Part. 36

627 17 0
                                    

Happy reading ^_^

--------------------

Valerie/ Valesca's POV

Aku duduk dan tertawa mendengar candaan dari Jack. Hari ini sangat menyenangkan. Sangat menyenangkan.

Sebenarnya hari ini seharusnya Aku bertemu dengan Mama Jack dan mengaku sebagai pacarnya Jack, namun karena hujan yang cukup lebat dan membuatku bosan, maka aku dan Jack memutuskan untuk melakukan hal konyol yaitu menari di bawah hujan. Dan aku tidak menyangka kalau rasanya bisa semenyenangkan itu. Sangat menyenangkan sekali.

Dan setelah lelah menari aku dan Jack memutuskan untuk naik ke atas menara eiffel untuk menikmati hujan. Rasanya sangat menyenangkan. Kami bercanda tawa disana.

Seperti yang dilakukan oleh Jack padaku barusan. Dia membuat sebuah lelucon yang aneh dan sekarang entah apa lagi yang mau dia jadikan candaannya.

"Val, apa kamu mau tahu tentang masa kecilku? Aku yakin kamu akan tertawa karena itu. Ini snaagt lucu dan... konyol." Aku menoleh ke arah Jack dan mengangkat kedua alisku.

"Coba kamu ceritakan. Aku jadi penasaran." Jack mengambil satu buah popcorn dari bungkus popcorn dan memakannya. Popcorn itu sebenarnya kita ambil tadi dari dalam mobil. Kata Jack, dia memang sengaja menyediakan banyak cemilan di dalam mobilnya agar kalau lapar dia bisa langsung makan.

Jack mulai bercerita "Begini. Dulu, aku sangat suka makan permen karet. Sangat suka. Apalagi kalau yang ada warnanya. Aku lebih suka lagi. Jadi dulu Mama aku itu baru pulang dari luar kota. Aku sudah lupa di kota mana itu. Jadi mama pulang dari sana membawa banyak mainan untukku. Dan aku tidak tahu kalau diantara mainan robot yang dibeli oleh mamaku itu, ternyata ada kerak lilin. Aku mengira kalau itu adalah permen karet. Apalagi warnanya sangat persis mirip permen karet. Warna-warna pastel gitu. Aku yang suka dengan permen karet di saat itu pun, tanpa buang-buang waktu langsung memakannya. Itu benar-benar gila. Rasanya aneh sekali. Di saat itu aku langsung memuntahkannya. Itu gila sekali. Sampai-sampai sepupuku yang saat itu berkunjung ke rumahku mengatakan kalau aku itu gila dan aku. Segalahnya aku makan. Hahahha... Itu sangat aku ingat sekali."

Aku tertawa mendengarkan cerita dari Jack. Dasar Jack!! Di memang sangat rakus. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihatnya.

"Jack, kau ini rakus sekali, ya. Dasar!! Hahahahah...... Ada-ada saja kau ini." Aku tertawa sambil memegangi perutku yang mulai terasa sakit karena terus-terusan tertawa.

Jack yang melihatku tertawa sampai segitunya pun, ikut tertawa. Kita berdua tertawa terus hingga Aku dan Jack benar-benar lelah dan capek.

"Jack, jadi Mama kamu yang lagi hamil itu yang kasih kamu kerak lilin sampai kamu makan. Mama kamu baik banget, ya. Belanjain kamu mainan tapi, bukannya kamu mainin. Malah kamu makan. Hahaha.." ucapku di sela-sela tawaku.

Tawaku terhenti saat melihat Jack yang berhenti tertawa dan tatapannya menjadi sendu.

"Jack, kau tidak apa-apa kan?" Jack menoleh ke arahku dan tersenyum tipis.

Dia menghela nafas kasar dan berkata "Bukan, yang hamil itu mama tiri aku. Mama kandung aku udah meninggal. Dan 6 tahun lalu Mama tiri aku dan Papa aku menikah."

Aku tersenyum tipis menatap Jack. Seketika muncul rasa bersalah di hatiku. "M-maafkan aku. Aku ti--"

Ucapan ku seketika terpotong karena Jack meletakkan saru jari telunjuknya tepat di depan bibirku. Yah, mungkin sekitar 2-3 centi lagi untuk menyentuh bibirku. Yah, cukup dekat bukan? Dan hal itu membuatku berdebar... lagi.

Dia menatapku dalam dan berkata "Tidak usah meminta maaf, mungkin kamu berpikir aku akan menjadi sedih ketika kamu mengungkit hal itu, tapi kau harus tahu satu hal. Dengan kamu menanyakan hal itu, Kamu membuatku merasa bahwa kamu peduli akan hidupku. Dan... Yah, itu cukup membuatku senang."

Jack tersenyum tipis padaku dan Dia menjauhkan tangannya dari bibirku. Dia berjalan menjauh dariku dan berkata "Ayo kita turun. Hujannya sudah reda."

Aku masih termenung di tempatku memikirkan ulang kata-katanya.

"Tidak usah meminta maaf, mungkin kamu berpikir aku akan menjadi sedih ketika kamu mengungkit hal itu, tapi kau harus tahu satu hal. Dengan kamu menanyakan hal itu, Kamu membuatku merasa bahwa kamu peduli akan hidupku. Dan... Yah, itu cukup membuatku senang."

Kenapa aku jadi berdebar begini? Kata-katanya itu terkesan.... romantis.

Au tersenyum kecil dan memegangi dadaku untuk merasakan debaran jantungku yang tidak normal. Sebelum pada akhirnya aku memutuskan untuk menyusul Jack turun.

***

Aku duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutku yang basah akibat hujan. Aku kembali terpikir akan beberapa hari ini. Sudah dua hari aku menjalani hidup dengan terus bertemu dengan Jack. Rasanya menyenangkan, namun ini juga membuatku merasa sesak. Kenapa?? Entahlah, setiap kali dekat dengannya, selalu ada saja yang membuat cetakan jantungku terasa tidak normal dan semakin cepat.

Aku tersenyum kecil memikirkan setiap kali, aku bersamanya selalu saja ada kalimat-kalimat misterius yang Dia ucapkan, namun entah kenapa menurutku kalimat itu menjurus ke hal-hal romantis.

"Tidak usah meminta maaf, mungkin kamu berpikir aku akan menjadi sedih ketika kamu mengungkit hal itu, tapi kau harus tahu satu hal. Dengan kamu menanyakan hal itu, Kamu membuatku merasa bahwa kamu peduli akan hidupku. Dan... Yah, itu cukup membuatku senang."

"Tidak usah menjerit sehisteris itu. Kamu tidak akan jatuh, kok karena Aku akan selalu siap menangkapmu. Bahkan jika Kamu jatuh ke hatiku. Yang penting, kamu harus menangkapku juga saat aku jatuh ke hatimu."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Untuk apa aku memikirkannya? Dasar bodoh kau, Valesca.

Aku berjalan ke sofa yang terletak di depan tvku yang ada di kamar. Aku mendudukkan bokongku di atas sofa dan mengambil remote. Saat aku ingin mengambil remote, aku tergelak karena mendengar adanya kaca yang pecah. Ternyata kaca itu adalah kaca jendela dari kamarku.

Aku berjalan perlahan ke arah jendela kamarku dan melihat-lihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa, tapi bagaimana ini bisa terjadi. Aku menatap ke bawah lantai saat merasakan adanya sesuatu yang kutendang.
Aku tergelak melihat adanya sebuah batu berukuran lumayan besar yang dilapisi oleh kertas. Apa itu? Aku mengambilnya perlahan dan menatap ke sekeliling. Tidak ada siapapun.

Aku membuka perlahan kertas itu dan menutup mulutku. Ada tulisan darah di sana. Ada darah..

JANGAN DEKATI DIA!!!
JANGAN SENTUH DIA!!!
JANGAN REBUT DIA!!!
ATAU KAU AKAN TAHU AKIBATNYA!!!
DIA MILIKKU!!!
AKAN TERUS KUAWASI KAU, JADI BERHATI-HATILAH!!!!!

TBC

🙏PLEASE, VOTE & COMMENT!!!!!!!!!!!!!!🙏
🙌SORRY FOR TYPO!!!!!!!!!!!🙌
🙅DON'T COPY MY STORY!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!🙅

LOVE YOU ALLL!!!!!!!!!!!!!!😚😘😘😚😘😚😘😚😙😄😗😍😗😗😍😗😍😍😗😍😗😚😛😚😛😘😚😙😗😄😧😗😍😗😙😚😘😚😄😗😄😚😘😄😗😙😚

Unrequited Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang