Setelah mengingat-ngingat apakah ada PR atau tugas untuk besok, Aldo akhirnya mengangguk. PR untuk besok hanya soal matematika yang sebagian sudah ia selesaikan di kelas.

Tepat setelah Rista keluar dari kamar, perlahan mata Olive terbuka. Aldo sudah komat-kamit sendiri bagaimana reaksi Olive begitu melihat dirinya duduk di sebelah ranjang yang ia tempati.

Tapi dugaannya tentang reaksi Olive yang berlebihan justru salah, Olive hanya menautkan alisnya melihat Aldo di hadapannya. “Gue kenapa bisa ada disini? Kenapa ada lo?” tanyanya. Oke, menurut Aldo ini adalah pertanyaan terbodoh. Menurutnya seharusnya Olive dapat menyimpulkan bahwa ia yang membawanya kesini. Tapi ia juga baru sadar kalau cewek di hadapannya ini setengah sadar dan wajar kalau ia tidak berpikir jernih.

Entah kenapa Aldo jadi salah tingkah sendiri. “ehm...” ia mencari-cari jawaban yang tepat. “Ya menurut loooo?” Aldo malah baik bertanya.

Olive hanya memutar mata dan mencoba bangkit dari posisi terbaringnya. Tetapi Aldo buru-buru menahannya, “eeeeeh, lo mau ngapain?”

“Menurut loooo?” Olive meniru gaya bicara Aldo barusan. Ia masih mencoba untuk duduk di ranjang. Tapi lagi-lagi Aldo menahan, “Lo masih sakit kunyuk, tiduran aja”

Olive mengerutkan dahinya, “Kok lo care?”

“hah? Care? Idih, kepedean lo. Orang ini disuruh nyokap lo” dusta Aldo. Iapun tidak tahu mengapa harus berbohong pada cewek dihadapannya ini. padahal, jika ia menuturkan alasan yang sebenarnya pun tak masalah.

“Emang ada nyokap gue?”

Aldo mengangguk. “ada,”

“dia tahu dari mana? Terus sekarang dimana?”

“tadi gue telfon nyokap lo pake hp lo. Dia sekarang lagi ke ruangan dokter” jawab Aldo kelewat santai. Olive langsung membelalakan matanya. “Lo ngotak-ngatik hp gue?!”

“Lah, emang kenapa? Ini kan demi kepentingan lo juga, lagian gue Cuma bukan kontak doang kok. Heboh amet”

“gak merhatiin yang lain-lain, kan?”

Cowok itu menggeleng. Syukurlah, batin Olive sambil menghembuskan nafas lega. Pasalnya, gambar lock screen hp-nya itu adalah quotes galau tipikal cewek yang ia dapat dari situs kesukaannya, We Heart It. Kalau ketahuan Aldo, bisa-bisa ia diejek hingga mampus. Ia yang notabene terlihat dingin dan jutek di sekolah masa galau di rumah? Kan nggak lucu juga.

Sesaat kemudian pintu kembali terbuka menampakkan sosok mama Olive. Lantas Aldo langsung pamit pulang.

Di perjalanan sepanjang koridor rumah sakit, pertanyaan-pertanyaan itu kembal muncul di pikirannya. Tidak bisa berbohong lagi, cowok itu justru menjadi makin penasaran dengan rahasa-rahasia yang Olive simpan dengan rapi.

**

“siapa yang masuk rumah sakit, Do?” tanya Rossie.

Aldo yang sebelah kakinya sudah menyentuh tangga lantas berbalik badan, ia nyengir. “Eh, ada mama. Itu mah, anak baru”

“Cowok apa cewek?” tanyanya lagi.

“Cewek, rumahnya di blok E sana”

Ibunya hanya manggut-manggut lalu mempersilakan Aldo untuk membersihkan diri di kamarnya.

Setelah mandi, ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Dengan tangan yang disilangkan lalu ia jadikan sebaga bantal kepalanya. Ia menatap langit-langit kamar. Berpikir. Satu kalimat yang sejak tadi melayang di pikirannya; Cewek itu lemah.

Tiba-tiba pintu kemarnya diketuk. Friska memunculkan kepalanya, “Do, makan malem”

Aldo menoleh. “Mama udah di meja makan?” tanyanya.

Friska menggeleng. “Belum sih, lagi bikin sambel. Tapi kayaknya bentar lagi selesai”

Aldo bengun dari posisi berbaring, menjadi duduk. “Kak, sini deh”

Kakaknya itu mengernyit bingung. “Tumben manggil kak. Lagi ada masalah, lo?” namun sedetik kemudian ia berjalan lalu duduk di kursi meja belajar adiknya.

“Lo... pernah gak ngerasa kepo sama seseorang?” tanya Aldo ragu. Detik selanjutnya tawa Friska memenuhi kamar Aldo. “ya, pernah lah! Siapa coba cewek yang gak pernah kepo”

Aldo berdecak, “Bukan kepo gitu, oding! Kepo banget sampe ngelakuin apa aja untuk cari tahu informasi tentang orang itu”

“oh,” jeda Friska. “Gak pernah sih, gue orangnya kepoan. Tapi gak se-kepo itu. ngapain juga nyari informasi tentang orang padahal gak ada bemefitnya sama sekali sama kita?” jelasnya. Nadanya terdengar serius.

Aldo manggut-manggut mendengar penjelasan kakak satu-satunya itu. “Emang kenapa, sih?” tanya Friska.

“gue kepo sama... adalah, murid baru di JB. Cewek”

Cewek itu memunculkan senyum jahilnya, “kalo itusih udah hampir masuk ke fase ketertarikan” ujarnya sok tahu.

Aldo menggeleng. “enggak lah. Gue Cuma penasaran. Kepo. Gak mungkin suka kayak begitu. Lagian anaknya jutek angkuh gak jelas gitu”

“terus apa yang bikin lo kepo?”

“gak tahu. gue rasa dia punya banyak rahasia yang disimpen rapi sampe-sampe ga keliatan orang lain”

“contohnya?”

“tadi aja gue ke rumah sakit bawa dia gara-gara pingsan habis latihan basket. Kayak punya penyakit gitu. Abisnya sebelum pingsan dia sempet minum beberapa pil obat. Nah, yang jadi pertanyaan, kalo dia emang bener punya penyakit kenapa bisa jadi kapten basket di sekolahnya dulu? Di JB juga sih” jelas Aldo panjang lebar.

Friska bangkit lalu menepuk pundak Aldo. “selamat mencari tahu, ya, dek!”  

Aldo lagi-lagi berdecak, “bukannya ngasih solusi, lu”

Cewek dihadapannya hanya nyengir. “udah ah, yuk, turun. Mama udah nunggu” 

Minggu, 25 Mei 2014 

Oke ini emang gak wajar update pagi-pagi banget. Ngebut ngetik soalnya mau ke luar kota. Maaf update-nya lamaa. Gagal deh niatan pengen update 2 hari sekali. Huhu:( But this is a long chap, isn't it? HEHE. Btw ini cerita udah melenceng jauh dari sinopsis. Nanti deh gue ganti sinopsis yang di depannya. Gue boleh minta short thoughts kalian tentang Aldo sama Olive? Ngikutin anggi ceritanya. haha. Makasih! 

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora