Chapter 1

19 2 0
                                    

"Heh! Pagi-pagi uda melamun aja, kesambet baru tahu rasa" teriak Daphne pada gadis itu. Gadis yang dikejutkan oleh temannya pun tersentak kaget akibat teriakannya.

"Apaan sih Daph, berisik tau gak" balas gadis itu dengan menahan kesal.

"ya situ sih, daritadi dipanggil gak nyahut" Daphne hanya memasang tampang masa bodo-nya.

"emang ada apaan? Kalau gak penting tabok nih"

"Dih judes amat buk, ini nih akibat ldr sama doi. Sensi aja bawaannya." Balas Daphne dengan terbahak-bahak.

"Daphne!" Gadis itu yang sudah menahan diri untuk tidak teriak pun, berteriak juga.

"hehe peace ra. Janda aja gue. Eh canda"

"beneran janda baru tau rasa" ya pada akhirnya Ara tidak bisa marah pada Daphne. Karena bagaimana pun juga ia satu-satunya teman yang dapat mengerti Ara di kondisi apapun.

"Dih ya ampun amit-amit. Cowok aja belum punya, udah janda aja"

Ara hanya tertawa saat mendengar jawaban Daphne.

"yaudah buru. Tadi manggilin ada apa?" tanya Ara dengan tidak sabar.

"Eh iya. Ini ada kiriman dari pangeran negeri seberang" Tiba-tiba Daphne

menyodorkan kiriman yang ia katakan tadi. Betapa terkejutnya Ara ketika tahu isinya adalah bouquet mawar bewarna biru yang berisikan 15 tangkai. Dan terdapat bunga lily putih ditengahnya.

"Woah" Ara memandanginya dengan takjub. Tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya. Ia berpikir keras. Tentang perubahan mendadak dari kekasihnya itu. Karena seperti yang ia tahu, bahwa kekasihnya bukanlah sosok yang romantis.

"ya ampun! Nih anak bengong lagi" ucapan Daphne menyadarkan Ara dari kebingungannya.

"Gimana ya Daph? Heran gak sih? Tiba-tiba lihat Auriga mendadak romantis gini? Gak dia banget, tau gak sih"

"Bener sih ra. Tapi gimana ya? Mungkin aja dia ingin merubah sifat dinginnya itu" tebakan Daphne cukup untuk menenangkan hati Ara. Tapi Ara tak sepenuhnya yakin karena ia berpikir, ada sesuatu dibalik mawar biru itu.

"ya semoga saja. Eh ada note nih Daph"

я люблю тебя, но я ненавижу тебя.

я скучаю по тебе, но мне лучше без тебя.

Я хочу, чтобы ты вышел из моей жизни,

но я никогда не хочу отпустить тебя

я люблю тебя. но я не знаю, что делать*

"Lah, tulisan apa nih Ra?" tanya Daphne dengan dahi berkerut

"Gak tau tuh. Apa ucapan romantis kali ya? Tapi ini Bahasa apa? Gue gak tau?"

"Tulisan India kali?" jawaban ngawur yang keluar dari mulut Daphne, membuat Ara memutar kedua bola mata dengan malas

"sa bodo ae lah" Jawab Ara berlalu dari hadapan Daphne, yang saat itu masih berpikir tulisan apa itu.

-----

Auriga. Pemuda tampan yang sudah dipacari Ara sejak masa SMA. Bertubuh tinggi, tidak gemuk dan tidak kurus. Alis mata yang tebal menaungi tatapan mata yang tajam, dengan bola mata bewarna abu abu. Hidung mancung dan bibir tipis yang jarang tersenyum itu. Lelaki blasteran Italy-Indonesia. Ia teringat saat pertama sekali berjumpa dengan Riga.

Di bawah pohon rindang yang tampak sejuk itu, terlihat sesosok pemuda tiduran yang tampaknya sedang menikmati angin yang sedang memanjakannya.

Walaupun ia terlihat memejamkan kedua matanya. Tapi radar untuk memantau seseorang dari jauh, tetap ia aktifkan.

Seorang gadis yang sudah ia perhatikan sejak masa orientasi sekolah dulu.

Dia. Adhara Deandra Wiratama.

"Apa-apaan nih. Dia hanya menyuruh tanpa ada mengerjakan sesuatu! Seharusnya mereka harus lebih selektif dalam memilih ketua kelas" sungut gadis itu sambil membawa tumpukan kardus yang besar.

Saat itu Auriga yang hanya memperhatikan, hanya bisa menahan tawa saat bibir gadis itu bercuap-cuap tanpa sadar ada yang memperhatikannya.

Saat sang gadis melintas dihadapan Auriga. Ia tersandung kakinya sendiri. Ia tak sadar bahwa tali sepatunya sudah lepas saat ia keluar dari kelasnya.

Sambil menahan malu, ia berusaha bangkit. Dan tetiba ia tersadar, tepat di sebelahnya ada seorang lelaki yang melihatinya

"sejak kapan disitu ada manusia?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

"sejak, sebelum kau keluar dari kelas itu" jawab lelaki itu pada sang gadis

"oh shoot! Dia mendengarku" umpat gadis itu pada diri sendiri.

Sang lelaki tampaknya menikmati salah tingkah sang gadis. Terlihat bagaimana kedua ujung bibir itu tertarik keatas.

"Dan saat kau tahu kesusahanku, kau tidak membantuku?" lanjut gadis itu sambil berusaha bangkit dan mengumpulkan isi kardus yang berserakan di tanah.

"tampaknya kau tidak membutuhkan bantuanku" jawab lelaki itu, sambal mengedikkan bahu.

"serah!" jawab sang gadis yang sudah selesai mengumpulkan isi kardus itu, dan berlalu dari hadapan sang lelaki.

"Auriga" Tiba-tiba lelaki itu mengucapkan sesuatu yang tak di mengerti sang gadis.

"maksudmu? Rasi bintang?" jawab gadis itu sambil mengerutkan dahinya.

Lelaki itu cukup terkejut ketika mendengar jawaban si gadis. Karena baru pertama kalinya ada yang tahu arti dari namanya. Dengan wajah kaku dan senyum tertahannya, dia berkata "itu namaku. Kali aja kau membutuhkannya saat kau ingin menemuiku"

"maaf saja. aku tidak berharap untuk mengenalmu. Walaupun itu mustahil karena kita satu sekolah" jawab gadis itu dengan acuh.

"Adhara. Kali saja kau ingin menjumpaiku" lanjut Ara dan berlalu meninggalkan Auriga, yang sudah melepaskan senyumannya.

"unik" Lelaki itu tersenyum sambil menatap gadis itu berlalu dari hadapannya.

************************************

*I love you, but i hate you. i miss you, but i'm better off without you.i want you out of my life, but i never want to let you go. I love you. But I don't know what to do.

DandelionWhere stories live. Discover now