"Apa meetingnya berhenti sampai disini saja? Dan lebih memilih memandangi sekertarisku 'heh?" tanya Chale geram dan menatap tajam satu persatu rekan bisnisnya.

Rekan Chale yang paruh baya tampak gelagapan mendengar penuturan petinggi perusahaan, berbeda dengan tiga rekan Chale yang masih muda. Ia tertawa kecil melihat sikap geram Chale.

Jadyn kemudian membeberkan file yang ia bawa di hadapan Chale,kemudian ia menggantikan posisi Chale untuk menjelaskan bagaian kontruksi bangunan di layar lebar ruangan itu. Katakan saja saat ini Jadyn seperti dosen yang mengajar mahasiswanya di papan. Benar! Jadyn yang mempresentasikan.

Yang di lihat kaum adam bukanlah layar yang tertera gambar bangunan melainkan lekuk tubuh Jadyn yang membelakangi semua pria di ruangan itu. Semua rekan bisnis Chale gagal fokus,mereka sudah resah karena 'miliknya' menegang, termasuk Chale. Memang kesan Jadyn menggoda jika ia menjelaskan bajunya naik turun seperti itu.

Setelah selesai meeting, semua berjalan semestinya. Menandatangani kontrak kerja meskipun penjelasan Jadyn tadi tidak di gubris, berjabat tangan sebagai tanda deal dan perpisahan. Setelah itu, rekan bisnis Chale keluar dari ruang meeting dengan tergopoh-gopoh. Kecuali tiga pemuda tampan yang berpakaian sama formalnya dengan Chale.

Ketiga pemuda itu tertawa terbahak-bahak saat melihat rekan paruh baya mereka keluar dengan terburu-buru. Jadyn tak mengerti dengan sikap ketiga rekan bisnis Chale itu, padahal Chale juga diam di tempat tidak tertawa sama sekali.

"Kenapa kalian tertawa?" tanya Chale.

"Kau tau kenapa mereka buru-buru seperti itu?" sahut salah satu pemuda diantara ketiganya.


"Kenapa?" tanya Chale datar.


"Mereka sudah tegang karena sedari tadi melihat tubuh sexy sekertarismu ini, hahaha" jawab pemuda satunya lagi kemudian kembali tertawa.

Jadyn yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya. Ia kaget karena rekan bisnis Chale sangat terang-terangan mengucapkan hal tak senonoh bagi Jadyn.

"Termasuk kami dan kau, benar begitu Chale?" timpal pemuda satunya sambil menaik turunkan alisnya. Jadyn ikut menatap Chale yang tampak gelisah.

"Diam kau!" bentak Chale. Seketika mereka bertiga diam. Jadyn pun iku tersentak. Chale mengatur nafasnya yang memburu. Mungkin benar yang dikatakan rekannya, ia sudah terbakar gairah.

'demi Tuhan,ini semua gara-gara kau Jadyn!!' batin Chale.

"Tenang Bro! Begitu saja marah. " kata seorang pemuda sembari terkekeh.

"Apa kau tidak ingin mengenalkan sekertaris seksi mu kepada kami?" tanya salah satu dari mereka. Chale menghembuskan nafasnya.

"Jadyn Taquila Cooper, sekertaris baruku, pengganti Barsya" Chale berucap datar. Seketika ketiga pemuda itu terdiam sejenak saat Chale mengenalkan Jadyn. Ada juga yang terlihat kaget, Kemudian mereka kembali memasang ekspresi semula.

"Nama yang indah" sahut salah seorang pemuda dengan senyum evil nya.

"Jadyn, perkenalkan, mereka bertiga sahabat brengsekku, itu Diaz Fausto, yang disana Luke Stancio, dan yang ini Marco Nicolaz" Chale menunjuk satu persatu ketiga pemuda yang ternyata sahabatnya. Jadyn mengangguk angguk paham dan tersenyum tipis.

Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum