fungsinya-__- tapi yang ia rasakan saat ini adalah kesulitan bernafas.

(Namakamu) membuka mata lebar-lebar dan berharap lampu menyala saat itu juga supaya ia bisa melihat siapa sosok seseorang yang saat ini ingin membunuh nya.

"(Namakamu)!" seseorang menyerukan nama (namakamu) dan mengetuk pintu kamar Ali. Itu Aldi. (Namakamu) yakin itu Aldi. Ingin rasa nya ia berteriak dan meminta Aldi untuk segera menolong nya, tapi ia tidak bisa.

Mulut nya hanya terbuka tanpa mengeluarkan sepatah katapun
Dari bantuan cahaya yang remang-remang ini, (Namakamu) bisa melihat tangan kanan seseorang itu terayun kebelakang sembari memegang sebuah...pisau.

NO NA ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang