Bab 4

690 50 0
                                    

"Kamu habiskan cookies nya, setelah ini ikut aku lagi, ya?" Kata Alby sambil menatapku yang sedang mencicipi cookies satu demi satu.

Aku tidak bicara banyak. Entahlah. Moodku sedang tidak baik. Mungkin itu sebabnya aku tidak langsung menanyakan padanya ingin membawaku kemana lagi setelah ini. Aku hanya mengangguk dan lanjut memakan cookies yang ada di genggamanku.

Usai membayar semua pesanan tadi, Alby menenteng kantong plastik besar berisi makanan yang juga dia beli di kedai kopi. Aku mengira kalau makanan itu memang sengaja ingin dia bawa pulang. Kemudian dia mengajakku ke satu tempat tidak jauh dari café coffee; tempatnya bekerja. Sebuah tempat di belakang bangunan besar yang sedikit menjulang, menutupi bangunan-bangunan kecil di belakangnya. Tidak ada yang tahu kalau dibelakang bangunan besar yang sudah lama tidak terawat dan tidak digunakan ini, ada tempat banyak anak-anak mengisi kebahagiaannya dengan cara sederhana. Wajah-wajah dengan senyum yang membuatku tanpa sadar juga ikut tersenyum.

Langkah Alby terhenti, membuatku juga menghentikan langkah yang sedari tadi mengikutinya. "Kamu senang lihat mereka?" tanyanya dengan suara lembut.

Aku mengangguk dan tersenyum lebar. "Aku tidak tahu kalau ada banyak anak-anak di belakang bangunan besar ini, Al. Mereka semua tinggal disini?"

"Mereka semua anak didikku, Sa. Aku sengaja bawa kamu kesini, supaya kamu bisa bahagia lagi."

Aku mengarahkan pandangan kepadanya, dan tersenyum. Alby benar. Belum apa-apa, aku sudah tersenyum geli melihat mereka yang asik berlari-larian membawa mainan kincir angin sambil tertawa satu sama lain.

"Kak Alby!"

Salah satu anak yang berada disitu seakan sadar dengan kehadiran Alby, kemudian memanggilnya. Membuat tujuh anak lainnya, juga ikut menengok ke arah Aku dan Alby, yang berdiri beberapa meter tidak terlalu jauh dari mereka.

Mereka kelihatan sangat bahagia sekali dengan kedatangan Alby. Tanpa aba-aba, anak-anak itu langsung berlarian menghampiri Alby yang berada di sampingku. Mereka bahkan ada yang memeluk pinggang Alby, dan yang lainnya mengelilingi kami berdua membentuk lingkaran kecil.

"Halo adik-adikku, bagaimana kabar kalian? Ini kak Alby bawakan makanan. Kalian makan ya?" Kata Alby, sambil mengelus rambut anak kecil yang belum lepas memeluk pinggangnya.

Bahagia.

Itu yang aku rasakan saat Alby mengajakku ke tempat ini. Aku bahkan lupa kalau beberapa jam yang lalu aku baru saja menceritakan masa laluku padanya. Merasakan luka itu lagi, saat dia memintaku untuk bercerita. Tapi.. sekarang aku tidak merasakan itu. Kebahagiaan anak-anak ini membuatku malu, karena terus menerus mengurung hati dengan luka. Luka yang membuatku lupa, bahwa masih banyak kebahagiaan yang bisa aku dapatkan kalau saja aku sedikit lebih membuka hati.

Aku melihat anak-anak tadi dari kejauhan, mereka duduk melingkar dan mulai membuka bungkus plastik besar yang Alby berikan tadi.

"Alby, terimakasih, ya?"

Kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutku. Dia hanya tersenyum, dan menarik tangan kananku, mengajakku untuk bergabung dengan anak-anak tadi, yang saat ini sedang lahap menyantap makanannya.

"Kak Alby, kak Alby. Hari ini aku sudah bisa menghitung perkalian 5 loh! Hebat, kan kak!" Ujar anak perempuan kecil berkepang dua yang berada di hadapanku, sambil menggenggam ayam goreng di tangannya.

Alby tertawa, dan mengelus rambutnya. "Hebat dong! Semua adik kak Alby hebat-hebat semua. Kak Alby selalu bangga sama kalian."

"Kak Alby, temannya cantik. Kok tidak di kenalkan?" Kata anak laki-laki yang duduk tidak jauh dariku.

SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang