Satu

8.7K 629 17
                                    

Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolah milikku. Aku bergegas menuju ruang makan.

Sesampainya aku di sana, aku melihat Jimin sedang menyiapkan sarapan untukku. Dia masih tetap mengenakan kemeja putih tadi, hanya saja terdapat Apron berwarna sama dengan kemeja sebagai tambahan.

Jimin menyadari keberadaanku saat meletakkan seporsi nasi sarapanku di meja makan. Ia memandangku sambil tersenyum. "Selamat pagi Jungkook" ucapnya lalu kembali berjalan ke dapur.

"Pagi kakak" ucapku seraya duduk di salah satu kursi lalu meletakkan tasku di samping kursi. Aku menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri, lalu berhenti pada sosok Jimin yang kembali dengan membawa segelas air

"Hey, jangan hanya melamun. Sebentar lagi kau telat loh"

Aku melihat jam tanganku dan ternyata benar. Kurang dari 20 menit lagi, bel masuk akan berbunyi.

Aku makan dengan terburu-buru untuk mengejar waktu. Jika telat bisa gawat, guru mata pelajaran pertama adalah guru terkiller disekolah kami.

Berhasil! Aku berhasil menyelesaikan sarapan porsi besar dalam tiga menit lebih. "Terima kasih sarapannya!" ucapku dan langsung mengambil tas lalu berlari ke teras.

"Tunggu dulu, Kook" aku menoleh kebelakang setelah memasang sepatuku. Jimin menghampiriku dan menyerahkan sesuatu padaku. "Kau menjatuhkannya saat berlari tadi" ucapnya. Benda di tangannya adalah sebuah ponsel. Tunggu, itukan ponselku.

"Terima kasih kak" Aku mengambilnya dan memasukkannya kedalam saku celanaku.

Jimin mendekatkan tubuhnya padaku lalu mengalungkan tangannya di leherku. Jujur, jantungku berdetak kencang saat dada kenyalnya menekan dada bidangku. Dia mendekatkan wajahnya dan menutup matanya.

Aku mengerti dengan apa yang ingin ia lakukan, jadi aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan mendekatkan wajahku lalu menutup mata.

'Cup'

Bibir kami bertemu dalam sebuah ciuman. Awalnya hanya sebatas menempelkan bibir, tapi berubah seketika saat Jimin mulai menjadi agresif. Aku tidak punya kekuatan untuk melawan dan terhanyut dalam permainan yang di buatnya.

Setelah beberapa saat melakukan cumbuan, Jimin melepaskan ciuman kami dengan mendorong bahuku pelan. Jimin tersenyum manis padaku lalu menciptakan jarak di antara kami. "Saatnya kau pergi, Kook. Hati-hati di jalan" ucapnya.

Untuk mencapai sekolahku, aku cukup dengan lari dengan kecepatan normal. Karena jarak antara rumah dan sekolahku dapat di capai hanya dengan beberapa menit lari biasa.

.

.

.

Tempatku menempuh pendidikan SMA adalah di Hanyoung High School, sekolah yang memiliki reputasi yang sangat baik, bahkan aku harus mati-matian belajar untuk masuk sekolah ini.

Pakaian untuk laki-laki adalah kemeja putih polos yang di balut oleh Blazer hitam dengan garis tepian berwarna putih beserta celana panjang berwarna Hitam sebagai bawahannya.

Pakaian untuk perempuan tidak beda jauh dengan laki-laki, kemeja putih polos yang di balut Blazer Hitam dengan garis tepian berwarna putih dan untuk bawahannya adalah rok hitam pola garis-garis 15 cm di atas paha.

Aku sampai di kelasku, kelas 3-B dengan sisa waktu yang kurang dari satu menit. Setelah masuk kelas, aku langsung berjalan menuju mejaku yang berada di barisan ketiga di dekat jendela.

Saat aku duduk di kursiku, bel berbunyi menandakan pelajaran akan di mulai. Karena gurunya belum datang, aku lebih memilih menelungkupkan kepalaku di atas meja menghadap ke jendela.

BROTHERWhere stories live. Discover now