Chapter 12 - Masih Gue Liatin

40 9 24
                                    

Shakila berangkat ke sekolah pagi sekali karena dia harus mencari dulu ruangan tempat dia ulangan. Biasanya guru-guru akan menggabungkan siswa kelas sebelas dengan siswa kelas sepuluh, karena kelas dua belas sudah melakukan ujian nasional.

Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa segera berdiri dan berbaris di koridor kelas. Menunggu guru yang akan memberi soal dan mengawas ketika ujian datang.

Tak lama kemudian muncullah Pak Nudi menuju ke ruangan tempat Shakila ujian. Guru muda terlampau kejam itu merobek kertas putih yang menyegel kelas mereka dengan jarinya, kemudian membuka pintu kelas itu lebar-lebar.

Shakila duduk dengan tenang di bangku belakang, di pojokan dekat tumpukan alat kebersihan. Di sebelahnya, terdapat adik kelas perempuan yang duduk sama tenangnya.

Yang Shakila tahu, teman sebangkunya ini merupakan peraih nilai tertinggi di angkatan kelas sepuluh. Dan ini membuat dirinya merasa malu karena tidak bisa mengejar Arion untuk menjadi yang pertama.

Pak Nudi membagikan lembar jawaban dan kertas ulangan yang langsung diterima oleh siswa di jajaran bangku paling depan dan memberikannya ke belakang.

"Jangan lupa isi nama dulu, abis itu lingkarin huruf di bawahnya!"

Setelah selesai membagikan kertas dan berkata ke seisi kelas, Pak Nudi melangkah menuju bangkunya lalu memainkan ponselnya.

Shakila mengisi kolom-kolom yang wajib diisi saat ulangan di lembar jawaban. Mulai dari menuliskan nama sampai membulatkan setiap hurufnya.

Gadis itu mulai membuka lembar demi lembar kertas ulangannya, mencari soal yang sekiranya mudah untuk dikerjakan lebih dulu.

Tiga puluh menit berlalu. Shakila berhasil mengerjakan 20 soal dari 35 soal matematika. Ditatapnya lembar jawaban itu lalu dia menutupnya menggunakan kertas soal saat teman yang duduk di hadapannya berbalik.

"Kil, gue ga minta jawaban. Serius. Cuma mau minta rumus nomor lima doang,"

Rini mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke arah gadis itu sambil meringis. Kemudian tanpa berkata-kata Shakila menyobek pelan secuil kertas, lalu menuliskan sebuah rumus yang diminta Rini.

Shakila menyerahkan kertas itu ke Rini yang sudah menadahkan tangan sambil cengar-cengir. "Makasih,"

"Sama-sama."

"Kil!"

"Psst psst!"

Suara dari sebelahnya mengalihkan pandangan Shakila dari lembar soal. "Apa?"

Melihat bahwa Rini sukses mendapatkan jawaban, membuat cowok bernama lengkap Sean Ludrick Loana Sanjaya atau sering dipanggil Selulosa oleh teman-temannya mendapat keberanian untuk bertanya pada Shakila.

"Minta isi nomor delapan sama sembilang dong," bisik Sean seolah-olah sedang melakukan ASMR.

Shakila melihat ke lembar jawabannya. A dan C. Lalu melirik Sean sebentar sambil berkata pelan, "Belum," sebelum akhirnya kembali mengerjakan soal yang belum terjawab.

Sean hanya tersenyum canggung sambil merutuki diri sendiri. Kan, gue bilang juga jangan nanyain. Kagak bakalan dikasih sama dia.

"Setengah jam lagi!" Pak Nudi berucap lantang dengan mata yang terus fokus menatap ponselnya. "Yang udah selesai boleh keluar. Lembar jawabannya disimpan di atas meja!"

"Yakali, Pak. Saya baru selesai nulis nama nih,"

Pak Nudi hanya menatap sinis membuat siswa yang duduk di hadapannya itu menunduk takut. Lalu guru itu melangkah keluar kelas saat dipanggil oleh Pak Andi yang sedang mengawas di kelas sebelah.

[✔️] Emulsifier [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now