Part. 23

998 46 1
                                    

Soundtrack: Photograph - Ed Sheeran

Come on, listen to the song above while reading this chapter.

Hopefully match.

Happy reading ^_^

---------------------------

Valerie's POV

Aku berlari terus tanpa memperdulikan tatapan-tatapan bingung orang-orang. Aku berlari terus tanpa memperdulikan bisikan-bisikan orang lain. Ini sangat menyakitkan. Semuanya jahat. Aku tidak perduli lagi. Hidupku terlalu hancur. Kenapa ini harus terjadi lagi? Kenapa hidupku hanya begini-begini saja.

Mulai dari Ben dan Sarah, lalu sekarang Jack dan Clara. Ini sakit sekali.

"Val!!! Val!!! Tunggu aku!! Aku bisa jelaskan semuanya, Val!!" Aku mendengar suara Jack dari kejauhan. Aku menambah kecwpatanku. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi. Ini terlalu menyakitkan.

Aku masuk ke dalam kelasku dan membereskan buku-bukuku ke dalam tas. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah karena ini memang sudah istirahat terakhir dan ujian juga sudah tidak ada lagi tinggal pelajaran ekstrakulikuler saja. Sekolahku memang berbeda ketika ujian. Ketika ujian mereka akan menaruh istirahat terakhir sebagai jam terakhir pelajaran.

Aku mengusap kasar wajahku agar tidak ada lagi air mata di wajahku. "Val!!" aku terkejut saat aku merasakan sentuhan tangan seseorang dan suara seseorang itu yang membuatku bertambah takut.

Aku menepis tangan yang menyentuh bahuku itu dengan tanganku yang mulai bergetar. Ini sangat menyakitkan.

"Val, aku bisa menjelaskan ini semua, Val. Dengarkan aku dulu. Ini semua tidak seperti yang kau lihat." aku menggelengkan kepalaku sekuat tenaga.

Aku merangkul tasku dan langsung berjalan melewati Jack. Aku terus berjalan sambil menangis sampai tiba-tiba aku merasakan ada yang memelukku dari belakang.

"Val, dengarkan aku, Val. Dengarkan aku." aku menggelengkan kepalaku, lalu menghapus air mataku.

Aku berbalik menghadap Jack dan kau tahu rasanya apa? Rasanya aku ingin menangis. Benar-benar ingin menangis.

"Kamu bohong... Jack, kamu bohong..." gumamku menahan rasa sakit ini.

Jack menghapus air mataku dengan tangannya, aku yang melihatnya pun lansung menepis tangannya jauh-jauh.

"Kamu boleh Menamparku, Kamu juga boleh mencaci aku semaumu. Terserah padamu, tapi please biarkan aku menjelaskannya. Please.." Aku menggeleng seraya dengan air mataku yang jatuh setetes demi setetes.

"Kamu mau menjelaskan apa, ha!! Mau menjelaskan apa? Mau bilang kalau kamu sangat mencintaiku? Itu bohong, Jack!! Bohong!!" Aku berbalik dan langsung berlari pergi.

Aku berhenti sejanak dan menoleh ke belakang. Aku melihat Jack yang sedang menatapku dengan tatapan bersalah dan Dia.... Dia menangis. Melihatnya menangis membuatku tidak tahan dan Aku merasa... Aku ingin berlari ke arahnya dan memeluknya. Mengatakan bahwa aku sangat mencintainya, tapi nyatanya itu tidak bisa kulakukan. Sama sekali tidak bisa.

Aku berlari lagi dan tak terasa aku sudah berada di pagar sekolah. Aku keluar dari pagar yang untung nya sedang tidak dijaga siapapun.

Aku berjalan dan menghentikan sebuah bus, lalu masuk ke dalamnya.

"Mau kemana, nak?" Sang Supir menanyai tempat yang ingin kutuju.

"Ke komplek Blue Ocean." Sang supir pun mengangguk dan melajukan mobilnya.

Aku mendengarkan lagu dari radio sambil mengamati pemandangan dari langit yang mendung dari kaca mobil.

'Hei, langit. Kenapa kamu ikut mendung seperti aku? Kamu benar-benar mengerti aku, ya. Tidak seperti Jack. Dia hanya pura-pura mencintaiku.'

Lagu yang ada di mobil itu pun ikut membuatku semakin ingin menangis meratapi kehidupanku yang rumit ini.

Lagu Photography yang dibawakan Ed Sheeran benar-benar membuatku ingin menangis.

Kenapa hidupku harus seperti inu? Tidak Ben, tidak Jack. Semuanya sama. Kenapa aku harus lahir hanya untuk dimanfaatkan? Apa Aku tidak pantas dicintai? Apakah Aku ini terlalu menjijikkan bagi mereka? Kenapa hidupku harus seperti ini? Kenapa mereka harus sekejam ini padaku?

Kau tahu, Jack? Aku sangat mencintaimu. Entah akan jadi apa hidupku tanpa adanya kamu. Entah akan jadi apa, Jack. Apa mungkin aku harus bunuh diri? Mungkin meminum racun? Atau aku harus memotong pergelangan tanganku ini?

Aku terus saja menangis hingga tidak sadar kalau sedari tadi Si supir sudah menanyakanku akan keberadaan rumahku yang mana.

"Mbak, rumah mbak yang mana, ya?" Aku menatap pak supir itu lalu berkata "Lurus aja, Pak. Nanti saya tunjukkan."

Sang supir mengangguk dan mengikuti perkataanku untuk menjalankan mobilnya lurus kedepan. Aku lalu menunjuk sebuah rumah 2 tingkat yang bernuansa putih.

Aku keluar dari taksi setelah membayar nominal uang padanya. Yah, aku keluar masih dengan keadaanku yang kacau dan menyedihkan. Sangat menyedihkan. Rambut berantakan, seragam kucel, wajah merah, mata bengkak dan kaus kaki yang tidak sama panjang.

***

Aku menenggelamkan wajahku diantara tekukan kakiku. Aku memejamkan mataku berusaha untuk menghilangkan rasa sakit ini. Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku yang sulit ini.

"Kenapa kamu melakukan ini, Jack? Apa kau tidak tahu bahwa aku sangat mencintaimu? Ini sakit." lirihku bersamaan dengan air mataku yang jatuh setetes demi setetes.

Aku berdiri dari dudukku, lalu mengambil sebuah note yang ada di atas nakas. Aku mengambil sebuah pen, lalu membuka bote itu dan menulis curahan hatiku.

5 Desember 2017.


Melalui selembar kertas ini, aku mau mencurahkan isi hatiku. Rasa sakit ini layaknya ada ribuan jarum dan pisau yang menusukku, itu sakit namun tidak ada darah sedikitpun yang tumpah.

Kalau kamu memang tak pernah mencintaiku, lalu kenapa kamu melakukan ini. Kenapa?

Kalau memang kamu tidak pernah menginginkan aku, lalu kenapa tidak kau bunuh saja aku. Setidaknya aku tidak akan merasakan sakit dan sesak ini.

Apakah harus aku akhiri hubungan ini?
Apakah haris aku katakan bahwa aku sangat mencintaimu dan aku ingin kau belajar mencintaiku?
Atau aku harus bertekuk lutut di depanmu, mengatakan bahwa hanya aku lah yang bisa mengerti dirimu?

Namun kurasa semua hanya sia-sia saja. Aku terlalu mencintaimu, namun kau membenciku. Aku tidak mau memaksamu untuk mencintaiku, namun aku mohon setidaknya biarlah aku bahagia dengan berada di samping mu.

Mungkin Kau bukanlah cinta pertamaku, namun kau adalah penguatku dan kau juga adalah orang pertama yang membuatku merasa  sesakit ini. Aku pernah merasakan sakit ini dulu, tapi rasa sakit itu tak sesakit rasa sakit yang kurasakan sekarang ini.

Dan ini semua karena mu. Kamu yang membuatku merasa kacau seperti ini. Kamu yang membuatku merasa kesepian ini. Aku tidak bisa bernafas tanpamu. Aku mencintaimu.

Note: ini semua untukmu, Jack. Orang yang telah menyakitiku.

Aku menutup buku itu dan membiarkan tangisan ku membasahi wajahku.

"Jack, aku tidak tahan lagi."

TBC

Huhuhuhuhuh......
Aku harap diantara kalian, para readersku tercinta ada yang baper dan ikut nangis. Heheheh....

Sorry kalau ada typo!!
Dan please, vote dan comment, ya.

❎DON'T COPY PASTE!!!❎

JUST VOTE AND COMMENT✔

Unrequited Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang