03

6.2K 907 89
                                    

Semuanya sudah siap di rumah Midoriya untuk praktek memasak. All Might bilang, kami memasak di rumah dan harus didokumentasikan lewat video dan makalah sebagai bukti mengerjakan sendiri. Lalu, hasilnya akan dibawa ke sekolah untuk tes rasa dan bentuk. Merepotkan memang. Jika tidak, 'kan bisa kami manipulasi dengan cara membeli.

Pikiranku sudah licik seperti villain saja.

Beruntung, ibu Midoriya dengan sigap membantu. Ingin tahu apa yang kami buat? Cake. Kertas undian yang diambil oleh Bakugo bertuliskan cake. Tak bisa dibayangkan betapa hancurnya kue itu jika tidak ada yang membantu. Mungkin sama seperti gedung ambruk yang baru saja diinjak monster.

Bahan-bahan sudah siap. Tepung terigu, telur, mentega, dan lainnya. Aku tidak terlalu hapal bahan-bahan dapur seperti ini. Singkat kata, Iida sibuk dengan kameranya, mengambil foto dan merekam video dari berbagai arah seperti seorang profesional. Tidak tahu hasilnya akan seperti apa. Kami bergantian mengerjakan sesuai dengan arahan ibunya Midoriya yang sangat sabar mengajari kami.

Beruntunglah Bakugo sedang jinak hari ini. Ia sibuk dengan mixer yang sedang mengaduk campuran putih telur dan gula sampai mengembang. Ibu Midoriya mengeluarkan cokelat batangan, untuk hiasan katanya. Aku mendekat, sepertinya bukan hal yang sulit untuk memanaskan cokelat.

"Ah, Todoroki-kun. Kau bisa memotong cokelatnya kecil-kecil?" Tanya ibunya Midoriya padaku. Aku mengangguk pelan lalu mengambil pisau dari rak dan mencoba memotong cokelat itu menjadi potongan kecil. Susah juga ternyata, keras. Boleh tidak langsung kulelehkan dengan apiku? Tentu tidak, aku tidak sudi menggunakannya dan itu bisa membakar dapur ini juga.

Setelah menunggu, kue buatan kami pun matang. Mengembang dengan sempurna seperti buatan toko saja. Kami tersenyum puas melihat hasilnya, tentu saja kami berterima kasih pada ibunya Midoriya. Karena atas bantuannya kue ini berhasil. Sembari menunggu kue itu dingin untuk dihias, kami pun membereskan dapur atas kekacauan yang kami buat.

"Belakangan ini, ada anak kelas reguler yang menarik perhatianku," ucap Iida tiba-tiba.

"Siapa dan kenapa?" Tanya Midoriya menyahut.

"Itu, gadis berlesung pipi yang manis jika tersenyum. Ia mempunyai otak yang encer, Yaoyorozu saja kalah dengan kepintarannya," lanjut Iida bersemangat.

Bakugo yang sedang mengamati kuenya bahkan tampak tertarik dengan topik ini. "Oh, gadis itu ya?" Tanyanya. Tidak biasanya lelaki di kelasku membicarakan seorang gadis. Kecuali si mesum Mineta, tentu saja.

Semakin larut dalam topik, kok perasaanku jadi tidak enak. Sampai Iida menyodorkan ponselnya pada kami, raut wajahku menjadi pias.

Seharusnya aku tidak melihat pipimu.

Aku sudah terlalu jatuh.

I shouldn't have seen your cheeks

TBC

ILLEGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang