Chapter 06

7.5K 529 16
                                    

.

.

.

Malam itu Naruto menulis surat yang ditujukan kepada orang tuanya, lalu ia berkonsentrasi untuk memunculkan kabut hitam seperti yang dilakukannya 2 tahun yang lalu. Tujuannya hanya satu, pergi keluar desa secepat mungkin.

Ia kemudian membayangkan sebuah tempat yang pernah ia baca di sebuah buku, dan tak lama kemudian muncul lah kabut itu. Tiba-tiba Naruto terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya lagi. Lagi? Saat Naruto menulis surat, ia juga terbatuk mengeluarkan darah dan tentunya menciprati kertas yang ia tulis. Namun ia tidak menyadari bahwa darah itu menciprati kertasnya, yang ia tahu ia hanya menciprati meja belajarnya.

Naruto merasa kepalanya kembali pusing dan tubuhnya merasakan benar-benar sakit. Ia berjalan sempoyongan ke dalam kabut itu dan perlahan kabut itupun menghilang.

Keesokkan harinya Kushina merasa cemas karena Naruto yang biasanya pagi-pagi sudah berada di ruang makan, hingga siang belum turun dari kamarnya. Minato menyuruhnya untuk tidak memanggil Naruto, karna setahunya kemarin Naruto terlihat kecapean, jadi sebaiknya jangan dulu dibangunkan.

Kedua anaknya pun setuju, dan mau tidak mau ia menurut. Namun saat ini, ia benar-benar cemas. Meskipun yang diberikannya berkurang, namun ia tetap ingat jadwal sehari-hari Naruto. Hari sudah siang, dan tidak ada tanda-tanda bahwa anak- Naruto- akan turun.

Ia beranikan diri untuk pergi ke kamar Naruto dan membangunkannya. Namun apa yang di dapatkannya? Kamarnya kosong tak berpenghuni, Kushina kaget bukan main. Ia mencari-cari Naruto, namun nihil. Naruto tidak ada dimana-mana kemudian ia berlari pergi menuju kantor Hokage dan langsung masuk ke dalam tanpa permisi.

Minato kaget melihat tingkah Kushina saat ini. Seingatnya terakhir kali Kushina seperti ini saat Naruto menghilang dan saat itu juga ia sedang demam. Ia ditemukan disebuah gang sempit yang tidak jauh dari Perpustakaan Konoha. Disana ia ditemukan tengah pingsan dan ada beberapa luka lembab. Kemungkinan besar ia dikeroyok dan dipukuli oleh seseorang atau suatu kawanan.

Mendengar pernyataan dari Kushina, Minato pun melakukan Hiraishin bersama dengan Kushina kerumahnya dan berlari ke kamar anaknya. Minato kemudian memanggil Anbu yang mengawalnya untuk mencari Naruto, begitu pula dengan para Anbu yang menjaga Naruto.

Berbeda dengan yang lainnya, ketiga Anbu itu terlihat sangat shock mendengar perintah Hokagenya itu. Minato yang menyadari itu melirik kearah mereka bertiga dan bertanya kenapa mereka terlihat sangat shock.

Akhirnya mereka pun menceritakan saat dimana Naruto bersikap aneh. Anko yang menceritakannya. Itachi yang sedang melihat-lihat kamar Naruto menyadari ada sesuatu yang aneh dengan kamar Naruto. Ada sesuatu yang ia tebak adalah kain yang terselip di bawah tempat tidur Naruto dan ia pun secara tidak sengaja melihat secarik kertas di meja belajar sahabatnya itu.

Itachi membuka suaranya dan mengatakan apa saja yang dilihatnya saat ini kepada Minato dan Kushina. Kushina mengambil kertas yang berada di meja belajar Naruto dan Minato mengambil kain yang berada di bawah tempat tidur Naruto.

Shock adalah ekpresi yang pertama kali ditunjukkan mereka yang kini sedang berada di kamar Naruto. Mereka terkejut saat melihat kain itu adalah sprei tempat tidur Naruto beserta sarung bantalnya. Di sana terlihat banyak noda darah dan jangan lupa saat Kushina mengambil kertas itu pun terlihat darah yang menodai kertas dan mejanya.

.

.

.

T

B

C

Gimana minna apakah dari kalian ada yang sampai menangis?

Tenang aja jangan ditahan, gak ada yang melihat kok...

Banyak orang yang mengatakan kalau nangis itu sama aja menunjukkan kelemahan. Tapi bagi Author lebih baik kita menangis, menumpahkan kesedihan kita, dengan menangis maka setidaknya kesedihan kita akan sedikit berkurang....

Itulah dari Author...

Maaf bila salah dan dari kalian ada yang tidak paham, karena Author sendiri tidak paham..
Hehehe....

Sekian.... Jangan lupa tinggalkan jejak...

Sampai bertemu diChapter berikutnya...!!!

by : Tsukiakari Zero-Five















The Power of Golden DarknessWhere stories live. Discover now