06

5.3K 859 152
                                    

Beberapa minggu belakangan ini lokerku selalu dipenuhi surat, kebanyakan berwarna merah muda. Kata Midoriya, itu namanya surat cinta. Tapi kupikir itu tidak ada bedanya dengan surat penggemar yang biasa didapatkan oleh hero yang berhasil mengamankan kota. Sedangkan aku? Aku saja belum resmi menjadi seorang hero.

Saat kubuka isinya, banyak pujian dan rasa kagum. Juga dibubuhi dengan emotikon hati. Lama kelamaan, aku merasa malas membacanya. Karena isinya sama saja dan itu membuatku bosan. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu.

Namun, ada satu surat yang menarik perhatianku. Dilapisi dengan amplop biru muda yang tampak mencolok di antara yang lain. Isinya juga puitis sekali, sepertinya sang pembuat surat memiliki nilai sastra yang bagus.

Aku masih diam terpaku, melihatmu yang kian membeku.

Siapa yang mengirim surat ini? Katanya memang tak banyak, tapi aku suka. Berbeda dari yang lain, yang dipenuhi rentetan kata tapi membuatku bosan.

Aku memasukkan surat itu ke dalam saku, aku memang mengoleksinya. Mungkin akan kubuat menjadi kumpulan quotes seperti anak gadis kebanyakan. Oh, aku bahkan bukan seorang perempuan. Memikirkannya membuatku hampir kehilangan akal sehatku.

"Dapat surat lagi, Todoroki-kun?" Tanya Midoriya padaku saat jam makan siang berlangsung.

Kami sedang berkumpul di kantin, kalian tahulah jika anak laki-laki itu malas membawa bekal. Namun, ada beberapa yang membawa bekal untuk dimakan di kantin. Midoriya misalnya.

Aku mengangguk singkat mengiyakan. Aku hanya mengaduk-aduk makananku dengan sumpit tanpa berniat memakannya. Pikiranku masih berkecamuk pada tulisan di surat tadi. Apa benar aku semakin beku? Perasaanku biasa saja, masih sama seperti dulu.

"Hei, apa menurut kalian aku itu beku?"

"Tentu saja. Mau kuledakkan supaya tidak beku?!" Sahut Bakugo disertai ledakan kecil di telapak tangannya. Percuma bertanya padanya.

"Kupikir kau masih sama seperti sebelumnya, Todoroki-kun," kata Uraraka yang tiba-tiba turut bergabung. Ah, sepertinya aku terlalu sibuk dengan lamunanku hingga tidak menyadari jika anak perempuan di kelasku turut bergabung.

"Apa karena surat itu?" Tanya Midoriya yang membuat banyak pandangan bertanya pada kami. Menyadari perbuatannya, Midoriya pun menutup mulutnya dan terkekeh canggung.

"Surat apa?" Tanya Kirishima penuh selidik.

"Wah, kau punya penggemar rahasia ya, Todoroki-kun?!" Seru Ashido bersemangat.

"Aku masih diam terpaku, melihatmu yang kian membeku," ucapku dengan nada datar. "Kira-kira apa maksudnya?" Tanyaku sambil mengelus dagu.

"Dia takut padamu karena kau dingin," ucap Bakugo dengan nada mengejek. Aku melemparkan tatapan tajam padanya. "Tapi, mungkin saja yang dikatakan Bakugo benar. Dia ingin mengenalmu, tapi ragu karena kau terlalu dingin," kata Yaoyorozu menanggapi.

Mungkin saja benar. Memangnya bagaimana cara menjadi hangat? Mengaktifkan sisi kiriku, begitu? Aku tidak sudi.

Aku mendiamkan mereka yang sibuk mengoceh. Sibuk menompang dagu di tangan sambil mengalihkan pandangan ke sekitar. Kedua bola mata kita bersiobok, saling tatap dalam dengan tidak sengaja. Ia buru-buru mengalihkan pandang dengan semburat merah tipis di pipi. Lalu tersenyum bersama temannya seolah tak terjadi apa-apa.

Jika suatu hal yang terjadi untuk kedua kalinya, itu bukan kebetulan. Tapi takdir. Begitu kata buku yang pernah kubaca. Tapi, apa benar?

Was it a mistake from an angel

TBC

Uwu~ setelah kurevisi book ini jadi songfict wkwk

ILLEGALWhere stories live. Discover now