Tiga

6.8K 576 36
                                    

Saat sepasang tangan yang begitu hangat melingkar di pinggang mungilnya, Jimin hanya terdiam dan tak meresponnya. "Sudah malam, kau seharusnya mandi."

Iris kecoklatan itu meredup, kemudian terpejam menikmati pelukan hangat sang Adik. Saat Telapak tangan itu semakin mengerat, ia baru membuka suaranya. "Jungkook..."

Jungkook membenamkan wajahnya pada perpotongan leher Jimin, lalu menghirup wangi kesukaanya itu dalam-dalam. "Hm?" jawabnya pelan.

Jimin memiringkan kepalanya, mempersilahkan Jungkook untuk menjelajah lehernya dengan lebih leluasa. Hembusan nafas adiknya yang hangat dan terasa berat itu benar-benar menggelitik syaraf lehernya.

"Kau sudah mandi?" perlahan, Jimin mulai merasakan lidah panas sang adik yang bermain disana. Tangannya yang aktif juga mulai menyusuri lekuk tubuh depan Jimin. "Ja-jangan disini-hh..."

Jungkook semakin mengeratkan pelukannya, ia lebih berani menciumi leher jenjang itu dengan lebih agresif lagi. Tanpa ada penolakan dari Jimin, semakin mudah baginya untuk menggigitnya kecil-kecil.

Ia tak menuruti atau menolak perkataan Jimin barusan, yang penting saat ini adalah untuk menandai tubuh kakaknya itu dengan kissmark miliknya.

Jungkook mulai bertindak lebih jauh, menyesap leher itu lebih kuat dan menggigitnya sedikit lebih keras.

Kakaknya memekik tertahan. Jemari lentik Jimin terangkat, kemudian meremas rambut milik Jungkook yang masih basah itu. Jungkook benar, dia sudah mandi. "Hnghh-Aku... lapar."

Suara Jungkook yang terdengar serak dan menghentikan aktivitasnya, pemuda yang lebih tua kemudian memutar tubuhnya agar menghadap pada adiknya. Ia menatap sang adik dengan lekat-lekat. "Kau mau makan sekarang? Aku akan siapkan"

Jungkook mengangguk pelan, maniknya mulai meredup. "Kau harusnya tau apa yang ingin aku makan sekarang kak"

Jimin mengusap pipi kanan Jungkook, membawa wajah itu semakin mendekat padanya, kemudian mengecupnya singkat "Katakan Jungkook"

Sang kakak mendekat, memeluk dada bidang Jungkook yang masih telanjang dan belum mengenakan pakaian. Menyandarkan kepalanya pada bahu Jungkook, Jimin kemudian memejamkan matanya. "Kau wangi."

Jungkook membalas pelukan Jimin, di eratkannya pinggang mungil pria itu untuk mendekat padanya.

Jimin semakin menjatuhkan kepalanya yang terasa berat pada bahu yang kokoh itu-seolah memang disanalah tempatnya untuk bersandar. Ia tetap seperti itu selama beberapa saat, menikmati hangatnya tubuh Jungkook.

"Kak?" tak mendapatkan respon dari Jimin, Jungkook menunduk. Menatap wajah teduh sang kakak yang terlihat memerah. "Kau sakit?"

Jimin membuka Kelopak matanya dengan sayu, melirik Jungkook yang menatapnya cemas. Ia menyukainya, cara Jungkook memandanginya seperti ini... begitu mempesona. "Kook..."

Jungkook hanya terdiam saat jemari lentik kakaknya membelai lembut garis rahangnya, terus bergerak ke belakang telinganya sebelum memberikan kekuatan untuk mendorong kepalanya semakin mendekat. Membawa Jungkook untuk menghilangkan jarak di antara keduanya.

Jimin memejamkan matanya, kakinya yang telanjang sedikit berjinjit untuk bisa menyeimbangi tinggi Jungkook. Dan ia semakin merasa aman saat tangan adiknya itu meremas pinggangnya dengan lembut.

Bibir mereka kemudian menyatu, saling menempel dengan erat dan menuntut. Tidak ada yang menyerang, ataupun membuka insiatif, mereka berdua hanya ingin menikmatinya-momen berharga ini.

Dekapan erat yang Jungkook berikan pada pinggulnya semakin membuat Jimin memperdalam ciuman mereka, ia tidak keberatan sama sekali dengan semua ini. Meski kenyataan membuat mereka terbentur dengan hubungan mereka yang terlarang. Karena mereka berdua adalah saudara sedarah.

Jimin melingkarkan tangannya pada tengkuk sang adik, lalu mendorongnya lebih kuat lagi. Jika terus seperti ini Jungkook benar-benar bisa lapar dan hilang kendali.

Jungkook menyesap bibir bawah Jimin yang kenyal. menjilatnya sesekali lalu menggigitnya pelan. Gemas menikmati daging yang berwarna merah muda menggoda itu. Lidahnya yang lihai juga mengambil bagian untuk membuat Jimin membuka mulutnya dan mempersilahkanya masuk.

"Hngh..." lenguhan lirih sang kakak yang begitu terdengar merdu di telinganya, membuat Jungkook semakin kuat menghisap lidah Jimin. Hingga merubah ciuman yang semula lembut itu menjadi sebuah ciuman keposesifan. Dan tentu saja, Jimin juga tidak merasa keberatan.

Bunyi decapan mulai terdengar di balkon kamar Jimin samar-samar, hanyut dalam ciumannya yang menuntut dan egois. Karena pada dasarnya mereka berdua sama-sama menginginkan satu sama lain.

"Nghh..." Jimin membuka kelopak matanya, lidah Jungkook yang semakin menyusup masuk kedalam rongga mulutnya membuat Jimin mulai kehabisan pasokan udara. Tubuhnya melemas.

Jungkook menarik tubuh mungil kakaknya untuk semakin mendekat dan memberinya tumpuan, karena ia tak akan membiarkan Jimin jatuh begitu saja. Kemudian, bersamaan dengan menguatnya pegangan Jungkook terhadap tubuh lemas kakaknya, diremasnya pinggul sital itu dengan gemas. Tangan kirinya yang aktif juga bergerak untuk melakukan hal yang sama pada pantat kakaknya, hingga membuat pria itu melenguh tertahan dalam ciuman mereka.

Lidah Jimin yang mungil berusaha untuk mengimbangi permainan Jungkook, namun sayangnya, Jungkook tak akan membiarkan hal itu-apalagi memberikan Jimin tempo permainan, tidak hal itu tidak akan terjadi. Karena Jungkook yang akan memegang kendali.

Menekan kembali bibirnya pada mulut Jimin yang terasa hangat, Jungkook semakin mengeksplorasi rongga itu lebih dalam. Dengan penuh keegoisan, di sesapnya berulangkali lidah mungil Jimin hingga pemiliknya melenguh karena kehabisan udara. Jungkook tidak perduli, yang penting mereka berdua menikmati hal ini.

"Aghh!" Jimin memekik pelan saat sang adik menghempaskanya dengan kasar di atas kasur king size miliknya.

"Kau menggodaku, hm?" sang adik segera menindihnya, tak membiarkan Jimin menghirup nafas lama-lama karena ia segera kembali menciumnya. Meneruskan kegiatan mereka yang beberapa saat lalu tertunda.

Decapan lidah mereka berdua yang saling beradu liar membuat suasanan semakin memanas, bahkan saking besarnya hasrat Jungkook terhadap kakaknya tersebut, membuat Jimin harus terengah-engah mengisi dadanya dengan pasokan udara yang terbatas.

"A-aghh... Kook!" pria itu mengerang, kedua tangan Jungkook yang lihai memainkan titik sensitif pada dadanya membuat tubuh Jimin menggelinjang. Semangat Jungkook yang begitu menggebu membuat keringat Jimin mulai membasahi dahinya. Sepertinya ia akan kuwalahan menghadapi adiknya.

Jungkook meneguk liur kakaknya sebanyak mungkin yang ia dapat, lalu dengan rakus, dikulumnya lagi bibir menggoda itu hingga pemiliknya mengerang karena begitu menikmatinya. Sampai kapanpun, Ia tidak akan membiarkan orang lain menyentuh apa yang menjadi miliknya ini, tidak boleh!

Jimin itu... hanya milik Jungkook Seorang.

"Kook-ghh.." cengkraman lembut pada pundaknya membuat Jungkook berhenti, di lepaskanya bibir yang sudah agak membengkak itu hingga menciptakan benang saliva mereka yang akhirnya terputus karena jarak. Ia memandang dengan seksama wajah Jimin yang memerah dengan air liur yang menetes di sudut bibirnya.

Kedua Matanya yang meredup itu membuat jantung Jungkook berdegup cepat. Tak tahukah kakaknya itu kalau saat ini penampilanya sangat seksi dan menantang. "Hmm?"

Jimin terengah, nafasnya yang terasa patah-patah membuat dadanya naik turun untuk mengisi pasokan udara. "Jadi kau ingin makan aku Kook?"

"Harusnya kau tau itu dari awal kak" Jungkook memperlihatkan seringainya dan kembali menenggelamkan kepalanya diceruk leher kakaknya.


TBC

BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang